Kompetensi sosial guru mata pelajaran Sosiologi di kota Semarang diwujudkan dalam bentuk interaksi sosial dengan warga
sekolah, orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar. Interaksi sosial yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Sosiologi di kota
Semarang dapat menciptakan hubungan yang baik. Seperti penuturan Uly Fithria Ghani, S.Pd sebagai berikut.
”Dalam menjalin hubungan sosial dengan warga sekolah tentunya baik, dengan guru maupun dengan
peserta didik. Jika ada masalah dengan peserta didik maka akan diselesaikan dengan baik. Misalnya jika
peserta didik melakukan suatu pelanggaran, maka saya akan memanggil orang tuanya. Hal ini bertujuan agar
orang tuanya mengetahui sehingga nantinya masalah pada peserta didik dapat diselesaikan dengan baik, serta
peserta didik dapat mengatahui bagaimana seharusnya bersikap dan berperilaku yang baik. Jika dengan
masyarakat sekitar kita saling bekerja sama, misalnya pada saat kegiatan memperingati HUT RI kita
berkoordinasi dengan pihak kecamatan dan warga di Semarang barat. Jika di sekolah pada saat kegiatan
UKS biasanya mendapat bimbingan dari kecamatan dan puskesmas. Jadi, dengan masyarakat Semarang barat
dapat terjalin hubungan yang baik” Wawancara pada tanggal 29 Juli 2010.
2. Meningkatkan dan Memelihara Citra Profesi Guru
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat, apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia
layak menjadi teladanpanutan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah patut
diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan motivasi kepada
peserta didiknya dan bagaimana cara guru berpakaian, berbicara serta cara
bergaul baik dengan siswa, sesama guru serta anggota masyarakat, hal ini sering menjadi perhatian masyarakat luas.
Guru mata pelajaran Sosiologi di kota Semarang selalu menjaga nama baikcitra profesi sebagai guru dengan selalu berpenampilan rapi,
dan berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku serta selalu menjaga sikap dalam pergaulan. Hal ini dilakukan agar wibawa sebagai guru tetap
terjaga. Seperti penuturan Drs. Soekrismanto sebagai berikut. ”Di MGMP kita menerapkan penampilan sebagai guru
yang memenuhi standar ideal artinya kita berpenampilan sebagai guru yang profesional, tidak sembarangan termasuk
dalam hal berpakaian, bertata krama dengan teman sesama anggota MGMP termasuk dalam menjaga pergaulan.
Misalnya dalam bersendaguraubercanda itu wajar tetapi kita masih menjaga tata krama. Sehingga wibawa kami
sebagai gurupendidik tetap terjaga. Jadi itulah yang telah kita lakukan” Wawancara pada tanggal 3 Agustus 2010 .
Selain itu, guru mata pelajaran Sosiologi di kota Semarang pada saat mengikuti kegiatan MGMP Sosiologi-Antropologi Kota Semarang
dalam berkomunikasi menggunakan bahasa resmi yaitu bahasa Indonesia. Namun terkadang juga menggunakan bahasa Jawa. Seperti penuturan
Drs.Arinto sebagai berikut. ”Bahasa yang digunakan pada saat kegiatan MGMP yang
jelas menggunakan bahasa Indonesia. Tetapi tidak menutup kemungkinan kita juga menggunakan bahasa ibu kita yaitu
bahasa Jawa karena kita orang Jawa, tetapi itupun jarang dipakai karena generasi yang sekarang walaupun sebagai
pendidik masih banyak yang belum menguasai bahasa Jawa. Jadi yang kita pakai yaitu bahasa resmi yaitu bahasa
Indonesia” Wawancara pada tanggal 13 Agustus 2010.
Berdasarkan keterangan tersebut, perilaku profesional guru mata pelajaran Sosiologi di kota Semarang patut diteladani baik dalam
berpenampilan, berperilaku atau bersikap, dan berbicara. Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu
meningkatkan dan memelihara citra profesi melalui perwujudan perilaku profesional.
3. Meningkatkan dan Memperbaiki Kualitas Pengetahuan dan