Prestise Alasan Perempuan Desa Teluk Awur dalam Memilih Menikah dengan

2. Prestise

Warga Negara Asing yang datang ke Jepara sudah cukup banyak, tapi masyarakat Jepara masih menganggap bahwa bule sebagai sosok yang pandai dan dikagumi oleh masyarakat, sehingga bagi sebagian perempuan dengan menikah dengan Warga Negara Asing akan mendapat perlakuan yang berbeda dari masyarakat. Perempuan tersebut akan lebih dihargai oleh masyarakat karena bisa menikah dengan bule, sehingga suatu kebanggaan bagi perempuan Desa Teluk Awur jika bisa menikah dengan Warga Negara Asing. Perempuan berlomba-lomba untuk mendapatkan suami Warga Negara Asing, dan pernikahan campuran dengan Warga Negara Asing menjadi tren di kalangan perempuan Jepara. Berikut adalah hasil wawancara penulis dengan W seorang masyarakat Desa Teluk Awur: Tiyang mriki niku nganggep bule niku wah Mbak, sebenere nggih duko sing dianggep wah saking bule niku nopo kulo nggih mboten paham. Menawi goro-goro anggepane tiyang mriki nek bule niku mesti sugih menawi nggih Mbak. Dadose nek wonten bule terus sami geger, “ono bule ono bule”. Makane terus kados tren Mbak dadine nek nikah karo bule, bakal terkenal “kae lho sing bojone bule”. Tiyang estri kan dadose ndung kados do engkek-engkekan nek gadhah bojo bule, bangga lah Mbak carane. Orang sini kan menganggap bule itu wah Mbak, sebenarnya ya saya tidak tahu yang dianggap wah dari bule apa, saya ya tidak tahu.mungkin gara-gara anggapannya orang sini kalau bule itu pasti kaya mungkin ya Mbak. Jadinya kalau ada bule terus pada ribut, “ada bule ada bule”. Makanya terus seperti tren Mbak kalau menikah dengan bule, bakal terkenal “itu lho yang istrinya bule”. Perempuan kan jadinya seperti pamer kalau punya suami bule, bangga lah Mbak caranya. Wawancara tanggal: 12 April 2013 Perempuan Desa Teluk Awur mengaku bangga jika mempunyai suami dari luar negeri. Perempuan merasa bangga menikah dengan Warga Negara Asing, karena ketika perempuan pergi bersama suami ke tempat-tempat umum, perempuan tersebut akan merasa diperhatikan oleh orang lain dan dianggap keberadaannya oleh orang lain. Perempuan tersebut juga akan mendapatkan perlakuan yang berbeda dari masyarakat, masyarakat akan lebih menghormati perempuan istri Warga Negara Asing tersebut, terlebih jika Warga Negara Asing adalah pengusaha meubel ternama di Jepara. Berikut adalah hasil wawancara penulis dengan NA: Opo Mbak, ndek kae sedurunge aku nikah karo bojoku iki opo yo ono sing mandeng aku? Ora ono Mbak…. saiki bareng aku lungo- lungo karo bojoku terus, wong-wong lha malah do hormat karo aku. Apa Mbak, dulu sebelum saya menikah dengan suami saya ini apa ya ada yang memandang saya? Tidak ada Mbak… sekarang setelah saya sering pergi sama suami saya terus, orang-orang jadi hormat sama saya. Wawancara tanggal: 3 April 2013 Menikah dengan Warga Negara Asing dianggap sebagai sebuah prestise bagi masyarakat Jepara. Masyarakat Jepara beranggapan, menikah dengan Warga Negara Asing dapat mengangkat derajat seseorang di mata masyarakat, yang oleh Homans juga dimasukkan sebagai proses pertukaran. Homans dalam teorinya menyebutkan bahwa proses pertukaran tidak hanya menyediakan ganjaran ekstrinsik seperti upah, tetapi juga dalam bentuk intrinsik seperti persahabatan, kepuasan, dan mempertinggi harga diri Poloma, 2007: 59. Homans menyebutkan salah satu pertukaran ganjaran yang berbentuk intrinsik yaitu dapat mempertinggi harga diri. Alasan prestise yang dipilih perempuan dalam menikah dengan Warga Negara Asing ternyata masuk dalam salah satu bentuk pertukaran non material. Menikah dengan Warga Negara Asing dianggap sebagai sebuah pertukaran, karena bagi perempuan yang menikah dengan Warga Negara Asing akan mendapatkan ganjaran berupa naiknya status sosial di dalam masyarakat. Pertukaran ini tentu saja menyangkut dua belah pihak, yaitu perempuan yang mempunyai kepentingan, serta Warga Negara Asing yang telah memberikan ganjaran berupa status sosial kepada si perempuan. Perempuan tentu akan memberikan balasan yang seimbang kepada Warga Negara Asing, balasan tersebut sebagai tanda balas jasa atas naiknya status sosial perempuan desa Teluk Awur yang diberikan Warga Negara Asing karena telah menikahi perempuan tersebut. Imbalan yang diberikan perempuan kepada Warga Negara Asing akan disesuaikan dengan keinginan dari Warga Negara Asing tersebut, sehingga terjadilah sebuah pertukaran yang simetris.

3. Trauma Karena Kegagalan Menikah dengan Orang Indonesia