Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. Hal-hal tersebut akan membantu analis dalam
menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih tepat. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis sebagaimana dinyatakan dalam Syamsuddin 2000 : 40 :
1. sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan
secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama- sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka
satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan.
2. pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio
finansial perusahaan A pada tahun 19X0 dengan rasio finansial perusahaan B pada tahun 19X1.
3. sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit diperiksa. Laporan keuangan yang
belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang akurat
4. adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.
2.1.2 Jenis- Jenis Rasio Keuangan
Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio banyak sekali karena rasio dibuat menurut kebutuhan penganalisa.Namun demikian angka
rasio yang ada dapat digolongkan menjadi dua.Golongan yang pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan unsur atau elemen dari
angka rasio tersebut dan penggolongan yang kedua adalah berdasarkan pada tujuan penganalisa Munawir, 2001: 68.
Rasio keuangan berdasarkan sumber data yang digunakan dibedakan menjadi rasio-rasio neraca, rasio-rasio laporan laba rugi, dan rasio-rasio antar
Universitas Sumatera Utara
laporan keuangan.Sedangkan berdasarkan tujuannya rasio keuangan dibedakan menjadi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas dan rasio pertumbuhan. Dari rasio-rasio tersebut yang berkaitan langsung dengan kepentingan
analisis kinerja perusahaan dalam penelitian ini meliputi: 1.
Debt to Equity Ratio DER Menurut Darsono 2005: 54, “Debt to Equity Ratio adalah rasio yang
menunjukan persentase penyedian dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman”. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan
perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio
akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya.Cara menghitung DER adalah dengan membandingan
total hutang dengan total ekuitas.
Debt to equity ratio =
����������� ������������
2. Return On Assets ROA Menurut Kasmir 2002:139, Return On AssetsROA merupakan
“rasio yang menunjukkan hasil return atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen”.Rasio
ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikannya dengan mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya rasio ini diukur dengan
persentase. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin tinggi
Universitas Sumatera Utara
ROA akan semakin baik,demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi
perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa yang akan datang dan penting untuk
diperhatikan investor dalam melihat sejauh mana investasi yang akan dilakukannya disuatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai
dengan tingkat yang disyaratkannya. Jadi semakin tinggi ROA suatu perusahaan akan semakin menarik minat investor untuk berinvestasi di
perusahaan tersebut,karena apabila ROA perusahaan tinggi berarti return yang akan diterimanya juga semakin besar. Rasio ROA dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
Return On Asset =
��������� ����������
x 100
3. Gross Profit Margin GPM
Gross Profit Margin GPM mengukur efesiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksi, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk
berproduksi secara efesien.Gross Profit Margin menurut Van Horne dan Wachonicz 2005:222 “memberitahukan kita laba dari perusahaan yang
berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual”.
Gross Profit Margin =
���� ����� ���������������
x 100
Dalam mengevaluasi dapat dilihat margin per unit produk, bila rendah maka perusahaan tersebut sensitif terhadap pesaing. Sedangkan menurut Djarwanto
2004:187 :
Universitas Sumatera Utara
rasio laba bruto yang rendah mungkin diakibatkan adanya kebijaksanaan pembelian dan mark up yang tidak menguntungkan, ketidakmampuan
manajemen meningkatkan volume penjualan, harga menurun untuk meningkatkan volume penjualan tetapi tidak disertai dengan turunnya
harga pokok penjualan barang, meningkatnya ongkos produksi karena kelebihan investasi fasilitas pabrik atau karena adanya kenaikkan harga
bahan, kenaikan upah, atau kenaikan harga-harga umum yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.
4. Net Profit Margin
Net profit marginmerupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu.Net Profit Margin
NPM dapat diinterpretasikan sebagai tingkat efisiensi perusahaan, yaitu sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menekan biaya-biaya yang
ada di perusahaan.Semakin tinggi NPM maka semakin efektif suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya.Cara menghitung NPM adalah
dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan bersih.
Net profit margin =
���� ������ ��������� ������
2.1.3 Pengertian Analisis Rasio Keuangan