Hasil penentuan tipe emulsi pada sediaan krim Hasil penentuan pH sediaan

28 4.2 Hasil Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.2.1 Hasil penentuan homogenitas Dari uji yang dilakukan pada sediaan krim dengan konsentrasi 3, 6, 9 dan 12 maupun blanko, sediaan krim yang diperoleh berupa krim putih, tidak diperoleh butiran-butiran kasar pada objek gelas, maka sediaan krim dikatakan homogen. Menurut Ditjen POM 1979, sediaan dinyatakan homogen jika tidak ada butiran-butiran pada kaca, maka sediaan memenuhi syarat.

4.2.2 Hasil penentuan tipe emulsi pada sediaan krim

Dari data uji tipe emulsi, semua formula menunjukkan sifat konduktivitas eletrolit yang baik. Pergerakan jarum skala pada amperemeter saat kedua katoda dicelupkan dalam sediaan krim menunjukkan bahwa sediaan krim mempunyai sifat konduktivitas elektrolit yang baik dan merupakan krim emulsi tipe ma. Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan dengan metode konduktivitas elektrolit dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Data penentuan tipe emulsi sediaan No Formula Sifat Konduktivitas Elektrolit 1 A + 2 B + 3 C + 4 D + 5 E + Keterangan : A : Blanko sebagai pembanding tanpa ditambahkan minyak bekatul B : Sediaan yang mengandung 3 minyak bekatul C : Sediaan yang mengandung 6 minyak bekatul D : Sediaan yang mengandung 9 minyak bekatul E : Sediaan yang mengandung 12 minyak bekatul + : Jarum skala bergerak - : Jarum skala tidak bergerak Universitas Sumatera Utara 29

4.2.3 Hasil penentuan pH sediaan

Dari hasil pengamatan nilai pH sediaan pada saat selesai dibuat, diperoleh bahwa pH pada formula A: 6,23; B: 6,13; C: 6,07; D: 6,03; E: 5,97; sedangkan setelah penyimpanan selama 12 minggu terjadi sedikit perubahan pH pada setiap sediaan yaitu A: 6,16; B: 6,03; C: 5,93; D: 5,90; E: 5,83. pH sedĂ­aan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Berikut tabel hasil pH yang di peroleh pada saat selesai di buat dan setelah penyimpanan selama 12 minggu, yaitu: Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan krim pada saat selesai dibuat. No Formula pH I II III Rata-rata 1 A 6,2 6,3 6,2 6,23 2 B 6,1 6,1 6,2 6,13 3 C 6,1 6,0 6,1 6,07 4 D 6,1 6,0 6,0 6,03 5 E 6,0 6,0 5,9 5,97 Keterangan : A : Blanko sebagai pembanding tanpa ditambahkan minyak bekatul B : Sediaan yang mengandung 3 minyak bekatul C : Sediaan yang mengandung 6 minyak bekatul D : Sediaan yang mengandung 9 minyak bekatul E : Sediaan yang mengandung 12 minyak bekatul Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan krim setelah penyimpanan selama 12 minggu No Formula pH I II III Rata-rata 1 A 6,2 6,2 6,1 6,16 2 B 6,0 6,1 6,0 6,03 3 C 6,0 5,9 5,9 5,93 4 D 5,9 5,9 5,9 5,90 5 E 5,9 5,8 5,8 5,83 Keterangan : A : Blanko sebagai pembanding tanpa ditambahkan minyak bekatul B : Sediaan yang mengandung 3 minyak bekatul C : Sediaan yang mengandung 6 minyak bekatul D : Sediaan yang mengandung 9 minyak bekatul E : Sediaan yang mengandung 12 minyak bekatul Universitas Sumatera Utara 30 Berdasarkan hasil penentuan pH tersebut dapat diketahui bahwa dari tiap formula sediaan krim, setelah selesai dibuat maupun setelah penyimpanan selama 12 minggu, mengalami penurunan pH, perubahan pH bisa diakibatkan karena terjadinya hidrolisis dari bekatul dimana lipase yang ada dalam bekatul, mengubah minyak menjadi gliserol dan asam lemak bebas, sehingga pH menjadi turun. Meskipun terjadi penurunan pH tetapi masih menunjukkan kisaran pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 Pristian, 2013.

4.2.4 Hasil penentuan stabilitas sediaan Tabel 4.5 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim