Gejala-Gejala Hipersensitifitas Gelombang Elektromagnetik

hari, terutama pada suasana hening dan gelap, sehingga menyebabkan orang mudah tidur. Namun produksi hormon ini berkurang oleh adanya rangsangan dari luar, misalnya cahaya, bising serta medan elektromagnetik. Sebagaimana dikemukakan juga oleh Hawkins, bahwa cahaya maupun pajanan medan elektromagnetik dapat menurunkan produksi hormon melatonin dan berpotensi menimbulkan berbagai keluhan termasuk sakit kepala, pening dan keletihan. Bahkan Petrie et al 2003 mengidentifikasi turunnya kadar melatonin dapat menimbulkan gejala jet lag, seperti seseorang yang telah melakukan penerbangan lama, antara lain berupa rasa letih dan sakit kepala, di samping mual dan mudah tersinggung.

2.2 Gejala-Gejala Hipersensitifitas Gelombang Elektromagnetik

1. Sakit Kepala Headache Sebagian besar sakit kepala merupakan ketegangan otot, migren atau nyeri kepala tanpa penyebab yang jelas. Sakit kepala banyak yang berhubungan dengan kelainan di mata, hidung, tenggorokan, gigi dan telinga. Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan perasaan berdenyut di kepala, tetapi tekanan darah tinggi jarang menyebabkan sakit kepala menahun. Biasanya dokter bisa menentukan penyebab sakit kepala dari riwayat kesehatan penderita dan hasil pemeriksaan fisik. Kadang dilakukan pemeriksaan darah untuk menentukan penyebabnya. Pungsi lumbal pengambilan sejumlah kecil cairan dari kolumna spinalis untuk diperiksa dibawah mikroskop dilakukan jika diduga penyebabnya adalah suatu infeksi misalnya meningitis. Hanya sebagian kecil sakit kepala yang disebabkan oleh tumor otak, cedera otak atau berkurangnya oksigen ke otak. Jika diduga suatu tumor, stroke atau kelainan otak lainnya, maka dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI Zhdanova, 1995. Universitas Sumatera utara 2. Gangguan Tidur Berupa Sukar Tidur Insomnia Sebuah gangguan tidur atau somnipathy adalah gangguan medis dari tidur pola seseorang atau hewan. Beberapa gangguan tidur yang cukup serius untuk mengganggu fungsi fisik, mental dan emosional yang normal Dollins, 2007. Gangguan dalam tidur dapat disebabkan oleh berbagai hal, ketika seseorang menderita kesulitan tidur tanpa penyebab yang jelas, ini disebut sebagai insomnia. Selain itu, gangguan tidur juga dapat menyebabkan penderita untuk tidur berlebihan, kondisi yang dikenal sebagai hipersomnia. Manajemen gangguan tidur yang sekunder terhadap mental, gangguan penyalahgunaan medis atau substansi harus fokus pada kondisi yang mendasarinya Zhdanova, 1995. Insomnia adalah seringkali merupakan gejala gangguan mood misalnya, stres emosional, kecemasan, dipresi atau kondisi kesehatan yang mendasarinya misalnya, asma, diabetes, penyakit jantung, kehamilan atau kondisi neurologis. Pengobatan untuk gangguan tidur secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat kategori: perilaku dan psikoterapi pengobatan, rehabilitasi dan manajemen, obat dan somatik pengobatan Dollins, 2007. Tak satu pun dari pendekatan umum cukup untuk semua pasien dengan gangguan tidur. Sebaliknya, pilihan pengobatan tertentu tergantung pada diagnosis pasien, riwayat medis, psikiatris dan preferensi serta keahlian dari dokter yang merawat. Seringkali, pendekatan perilaku psikoterapi dan farmakologis tidak kompatibel dan secara efektif dapat dikombinasikan untuk memaksimalkan manfaat terapeutik. Manajemen gangguan Universitas Sumatera utara tidur yang sekunder terhadap mental, gangguan penyalahgunaan medis atau substansi harus fokus pada kondisi yang mendasarinya Dollins, 2007. Gangguan tidur kronis pada masa anak-anak, yang mempengaruhi sekitar 70 dari anak-anak dengan gangguan perkembangan atau psikologis, tidak dilaporkan dan diobati. gangguan ini juga umum di kalangan remaja yang jadwal sekolah sering tidak sesuai dengan ritme alami mereka. Pengobatan yang efektif dimulai dengan diagnosis hati menggunakan buku harian tidur dan mungkin tidur studi. Modifikasi dalam tidur dapat menyelesaikan masalah, tetapi pengobatan medis sering diperlukan. Peralatan khusus mungkin diperlukan untuk pengobatan beberapa gangguan seperti apnea obstruktif, gangguan ritme sirkadian dan bruxism. Dalam kasus ini, bila berat, penerimaan hidup dengan gangguan tersebut, namun dikelola dengan baik, sering diperlukan Grant, 2006. 3. Gangguan Konsentrasi Difficulty in Concentrating Gangguan konsentrasi dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa, gangguan konsentrasi adalah masalah yang berhubungan dengan gangguan pusat perhatian. Adapun gejala-gejala yang tampak dari gangguan konsentrasi ini adalah inatesi yaitu seseorang tampaknya tidak mendengarkan apa yang dikatakan kepadanya dan sulit mengikuti instruksi, hiperaktifitas yaitu seseorang ataupun anak-anak cenderung bergerak terus dan tak ingin diam dan ia sibuk dengan hal yang menarik perhatiannya, impulsif yaitu seseorang sering tidak sabaran dan tanpa perasaan takut terlibat dalam perbuatan berbahaya atau yang mengganggu orang lain, disorganisasi yaitu anak tidak bisa merapikan barangnya sendiri, relasi sosial yang buruk yaitu perasaan tidak mampu dan Universitas Sumatera utara rendah diri serta bila mengerjakan tugas ia mudah menyerah, koordinasi yang buruk yaitu keadaan yang sering menunjukkan pola motorik kasar halus yang tidak harmonis, problem daya ingat yaitu seringkali lupa akan tugas dan tanggung jawabnya, pikiran yang berulang-ulang terhadap satu hal yaitu keadaan apabila ia menyukai sesuatu ia akan membicarakannya terus Dollins, 2007. 4. Keletihan yang Konstan atau Menahun Chronic Fatigue Syndrome Keletihan adalah perasaan letih atau keletihan keadaan yang membutuhkan istirahat karena kurangnya energi atau kekuatan. Keletihan mungkin hasil dari kerja berlebihan, kurang tidur, cemas, bosan, atau kurangnya latihan. Ini adalah gejala yang mungkin disebabkan oleh penyakit, obat-obatan, atau pengobatan medis seperti kemoterapi. Kecemasan atau dipresi juga dapat menyebabkan keletihan. Keletihan adalah gejala, bukan penyakit, karena gejala-gejala ini dapat disebabkan oleh banyak masalah kesehatan lainnya, pentingnya keletihan hanya dapat ditentukan bila gejala lain yang dievaluasi. Dalam kasus yang jarang, keletihan otot umum dapat disebabkan oleh masalah kesehatan lain, seperti masalah dengan kelenjar tiroid yang mengatur cara tubuh menggunakan energi Dollins, 2007. a. Tingkat tiroid yang rendah hipotiroidisme dapat menyebabkan keletihan, kelemahan, kelesuan, berat badan, dipresi, masalah memori, sembelit, kulit kering, intoleransi dingin, rambut kasar dan menipis, kuku rapuh, atau warna kekuningan pada kulit. b. Tingkat tiroid tinggi hipertiroidisme dapat menyebabkan keletihan, penurunan berat badan, denyut jantung meningkat, intoleransi terhadap panas, berkeringat, lekas marah, kecemasan, kelemahan otot dan tiroid. Universitas Sumatera utara c. Sindrom Guillain-Barré, gangguan saraf langka yang menyebabkan kelemahan pada tungkai, lengan dan otot-otot lain dan yang dapat berkembang untuk menyelesaikan kelumpuhan. d. Myasthenia gravis, gangguan langka kronis yang menyebabkan kelemahan dan keletihan otot yang cepat. e. Sebuah masalah dengan mineral elektrolit ditemukan secara alami dalam tubuh, seperti tingkat rendah kalium atau natrium. Apabila penyebab keletihan diatas ada dalam jumlah yang banyak dan terus menerus mengalami kondisi yang menyebabkan keletihan maka dapat menyebabkan keletihan yang lama atau sering disebut dengan keletihan yang konstan atau menahun chronic fatigue syndrome Internasional Commission on Non-Ionizing Radiation Protection, 2008. 5. Sakit pada Otot Pain in Muscles Sakit otot merupakan masalah yang sering terjadi, sakit otot bisa terjadi di seluruh tubuh atau hanya terbatas di satu lengan, tungkai, tangan atau jari tangan. Penyebab sakit otot bisa disebabkan oleh kelainan di otot, tendon, tulang atau sendi, tetapi yang paling sering menyebabkan sakit otot adalah kelainan pada sistem saraf. Kadang kelemahan otot terjadi setelah sembuh dari suatu penyakit dan sering kali timbul karena penuaan sarkopenia. Gejala sakit otot dan penyebab sakit otot adalah Atrofi penciutan otot bisa merupakan akibat dari kerusakan otot atau sarafnya atau jarang digunakan sering baring dalam waktu yang lama. Dalam keadaan normal, pembesaran Universitas Sumatera utara otot hipertrofi bisa terjadi setelah melakukan olah raga beban. Pada seseorang yang sakit, hipertrofi terjadi karena otot tersebut bekerja lebih berat untuk mengkompensasi kelemahan otot yang lainnya. Pembesaran otot juga bisa terjadi jika jaringan otot yang normal digantikan oleh jaringan yang abnormal, seperti yang terjadi pada amiloidosis dan kelainan otot bawaan tertentu misalnya miotonia kongenital. Fasikulasi kedutan otot dibawah kulit yang tidak teratur dan tampak dari luar biasanya menunjukkan kelainan saraf, meskipun kadang terjadi pada orang yang sehat terutama jika gugup atau kedinginan dan sering terjadi pada otot betis dari orang tua. Otot yang tidak dapat mengendur miotonia biasanya menunjukkan adanya kelainan pada otot, bukan pada sarafnya.Diagnosa pada pemeriksaan otot dilakukan secara sistematis, mulai dari wajah dan leher, lalu lengan dan akhirnya tungkai. Dalam keadaan normal, seseorang dapat menahan rentangan lengannya selama beberapa menit tanpa gemetaran. Ketidakmampuan menahan lengan dengan kokoh bisa merupakan pertanda adanya kelemahan otot. Kekuatan melawan tahanan diuji dengan mendorong atau menarik dari arah yang berlawanan. Tes fungsional dilakukan dengan meminta penderita melakukan hal-hal berikut: bangkit dari kursi tanpa bantuan lengan, jongkok dan bangkit dari jongkok, berdiri diatas jari kaki dan tumit dan menggenggam benda. Dalam keadaan normal, otot bersifat kokoh tetapi tidak keras dan licin, tidak berbenjol-benjol. Pemeriksaan neurologis menyeluruh bisa membantu menentukan berbagai kelainan rasa, koordinasi, gerakan motor dan refleks. Uji kecepatan penghantaran saraf bisa membantu menentukan fungsi saraf. Elektromiogram dilakukan untuk menentukan kelainan otot. Jika kelainan terletak pada otot, maka bisa dilakukan biopsi otot untuk diperiksa dibawah mikroskop. Pemeriksaan darah digunakan untuk menentukan laju rendah darah yang Universitas Sumatera utara akan meningkat jika terjadi peradangan dan kadar kreatin kinase enzim otot yang dilepaskan ke dalam aliran darah jika terjadi kerusakan otot Dollins, 2007. 6. Mual Nausea Mual banyak dikaitkan dengan ganguan organik dan fungsional. Kondisi darurat di rongga perut seperti apendikitis akut, kolesistitis, gangguan di saluran intestinal atau peritonitis juga bisa menyebabkan mual. Infeksi virus, bakteri dan parasit lain di saluran pencernaan secara tipikal menyebabkan mual dengan derajat berat. Satu dari begitu banyak penyebab mual yang kemudian dapat menyebabkan muntah pada anak adalah gastroenteritis yang disebabkan rotavirus Dollins, 2007. Tipe lain dari kondisi mual adalah yang disebut mual yang bisa diantisipasi atau anticipatory nausea. Mual jenis ini disebabkan karena pemberian obat-obat kemoterapi atau akibat kecemasan yang timbul karena tindakan tersebut. Kebanyakan pasien menunjukkan dua-duanya, baik karena obatnya dan juga kecemasan akibat efek kemoterapi. Data dari Support Care Cancer tahun 1998 menunjukkan mual atau Anticipatory nausea AN dialami oleh sekitar 29 pasien yang menjalani kemoterapi atau 1:3 Grant, 2006. Mual juga bisa dikeluhkan pasien sesudah menjalani operasi. Data dari World Federation of Societies of Anaesthesiologists 2003 menyebutkan Postoperative Nausea and Vomiting PONV merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang paling sering terjadi setelah tindakan pembedahan. Kasusnya mencapai 60-70 jika menggunakan agen anastesi lama, dibandingkan 30 dengan penggunaan obat anastesi yang relatif baru. Universitas Sumatera utara Gejala yang sama juga banyak ditemukan pada kehamilan. Bahkan kasusnya relatif tinggi. Rasa mual menimpa 75-85 perempuan hamil dan 50 diikuti muntah. Karena cukup menganggu dan menurunkan aktifitas harian penderita, maka tujuan terapi untuk mual adalah mencegah atau menghilangkannya. Tetapi pendekatan terapi sangat tergantung pada kondisi medis masing-masing pasien. Untuk mual ringan, bisa diatasi dengan obat-obat bebas atau bisa dilakukan pendekatan non farmakologi. Tetapi karena gejala mual bisa jadi merepresentasikan beberapa kondisi, maka amat penting untuk menentukan penyebab sebelum memutuskan penggunaan obat yang tepat. Tujuan keseluruhan dari terapi antiemetik adalah untuk mencegah atau menghilangkan mual, seharusnya tanpa menimbulkan efek samping. Terapi antiemetik diindikasikan untuk pasien dengan gangguan elektrolit akibat sekunder dari muntah, anoreksia berat, memburuknya status gizi atau kehilangan berat badan Ikatan Dokter Indonesia, 2007. Obat-obat yang tersedia bebas misalnya antasid, histamine 2 antagonis seperti simetidin, famotidin, dan ranitidine. Obat-obat kelompok antihistimine-antikolinergik seperti meclizine, cyclizine, dimenhidrinat dan difenhidramin serta cairan fosforilat karbohidrat. Sedangkan obat anti mual yang bisa didapatkan dengan resep antara lain antihistamin-antikolinergik dan fenotiazine. Kedua jenis obat ini umumnya efektif, meskipun dalam dosis dan frekuensi pemberian yang kecil. Untuk kasus yang lebih rumit, disarankan mengkombinasikan obat Grant, 2006 Universitas Sumatera utara

2.3 Baku Mutu Gelombang Elektromagnetik