tidak dimodifikasi.
14
Pada umumnya, benang absorbable memiliki waktu 70-90 hari untuk diserap tubuh.
22
Benang non-absorbable adalah jenis benang yang tidak dapat dicerna oleh enzim maupun dihidrolisis oleh tubuh.
3
Benang jenis non-absorbable dapat pula dibagi atas alami dan sintetik.
14
Benang non-absorbable yang terbuat dari bahan alami adalah silk, linen, dan cotton. Jenis benang non-absorbable yang terbuat dari
bahan sintetik adalah nylon, polypropylene, braided polyester, dan polybutester. Jenis benang non-absorbable yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi
adalah silk dengan ukuran 4-0 dan 3-0.
9,11,15,23
Benang silk terbuat dari pintalan filamen protein alami oleh ulat sutra. Benang silk mudah dipakai dan disimpul serta
relatif murah. Namun, benang jenis ini harus segera dibuka pada minggu pertama setelah dipasang karena memiliki potensi untuk menyebabkan inflamasi dan infeksi
akibat sifatnya yang mudah mengalami penumpukan akumulasi plak serta dapat menyebabkan bakteri masuk kedalam luka.
15,24
2.2.1.2.2.2 Ukuran Benang Jahit
Benang jahit tersedia dalam berbagai ukuran tergantung tensile strength- nya.
12,4
Standar untuk mengidentifikasi tensile strength yang bervariasi ditentukan dari jumlah angka nol 0.
14
Makin kecil diameter benang, maka makin banyak angka nol yang dimiliki benang.
14
Ukuran dimulai dari a 0 dan berlanjut dengan 00, 000, 4- 0, dan 10-0. Contohnya, benang jahit operasi jenis nylon ukuran 4-0 memiliki
diameter yang lebih besar dari benang jahit nylon ukuran 6-0 dan memiliki tensile strength yang lebih besar pula.
14
Benang jahit operasi yang lebih tebal biasanya tepat digunakan untuk penjahitan pada lapisan mukosa yang lebih dalam dan untuk
mengikat pembuluh darah.
3
Sedangkan benang yang lebih tipis biasa digunakan untuk menutup jaringan yang tipis seperti konjungtiva dan insisi yang dilakukan pada
wajah.
4
Ukuran benang jahit yang biasa digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah 3-0, 4-0, dan 5-0.
12,15
2.2.1.2.2.3 Prinsip Pemilihan Bahan untuk Penjahitan Luka
Pemilihan bahan untuk penjahitan luka harus didasari dengan pengetahuan tentang karakteristik penyembuhan jaringan, ketebalan jaringan yang akan dijahit,
aspek fisik dan biologis yang dimiliki oleh bahan, dan kondisi luka yang akan dijahit.
1
a. Tingkat Penyembuhan Jaringan Ketika luka sudah mencapai strength maksimal, maka penjahitan tidak lagi
dibutuhkan. Untuk jaringan yang biasanya mengalami penyembuhan yang lambat, seperti misalnya kulit, wajah, dan tendon, harusnya dijahit dengan benang tipe non-
absorbable. Sedangkan untuk jaringan yang tingkat penyembuhannya cukup cepat, seperti pada otot, ataupun periosteum, dapat dijahit dengan benang jenis absorbable.
b. Kontaminasi Jaringan Dalam hal ini, benang tipe monofilament absorbable maupun monofilament
non-absorbable dapat digunakan untuk meminimalisir kontaminasi akibat adanya benda asing sehingga mencegah terjadinya infeksi.
c. Estetika Ketika estetis merupakan hal yang penting, maka penggunaan benang yang
dianjurkan adalah benang jenis monofilament yang memiliki diameter yang kecil, seperti misalnya polyamide atau polypropylene. Hindari penjahitan luka dengan
teknik subcuticular dengan menggunakan benang vicryl atau prolene. d. Pasien Kanker
Hipoproteinemia dan kemoterapi dapat mengganggu penyembuhan luka. Dalam hal ini, dianjurkan untuk menggunakan benang sintetik non-absorbable. Jika
pasien akan di radiasi setelah intervensi bedah, maka penggunaan monofilament polypropylene harus dihindari dan diganti dengan benang polyester.
e. Status Nutrisi Pada pasien kurang nutrisi dan hipoproteinemia, penggunaan benang jenis
non-absorbable adalah pilihan terbaik. Sebaiknya hindari penggunaan benang absorbable karena dapat menyebabkan wound dehiscence.
f. Ukuran Benang