Kandungan lemak dan protein susu mempunyai hubungan terbalik dengan produksi susu. Pada awal laktasi lemak dan protein susu tinggi, selanjutnya
menurun dengan cepat dan mencapai minimum pada 2 -- 3 bulan laktasi, kemudian meningkat lagi hingga akhir laktasi. Peningkatan bahan padat bukan
lemak dan protein susu mulai terlihat jelas pada bulan ke-6 laktasi.
C. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Produksi Susu
Menurut Siregar 1999, produksi susu selama laktasi dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan, tatalaksana pemeliharaan, periode laktasi dan umur.
a. Faktor Genetik Faktor genetik diwariskan oleh tetuanya induk dan bapak kepada keturunannya
serta bersifat baka. Kuantitas dan kualitas serta komposisi zat gizi dalam susu individu kambing merupakan hasil pewarisan dari kedua tetuanya. Faktor genetik
akan muncul dan diekpresikan dalam produksinya apabila didukung dengan faktor lingkungan yang optimal sesuai dengan kebutuhan kambing. Faktor lingkungan
tersebut antara lain pakan dan tatalaksana pemeliharaan. b. Pakan
Kambing mampu menampilkan produksi susunya sesuai dengan genetiknya apabila mendapat pakan dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan
kebutuhannya. Kambing yang tidak mendapat pakan sesuai dengan kebutuhannya
akan memenuhi kebutuhannya dengan cara memobilisasikan zat-zat makanan yang tersimpan dalam jaringan tubuhnya.
c. Faktor tatalaksana pemeliharaan Tatalaksana pada masa laktasi yang perlu diperhatikan antara lain rangsangan
pemerahan, pengaturan kering kandang, pencegahan terhadap penyakit, frekuensi pemerahan, pengaturan kelahiran dan perkawinan service period dan calving
interval. d. Faktor periode laktasi dan umur
Produksi susu kambing antara lain dipengaruhi oleh periode laktasi. Periode laktasi berkaitan erat dengan umur kambing karena periode laktasi semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya umur kambing. Produksi susu menunjukkan peningkatan seiring dengan meningkatnya periode laktasi. Puncak
produksi susu pada kambing biasanya terjadi pada laktasi ke-3 sampai ke-5 atau saat kambing berumur 5 -- 7 tahun dan selanjutnya akan terjadi penurunan
produksi susu Siregar, 1999. e. Faktor lama laktasi
Rata-rata lama laktasi kambing PE 170,07 hari Atabany dkk, 2002, 170 -- 287 hari Subbhagiana, 1998 dengan produksi susu total per ekor selama laktasi
166,53 kg, produksi susu per ekor kambing 0,99 kghari Atabany dkk, 2002, produksi susu per ekor 0,787 -- 0,941 kghari Subbhagiana, 1998. Perbedaan
jumlah total produksi susu selama masa laktasi pada setiap bangsa kambing antara lain dipengaruhi oleh perbedaan lama masa laktasi. Produksi susu seekor kambing
semakin tinggi dengan semakin lamanya masa laktasi walaupun semakin lama laktasi tidak berarti semakin menguntungkan.
f. Pengaruh masa birahi dan kebuntingan Produksi susu kambing yang dikawinkan kembali setelah 3 bulan beranak lebih
cepat mengalami penurunan daripada kambing yang sedang laktasi tetapi tidak bunting. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh tingginya kebutuhan zat-zat
makanan untuk mendukung proses fisiologis dalam tubuh kambing tetapi kambing tidak memperoleh pakan dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai
dengan kebutuhannya. g. Frekuensi pemerahan
Produksi susu kambing yang diperah dua kali dalam satu hari lebih tinggi daripada yang diperah satu kali dalam satu hari.
h. Pergantian pemerah Pergantian petugas pemerah dapat menimbulkan stres pada kambing. Stres
tersebut dapat menurunkan produksi susu. i. Lama masa kering
Masa kering merupakan masa istirahat bagi kambing dari aktivitas pemerahan pada saat kambing akan beranak yang berlangsung selama sekitar 2 bulan dengan
tujuan untuk mempersiapkan kelahiran. j. Faktor hormonal
Hormon yang berperan dalam produksi susu adalah laktogen. Penyuntikan hormon laktogen pada saat laktasi dapat meningkatkan produksi susu.
D. Uji Fisik Susu
Kualitas susu antara lain dapat diketahui berdasarkan kinerja fisik susu. Kinerja fisik susu dapat diketahui melalui pengujian organoleptik, alkohol, titik didih,
berat jenis dan pH.
1. Uji organoleptik
Uji organoleptik merupakan proses pengamatan terhadap kualitas fisik susu dengan menggunakan pancaindra manusia saja tanpa bantuan alat-alat tertentu
Yusuf, 2010. Uji organoleptik meliputi pengujian teerhadap warna, aroma, konsistensi, rasa dan daya terima .
a. Uji warna Susu yang berkualitas baik dan normal berwarna putih kekuning-kuningan yang
merupakan konversi warna kuning dari dengan warna air susu yaitu putih. Beberapa contoh warna susu yang abnormal adalah biru yang menunjukkan
bahwa susu tersebut telah tercampur oleh air, kuning yang berarti susu mengandung karoten, merah yang menunjukkan susu tercampur darah Yusuf,
2010.
Warna susu putih kebiru-biruan disebabkan oleh pemantulan cahaya dari globula lemak yang terdispersi, kalsium kaseinat, dan koloidal. Warna kebiru-biruan
terjadi pada susu berkadar lemak rendah atau susu tanpa lemak. Karoten menyebabkan warna kuning pada susu. Lemak susu pada ternak yang susunya
berwarna kuning juga memperlihatkan warna kuning. Whey yang berwarna kehijau-hijauan disebabkan oleh adanya Lactochrome atau ribovlafin pada larutan