Tujuan Keluaran lapkir kajian sapi potong 2016

3 solid, bungkil inti sawit perlu dicampur dengan bahan-bahan pakan lainnya sebelum dijadikan pakan lengkap sapi potong karena memiliki berbagai keterbatasan. Pelepah dan daun kelapa sawit segar dapat digunakan sebagai pakan ternak pengganti rumput sebanyak 30 dalam ransum sapi potong Mathius et al. 2004, namun dapat ditingkatkan sampai 50 jika digunakan dalam bentuk silase Wan Zahari et al. 2003 dan dalam bentuk pelepah sawit tanpa kulit dapat digunakan sampai 55 Azmi Gunawan 2005. Widjaja et al, 2005 menyatakan bahwa pemberian solid dalam jumlah cukup ad libitum memberikan pertambahan bobot hidup sapi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian secara terbatas, dari hasil pengamatan tidak memberikan efek yang negatif, selain itu pemberian solid dapat mengurangi pemberian jumlah rumput HMT Hijauan Makanan Ternak sebesar 25 dari rata-rata 20 kg ekor hari menjadi 15 kg ekor hari sedangkan jumlah kotoran yang di produksi berkurang sebesar 37 dari rata-rata 8 kg ekor hari menjadi 5 kg ekor hari. Pemanfaatan hasil samping industri kelapa sawit untuk pakan ternak sapi diperlukan inovasi teknologi. Teknologi fermentasi sering digunakan dengan tujuan meningkatkan nilai nutrien pakan yang dihasilkan. Pelepah dan daun sawit dipotong pendek-pendek kemudian dibuat silase, sedangkan solid difermentasi selama 21 hari.

1.2. Tujuan

1. Mengidentifikasi usaha ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu. 2. Menganalisis usaha ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu 3. Mengidentifikasi potensi produk samping industri kelapa sawit sebagai pakan sapi potong 4. Mengkaji paket teknologi pakan berbasis produk samping industri kelapa sawit. 4

1.3. Keluaran

1. Karakteristik usaha ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu. 2. Analisa usaha tani ternak sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit di Provinsi Bengkulu. 3. Potensi produk samping industri kelapa sawit sebagai pakan sapi potong. 4. Paket teknologi pakan sapi potong berbasis produk samping industri kelapa sawit. 5 I I . TI NJAUAN PUSTAKA Sapi potong sebagai ternak ruminansia, kebutuhan dasarnya yang utama adalah pakan sumber serat, yang umumnya berasal dari pakan hijauan alam. Sapi memiliki kemampuan untuk mengolah bahan pakan yang tidak dapat dimanfaatkan oleh manusia menjadi produk sumber pangan dan sandang seperti daging dan kulit Mathius, 2009. Ketersediaan sumber pakan ternak semakin berkurang akibat lahan terbuka digunakan untuk perumahan dan kecendrungan dari petani untuk menanam lahan dengan tanaman pertanian yang dapat bermanfaat langsung untuk kebutuhan manusia. Maka pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan alternatif adalah salah satu solusi untuk menanggulagi kekurangan pakan ternak ruminansia. Dengan diversifikasi pemanfaatan produk samping by-product yang sering dianggap sebagai limbah waste dari limbah pertanian dan perkebunan menjadi pakan dapat mendorong perkembangan agribisnis ternak ruminansia secara integratif dalam suatu sistem produksi terpadu dengan pola pertanian dan perkebunan melalui daur ulang biomas yang ramah lingkungan atau dikenal “ zero waste production system” Wahyono, dkk, 2003. Salah satu produk samping tanaman perkebunan yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah limbah perkebunan kelapa sawit. Tanaman perkebunan ini mempunyai potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, baik unggas maupun ruminansia berupa daun, pelepah, tandan kosong, cangkang, serabut buah, batang, lumpur sawit, dan bungkil kelapa sawit. Limbah ini mengandung bahan kering, protein kasar dan serat kasar yang nilai nutrisinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pakan ternak ruminansia Mathius, dkk, 2003. Perkembangan kelapa sawit yang pesat di I ndonesia didukung oleh kondisi tanah dan iklim yang memang sesuai untuk tanaman kelapa sawit yang merupakan salah satu keuntungan komparatif I ndonesia dalam mengembangkan perkembangan dan industri minyak kelapa sawit Elizabeth dan Ginting, 2003. Kebun kelapa sawit menghasilkan hasil sampingan berupa pelepah beserta daun serta limbah pabrik berupa solid dan tandan kosong. Hasil pengamatan pada PT. Agrisinal menunjukkan bahwa setiap pohon kelapa sawit TM dapat menghasilkan 22 pelepah per tahun Diwyanto et al., 2004 dengan 6 rataan berat pelepah per buah mencapai 7 kg. Jumlah ini setara dengan 20 ribu kg 22 x 130 pohon x 7 kg pelepah segar yang dihasilkan dalam satu tahun untuk setiap satu hektar kebun kelapa sawit. Jumlah ini diperoleh dengan asumsi bahwa semua bagian pelepah dapat dimanfaatkan dan total bahan kering yang dihasilkan dalam setahun 5.214 kg. Dengan asumsi bahwa luas perkebunan kelapa sawit yang telah berproduksi 5 juta ha Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007, maka jumlah bahan kering pelepah yang tersedia untuk dimanfaatkan sebagai sumber pakan serat hijauan adalah sejumlah 26,4 juta ton. Komposisi nutrisi pelepah sawit berdasarkan hasil analisis laboratorium I lmu Makanan Ternak, Departemen Peternakan FP USU 2005, adalah berupa; Protein Kasar PK 6,5 , Lemak Kasar LK 4,47 , Serat Kasar SK 32,55 , Bahan Kering BK 93,4 , TDN 56 . Tingkat kecernaan bahan kering pelepah dan daun kelapa sawit pada sapi mencapai 45 Sianipar, 2009. Selanjutnya bila produk limbah kelapa sawit dimanfaatkan untuk ternak dapat menyebabkan kekurangan nutrien sehingga menurunkan produktivitas sehingga sebelum dimanfaatkan terlebih dahulu dilakukan perlakuan untuk meningkatkan kualitas dan daya cernanya I ndraningsih et al., 2006. Dilihat dari kandungan serat kasar, maka pelepah daun sawit dapat dijadikan sebagai sumber pengganti serat kasar. Pelepah daun sawit dapat menggantikan rumput sampai 80 persen tanpa mengurangi laju pertumbuhan bobot badan sapi yang sedang tumbuh. Pelepah dapat diberikan dalam bentuk segar atau diproses terlebih dahulu menjadi silase. Produk utama proses ekstraksi buah kelapa sawit crude palm oli CPO, sementara hasil ikutan yang diperoleh berupa tandan kosong, serat perasan, sapi dan sawit solid, dan sapi dan sawit kering solid heavy phase berwarna kecoklatan yang dihasilkan dari cairan limbah sawit dengan menggunakan filter membran keramik dengan maksud meminimalkan polusi limbah cair dari industri kelapa sawit yang mencemari lingkungan Sinurat et al., 2008. Liwang 2003 melaporkan bahwa produksi minyak sawit yang dihasilkan adalah 4 ton per tahun. Jumlah tersebut diperoleh dari + 16 ton tandan buah segar TBS Jalaluddin et al., 1991. Dari setiap 1.000 TBS diperoleh hasil ikutan sejumlah 230 kg tandan kosong, 294 kg lumpur sawit dan 180 kg serat perasan. Jumlah produk samping tanaman dan hasil ikutan olahan kelapa sawit tersedia dalam jumlah yang banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal Mohammad et al., 1986, khususnya sebagai bahan dasar ransum ruminansia Jalaluddin et al., 7 1991b. Kandungan nutrisi Solid berdasarkan hasil analisis proksimat laboratorium nutrisi ternak Fakultas Peternakan Universitas Bengkulu, adalah berupa; Bahan Kering BK 49,57 , Protein Kasar PK 10,16 , Lemak Kasar LK 12,90 , Serat Kasar SK dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen BETN sebesar 23,17 . Mathius, et al 2003 menerangkan bahwa solid mengandung protein kasar berkisar antara 12 – 14 , kandungan air yang tinggi penyebab produk sampingan ini kurang di senangi ternak, kandungan energi yang rendah dengan abu yang tinggi juga menyebabkan lumpur sawit tidak dapat di pergunakan secara tunggal, upaya untuk meningkatkan kandungan nutrien dan biologis lumpur sawit solid yaitu melalui proses fermentasi, tujuan dari perlakuan fermentasi untuk meningkatkan nilai nutrien yang akan mampu memberikan peluang tersendiri bagi ternak ruminansia untuk dapat memanfaatkan solid secara optimal Fenita et al, 2007 melaporkan bahwa lumpur sawit solid yang difermentasikan dengan neorospora sp mampu menguraikan Serat Kasar SK yang komplek menjadi sederhana, sehingga dapat meningkatkan kandungan karoten dari 1873,4 µ 100g menjadi 3735 µ 100g. pada proses fermentasi tersebut sumber nitrogen anorganik dapat di ubah menjadi protein sel mikroba dan juga menghasilkan enzim hidrolitik yang dapat meningtkatkan daya cerna ternak. 8 I I I . METODOLOGI

3.1. Lokasi dan w aktu