1
I . PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada tahun 2012 Provinsi Bengkulu memproduksi 270.113 ton minyak sawit dengan luas perkebunan kelapa sawit adalah 90.859 ha berasal dari
perkebunan rakyat
BPS Bengkulu, 2014. Luas tanaman kelapa sawit diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya permintaan
akan produk utama yang dihasilkan. Konsekuensi logis makin meningkatnya luas tanaman perkebunan adalah makin meningkatnya jumlah produk samping kebun
kelapa sawit dan ikutan pengolahan yang sedikit banyaknya akan menimbulkan problem baru dan perlu diantisipasi. Kahadiran ternak dengan pengelolaan yang
benar diyakini memberikan nilai tambah, baik secara langsung maupun tidak langsung dan memberikan dampak yang sangat besar artinya dalam
mempertahankan tektur tanah serta menjaga kelestarian lingkungan. Produk samping industri kebun kelapa sawit sangat potensial sebagai
pakan ternak sapi, namun belum dimafaatkan secara optimal. Potensi pakan ternak yang dihasilkan dalam setahun dari biomasa kebun sawit di Pulau
Sumatera seluas 6,05 juta ha dan Kalimantan 3,2 juta ha dan I ndonesia mencapai 10 juta ha. Pulau Sumatera dan Kalimantan dapat menghasilkan
pelepah dan daun kelapa sawit setiap tahun sebanyak 54,60 juta ton yang dapat digunakan sebagai pakan bagi ternak ruminansia sapi, kerbau, kambing dan
domba. Jika potensi pakan di perkebunan sawit tersebut 60 digunakan untuk ternak sapi, sedangkan kebutuhan pakan setiap satuan ternak sapi dewasa 250
kg ekor, maka kebutuhan pakan sapi per ST adalah 7,5 kg BK hari atau 2,7 ton BK tahun, sehingga diperkirakan pakan yang dihasilkan dari kebun sawit tersebut
cukup digunakan bagi 12,13 juta ST sapi. Pelepah dan daun kelapa sawit tersebut dapat berfungsi sebagai pakan pengganti rumput.
Solid dapat digunakan sebagai pakan tambahan ternak sapi sebanyak 5 – 10 kg ST hari atau rata-rata 7,5 kg ST hari. Jika kadar bahan kering BK solid
adalah 24,08 , maka dalam setiap hari diperlukan 1,8 kg BK ST hari atau 0,66 ton BK ST tahun. Untuk itu potensi pakan solid dari Pulau Sumatera dan
Kalimantan sebanyak 10,18 juta ton BK mampu digunakan untuk pakan tambahan bagi 15,42 ST sapi. Meskipun saat ini solid belum banyak digunakan
untuk pakan ternak sapi oleh petani di masyarakat.
2
Selain jumlah biomassa, hal lain yang penting adalah kandungan nutrisi biomassa dari pelepah, daun, bungkil inti sawit dan solid. Pelepah dan daun
kelapa sawit merupakan bahan pakan sumber serat kasar SK, masing-masing memiliki kandungan SK 50,0 dan 21,5 sehingga dapat menggantikan atau
mengurangi pemakaian rumput dalam pakan sapi potong Wulandari Gunawan, 2009. Kadar lignin pada kulit pelepah dan daun sawit cukup tinggi
yaitu sekitar 17,4 dan 27,6 Jalaludin et,al 1991, sehingga sebelum
diberikan pada ternak perlu dicacah untuk meningkatkan konsumsi dan palatabilitas. Solid adalah hasil samping industri pengolahan minyak mentah
kelapa sawit yang konsistensinya lunak, berwarna coklat kegelapan, dalam kondisi udara terbuka mudah menjadi tengik dan tumbuh jamur. Jamur akan
tumbuh dalam dua hingga tiga hari bila solid dibiarkan dalam udara terbuka, namun jamur ini tumbuh hanya dibagian permukaan luar dan tidak beracun.
Solid ini bisa menjadi alternatif pakan tambahan bagi ternak sapi yang murah, mengingat solid tersebut diproduksi secara melimpah, berkesinambungan, dapat
digunakan bagi sapi, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia dan harga murah. Solid memiliki kandungan PK 12-14 dan dapat ditingkatkan menjadi
24,5 melalui teknologi fermentasi kapang Aspergillus niger Sinurat, 2003.
Solid dalam bentuk segar sebanyak 10 kg ekor hari dapat diberikan sebagai pakan sapi peranakan ongol PO dewasa, tanpa menimbulkan gangguan
kesehatan pada sapi Utomo Widjaja, 2004. Populasi ternak sapi di Provinsi Bengkulu mencapai 106.015 ekor pada
tahun 2013 BPS Bengkulu, 2014. Pengembangan sapi di Provinsi Bengkulu mempunyai peluang yang cukup besar di lokasi sentra kelapa sawit. Dukungan
sumber pakan yang melimpah dari hasil samping industri kelapa sawit dapat memperbesar populasi sapi yang dapat dipelihara peternak baik yang dilakukan
oleh perorangan, kelompok maupun sekelas perusahaan. Pengembangan peternakan perlu mempertimbangkan ketersediaan sumber pakan lokal yang
murah, tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia, mudah didapat, dan tersedia secara kontinu. Sumber daya pakan tersebut dapat dipenuhi dari industri
kelapa sawit, yaitu dari hasil samping perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Produk samping industri kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan
pakan dasar sapi potong secara tidak tunggal agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi Noel 2003; Kuswandi 2011. Pelepah dan daun sawit digunakan bersama
3
solid, bungkil inti sawit perlu dicampur dengan bahan-bahan pakan lainnya sebelum dijadikan pakan lengkap sapi potong karena memiliki berbagai
keterbatasan. Pelepah dan daun kelapa sawit segar dapat digunakan sebagai pakan ternak pengganti rumput sebanyak 30 dalam ransum sapi potong
Mathius et al. 2004, namun dapat ditingkatkan sampai 50 jika digunakan
dalam bentuk silase Wan Zahari et al. 2003 dan dalam bentuk pelepah sawit
tanpa kulit dapat digunakan sampai 55 Azmi Gunawan 2005. Widjaja
et al, 2005 menyatakan bahwa pemberian solid dalam jumlah cukup
ad libitum memberikan pertambahan bobot hidup sapi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian secara terbatas, dari hasil pengamatan tidak
memberikan efek yang negatif, selain itu pemberian solid dapat mengurangi pemberian jumlah rumput HMT Hijauan Makanan Ternak sebesar 25 dari
rata-rata 20 kg ekor hari menjadi 15 kg ekor hari sedangkan jumlah kotoran yang di produksi berkurang sebesar 37 dari rata-rata 8 kg ekor hari menjadi 5
kg ekor hari. Pemanfaatan hasil samping industri kelapa sawit untuk pakan ternak sapi
diperlukan inovasi teknologi. Teknologi fermentasi sering digunakan dengan tujuan meningkatkan nilai nutrien pakan yang dihasilkan. Pelepah dan daun sawit
dipotong pendek-pendek kemudian dibuat silase, sedangkan solid difermentasi selama 21 hari.
1.2. Tujuan