Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Sedangkan metode yang digunakan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan, misalnya ceramah, diskusi kelompok, demonstrasi, studi kasus, pemecahan masalah, bermain peran, brain storming, atau simulasi. Setelah melakukan pelatihan kader, rencana tindak lanjut yang harus dilakukan adalah dengan melakukan evaluasi baik proses selama peatihan, penyelenggaraan, serta aplikasi atau penerapan hasil pelatihan di masyarakat.

2.5 Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut teori Anderson dalam Notoatmojo 2003, perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor : a. Predisposisi individu predisposing factor Masing-masing individu memiliki kecendrungan yang berbeda dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini dapat diramalkan dengan karakteristik pasien yang telah ada sebelum timbulnya episode sakit. Karakteristik ini meliputi : ciri demografi, struktur sosial dan kepercayaan tentang kesehatan. b. Faktor pendukung Enabling factor Faktor predisposisi harus didukung pula oleh hal-hal lain agar individu memanfaatkan pelayanan kesehatan. Faktor pendukung ini antara lain, pendapatan, asuransi kesehatan dan ketercapaian sumber pelayanan kesehatan yang ada. Bila faktor ini terpenuhi maka individu cendrung menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada saat sakit. Penderita penyakit yang tergolong berat misalnya harus operasi atau rawat inap di rumah sakit, Universitas Sumatera Utara maka kondisi ekonomi merupakan penentu akhir bagi individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. c. Karakteristik kebutuhan need factor Faktor ini lebih menitikberatkan pada masalah individu beserta keluarganya merasakan adanya penyakit, atau kemungkinan untuk terjadinya sakit. Kebutuhan diukur dengan “perceived need” dan “evaluated need” melaui : jumlah hari individu tidak bisa bekerja, gejala yang dialaminya, penilaian individu tentang status kesehatannya. Faktor predisposisi dan enabling bila sudah mendukung, maka faktor selanjutnya adalah kebutuhan berdasarkan persepsi perceived need terhadap posyandu. Persepsi atau cara seseorang menanggapi peran dan manfaat posyandu dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan dan akan menentukan apakah akan memanfaatkan pelayanan posyandu. Menurut Anderson dan Newman 1968 dalam Sarwono 2004, bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi pelayanan kesehatan adalah faktor petugas kesehatan, mencakup karakteristik petugas kesehatan dan kompetensi petugas kesehatan, termasuk didalam pelayanan kesehatan. Menurut Wibowo 2008, kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Indikator kompetensi terdiri dari pengetahuan, sikap dan keterampilan. Universitas Sumatera Utara Menurut Thoha 2008, kompetensi ada 3 tiga jenis yaitu : 1 kompetensi teknis, lebih menekankan kepada pencapaian efektifitas kerja, 2 kompetensi perilaku konsep diri, ciri diri dan motif individu, yang lebih menekankan kepada perilaku produktif yang harus dimiliki dan diperagakan oleh petugas agar dapat berprestasi, dan 3 kompetensi pengetahuan dan keterampilan individu, yang lebih ditujukan kepada pelatihan dan pendidikan. Perilaku yang dimaksud dalam hal ini adalah perilaku kerja bukan perilaku umum dan seseorang dapat memiliki dan memeragakan perilaku tersebut pada saat melaksanakan pekerjaannya. Untuk mampu memeragakan perilaku produktif di tempat kerja, seseorang harus memiliki kemampuan teknis melaksanakan pekerjaannya, sebagai contoh berorientasi pada pencapaian hasil adalah sebuah kompetensi perilaku Hutapea P dan Thoha N, 2008.

2.6 Kerangka Konsep