15
permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum korneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah penguapan air dari
kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi Tranggono dan Latifah, 2007.
Dalam formulasi krim tangan dan krim cair, asam stearat adalah asam lemak pilihan yang digunakan sebagai emolien. Asam stearat bersifat oklusif,
tetapi berbeda dengan emolien yang bersifat oklusif lain, karena secara alami kering dan tidak berminyak Balsam, 1972.
b. Kosmetika pelembab yang didasarkan pada gliserol atau sejenisnya
Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan
mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit tampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit Tranggono dan
Latifah, 2007.
2.4.2 Krim tangan
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI, sediaan krim tangan termasuk penggolongan kosmetika bagian preparat perawatan kulit. Krim adalah sediaan
setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60 dan dimaksudkan untuk pemakaian luar Ditjen POM, 1985.
Sediaan krim tangan harus mengandung suatu bahan pelembab untuk tangan yang secara konstan terpapar dengan sabun, air dan detergen. Sediaan ini
seharusnya juga mengandung minyak dan meninggalkan rasa lembut di kulit, tetapi tidak boleh terlalu berminyak Young, 1972.
Universitas Sumatera Utara
16
Suatu sediaan krim tangan dikatakan baik apabila fungsinya dapat melembutkan kulit, menjaga keseimbangan kulit, dapat dipakai dengan mudah
dan dapat disapukan dengan cepat pada permukaan kulit, tidak meninggalkan selaput yang retak- retak pada pemakaiannya, tidak mempengaruhi pengeluaran
keringat, mempunyai bau, warna dan kestabilan fisik yang baik Balsam, 1972. Bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan krim tangan mencakup zat
emolien, zat sawar barier, zat penutup untuk kulit yang berpori lebar, zat humektan pelembab, zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat pengemulsi,
zat pengawet, parfum dan zat warna Ditjen POM, 1985. Komponen krim tangan yang digunakan yaitu:
a. Asam Stearat
Pemeriannya yaitu keras, berwarna putih atau kuning pucat, agak mengkilap, kristal padat atau serbuk putih atau putih kekuningan, bau lemah atau
berasa lemak. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam benzena, kloroform dan eter; larut dalam etanol 95; praktis tidak larut dalam air. Memiliki titik lebur 69-
70
o
C. Penggunaannya dalam sediaan topikal sebesar 1-20, meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur dan meningkatkan konsistensi. Tidak hanya itu,
asam stearat juga digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika direaksikan dengan basa Rowe, dkk., 2009.
b. Setil Alkohol
Setil alkohol berbentuk lilin, lempengan putih, granul atau dadu. Memiliki bau yang lemah dan tidak berasa. Kelarutannya yaitu larut dalam etanol 95
dan eter, tidak larut dalam air, larut saat dilebur dengan minyak, parafin cair dan padat dengan titik lebur 45-52
C. Dalam losion, krim dan salep, digunakan karena
Universitas Sumatera Utara
17
sifat emoliennya dan sebagai bahan pengemulsi. Setil alkohol meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur dan meningkatkan konsistensi. Sebagai emolien
dan emulgator, digunakan dalam konsentrasi 2-5. Sebagai pengental dalam krim dan losion, biasanya digunakan dengan konsentrasi di bawah 1 Rowe, dkk.,
2009. c.
Pengemulsi Bahan pengemulsi yang digunakan adalah sabun trietanolamin- stearat
yang termasuk pengemulsi anionik. Kelebihan dari pengemulsi ini adalah lebih lembut dan lebih mudah larut dari pada natrium atau kalium stearat.Sabun
trietanolamin- stearat menghasilkan emulsi yang stabil. Sedangkan pengemulsi natrium stearat akan menghasilkan krim yang pada awalnya memiliki konsistensi
yang sangat keras. Pada penyimpanan, konsistensinya menjadi lebih lunak dan akhirnya sangat pekat. Hal ini dikarenakan natrium stearat tidak larut sempurna
dalam air pada temperatur rendah Balsam, 1972. Trietanolamin merupakan cairan kental yang bening, tidak berwarna
sampai kuning pucat dan memiliki bau ammoniak yang lemah, bersifat sangat higroskopis, memiliki titik lebur 20- 25
C dan pH 10,5. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam air, metanol dan aseton. Digunakan sebagai bahan pengemulsi dengan
konsentrasi 0,5-3, menambah kebasaan dan sebagai humektan Rowe, dkk., 2009.
d. Pengawet
Pengawet yang digunakan adalah metil paraben nipagin. Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih; tidak berbau atau
hampir tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut
Universitas Sumatera Utara
18
dalam air, dalam benzen dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air 80
o
C. Penggunaan dalam sediaan topikal sebanyak 0,02-0,3 sebagai antimikroba, efektif pada pH 4-8 Rowe, dkk., 2009.
e. Butilhidroksitoluen BHT
Butilhidroksitoluen merupakan serbuk atau kristal padat putih atau kuning pucat dengan bau fenol lemah. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air, gliserin,
propilen glikol, larutan alkali hidrosida; larut dalam etanol, eter, metanol, benzen, toluen dan minyak mineral. Titik leburnya adalah 70
o
C. Dalam sediaan topikal, digunakan sebagai antioksidan, untuk menghambat atau mencegah ketengikan
oksidatif dari lemak dan minyak, dan mencegah hilangnya aktivitas vitamin larut minyak, penggunaannya sebanyak 0,0075-0,1 Rowe, dkk., 2009.
f. Minyak lavender
Minyak lavender diekstraksi melalui proses penyulingan uap dari bunga lavender, memiliki berat jenis 0,885 gml. Sejak lama, telah digunakan di aroma
terapi dan produksi parfum.
2.5 Skin Analyzer