tingkat pendidikan Diploma sejumlah 3 sampel, dan tingkat pendidikan S3 sejumlah 1 sampel. Tabel 5.3 menujukkan tingkat pendidikan sampel.
Tabel 5.3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karakteristik
Jumlah Jiwa Persentase
SD 5
5,00 SMP
9 9,00
SMA 36
36,00 Diploma
3 3,00
S1 36
36,00 S2
10 10,00
S3 1
1,00
Total 100
100
Sumber: Data diolah dari lampiran 1
5.2 Analisis Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen terhadap Jumlah konsumsi Beras
Sebelum dilakukan estimasi dilakukan pengujian untuk memenuhi asumsi Regresi
Linier Berganda yaitu: a.
Uji Normalitas Setelah melalukan uji Kolmogorov Smirnov, diperoleh signifikansi sebesar 0,714
0,05 lihat pada lampiran 2 yang artinya data terdistribusi normal.
Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parameters
a,,b
Mean 0.0000000
Std. Deviation 7.38923560
Most Extreme Differences Absolute
0.070 Positive
0.070 Negative
- 0.043 Kolmogorov-Smirnov Z
0.698 Asymp. Sig. 2-tailed
0.714 Sumber: Data diolah dari lampiran 2
Universitas Sumatera Utara
b. Uji Gejala Multikolinieritas
Setelah melihat tabel Coefficient terdapat nilai VIF untuk masing-masing variabel
mempunyai nilai 10 dan nilai Tolerance 0,1 lihat pada lampiran 2 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa gejala multikolinearitas tidak terdapat dalam
persamaan ini.
Tabel 5.5 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error
Beta Tolerance VIF
1 Constant
-7.804 6.569
- 1.188
.238 Usia Tahun
.231 .090
.218 2.553 .012 .943 1.060
Pendidikan Tahun
-.178 .251
-.066 -.711 .479 .792 1.263
Pendapatan RpBulan
3.015E- 7
.000 .276 2.947 .004
.787 1.271 JAK Jiwa
3.961 .678
.491 5.845 .000 .975 1.025
Sumber:Data diolah dari lampiran 2 c.
Uji Gejala Heterokedastisitas Setelah melakukan metoda grafik dan uji Park untuk menguji heterokedastis
maka dapat disimpulkan bahwa gejala heterokedastis tidak terdapat dalam persamaan ini, dimana bentuk dari grafiknya tidak menunjukkan pola tertentu dan
nilai signifikansi dari variabel 1,000 0,05 lihat pada lampiran 2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6 Hasil Uji Heterokedastisitas ANOVA
b
Model Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. 1
Regression .000
4 .000
.000 1.000
a
Residual 412032.107
95 4337.180
Total 412032.107
99 Sumber:Data diolah dari lampiran 2
d. Uji Autokeorelasi
Setelah melakukan uji Durbin Watson, diperoleh dL ≤ d ≤ du yakni 1,57 ≤ 1,674
≤ 1,78 lihat pada lampiran 2 yang artinya kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa – apa.
Tabel 5.7 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .589
a
.347 .319
7.54319 1.674
Sumber:Data diolah dari lampiran 2 Maka setelah dilakukan pengujian asumsi regresi linier berganda didapatkan hasil
akhir dari estimasi pengaruh karakteristik konsumen terhadap jumlah konsumsi beras sebagai berikut:
Tabel 5.8 Hasil Analisis Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen Beras terhadap Jumlah konsumsi Beras
Variabel Koef. Regresi
Std. Error t. Hit
Sig
Constant -7,804
6,569 -1,188
0,238 Usia
0,231 0,90
2,553 0,012
Pendapatan 3,015 10
-7
0.000 2,947
0,004 Jumlah Anggota
Keluarga 3,961
0,678 5,845
0,000 Pendidikan
-0,178 0,251
-0,711 0,479
R² = 0,347 t- tabel = 1,646 F- hitung = 12,616
F- tabel = 2,47 Sumber: Data diolah dari lampiran 2
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel diperoleh persamaan sebagai berikut:
Ŷ = -7,804 + 0,231 X
1
+ 3,015 10
-7
X
2
+ 3,961X
3
– 0,178 X
4
Keterangan: Ŷ
= Jumlah konsumsi beras kgbulan X
1
= Usia tahun X
2
= Pendapatan Rpbulan X
3
= Jumlah anggota keluarga jiwa X
4
= Pendidikan tahun Dari model dihasilkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,347. Hal ini
menunjukkan bahwa 34,7 variasi variabel jumlah konsumsi beras telah dapat dijelaskan oleh variabel usia, pendapatan, jumlah angggota keluarga, dan
pendidikan, sedangkan sisanya 65,3 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
Secara serempak pengaruh variabel usia, pendapatan, jumlah angggota keluarga, dan pendidikan nyata pada taraf 95 Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis,
diperoleh F-hitung = 12,616 F-tabel = 2,47 dengan nilai signifikansi 0,000. Dari hasil analisis regresi dapat dilihat juga bahwa secara parsial karakteristik
sosial ekonomi konsumen yang mempengaruhi jumlah konsumsi beras dijelaskan sebagai berikut:
a. Hasil analisis usia terhadap jumlah konsumsi beras memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 0,231, maka setiap peningkatan usia 1 tahun menyebabkan kenaikan konsumsi beras sebesar
Universitas Sumatera Utara
0,231 kgbulan dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Tanda positif pada usia menunjukkan pengaruh positif pada jumlah konsumsi beras, yang artinya
apabila usia meningkat maka jumlah konsumsi juga akan meningkat. Berdasarkan uji t diperoleh nilai t-hitung usia sebesar 2,553 t-tabel sebesar 1,646 pada taraf
kepercayaan 95 dengan nilai signifikansi 0,01 2 α 5 yang berarti terima H
1
artinya variabel usia berpengaruh nyata secara parsial terhadap jumlah konsumsi beras.
Hal ini sesuai dengan pendapat Surmarwan 2004 yang menyatakan bahwa perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap
produk. Seseorang yang berusia relatif muda, akan lebih cepat menerima sesuatu yang baru. Artinya, pertambahan usia akan mempengaruhi perubahan jumlah
konsumsi. Dimana usia yang masih produktif akan mengkonsumsi lebih banyak dibandingkan usia non produktif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
usia sampel produktif dari usia 29 sampai 66 tahun yaitu sebanyak 98. Sedangkan usia sampel non produktif berusia antara 74 sampai 83 sebanyak 2
sampel. b.
Hasil analisis pendapatan terhadap jumlah konsumsi beras memiliki nilai koefisien regresi sebesar 3,015 .10
-7
, maka setiap peningkatan pendapatan 1 rupiah menyebabkan kenaikan konsumsi beras sebesar 3,015 .10
-7
kgbulan dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Tanda positif pada pendapatan menunjukkan pengaruh positif pada jumlah konsumsi beras,
yang artinya apabila pendapatan meningkat maka jumlah konsumsi juga
Universitas Sumatera Utara
meningkat. Berdasarkan uji t diperoleh nilai t-hitung pendapatan sebesar 2,947 t-tabel sebesar 1,646 pada taraf kepercayaan 95 dengan nilai
signifikansi 0,004 α 5 yang berarti terima H
1
artinya pendapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi beras.
Hal ini sesuai dengan pendapat Khoirina 2011 yang menyatakan bahwa Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhya terhadap jumlah konsumsi.
Biasanya makin baik tinggi tingkat pendapatan, jumlah konsumsi semakin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga
untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Atau mungkin juga pola hidup makan konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas
yang baik. Contoh yang amat sederhana adalah jika pendapatan sang ayah masih sangat rendah, biasanya beras yang dipilih untuk konsumsi juga beras kelas
rendahmenengah. c.
Hasil analisis jumlah anggota keluarga terhadap jumlah konsumsi beras memiliki nilai koefisien regresi sebesar 3,961, maka setiap peningkatan
jumlah anggota keluarga 1 jiwa menyebabkan kenaikan konsumsi beras sebesar 3,961 kgbulan dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Tanda
positif pada jumlah anggota keluarga menunjukkan pengaruh positif pada jumlah konsumsi beras, yang artinya apabila jumlah anggota keluarga
meningkat maka jumlah konsumsi beras juga akan meningkat. Berdasarkan uji t diperoleh nilai t-hitung jumlah anggota keluarga sebesar
5,845 t-tabel sebesar 1,646 pada taraf kepercayaan 95 dengan nilai signifikansi 0,000 α 5 yang berarti terima H
1
artinya jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi beras.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sesuai dengan pendapatan Suhardjo 1996 yang menyatakan bahwa sumber pangan keluarga terutama mereka yang miskin akan lebih mudah
memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup
untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut. Artinya,
semakin banyak jumlah anggota keluarga maka kebutuhan konsumsi beras semakin besar.
5.3 Konsumsi Beras Berdasarkan Tingkat Pendapatan dengan Atribut Beras.