Besar Frekuensi Gelombang Elektromagnetik Dari Base Transceiver Station (Bts) Dan Gejala Hipersensitifitas Di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2012

(1)

BESAR FREKUENSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK DARI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) DAN GEJALA HIPERSENSITIFITAS

DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH :

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012

FATIYAH TUL KHOIR NST NIM. 081000164


(2)

BESAR FREKUENSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK DARI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) DAN GEJALA HIPERSENSITIFITAS

DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

FATIYAH TUL KHOIR NST NIM. 081000164

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

BESAR FREKUENSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK DARI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) DAN GEJALA HIPERSENSITIFITAS

DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2012

Yang dipertahankan dan dipersembahkan oleh :

FATIYAH TUL KHOIR NST

NIM. 081000164

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 25 Juli 2012 Dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Dr. Taufik Ashar, MKes) (Ir. Indra Chahaya, Msi) NIP. 197803312003121001 NIP. 196811011993032005

Penguji II Penguji III

(Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH) (dr. Devi Nuraini Santi, MKes) NIP. 194911191987011001 NIP.196501091994032002

Medan, Juli 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan


(4)

ABSTRAK

Peralatan komunikasi telepon yang membutuhkan gelombang elektromagnetik untuk menjalankan fungsinya mengakibatkan pertumbuhan Base Transceiver Station

(BTS) yang menghasikan gelombang elektromagnetik tersebut semakin meningkat. Gelombang elektromagnetik mempengaruhi sedikitnya produksi hormon melantonin yang dihasilkan oleh kelenjar pineal, sehingga timbulnya berbagai keluhan hipersensitifitas, yaitu sakit kepala, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, keletihan konstan, sakit pada otot dan mual.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar frekuensi gelombang elektromagnetik dan gejala hipersensitifitas dari Base Transceiver Station (BTS) di Jalan Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

Jenis penelitian ini adalah cross sectional yang bersifat deskriptif dengan responden 27 ibu rumah tangga, terdiri dari 9 responden yang rumahnya dibagun Base Transceiver Station (BTS)dan 18 responden yang tinggal beradius 13 meter.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran frekuensi gelombang elektromagnetik yang dilakukan 2 kali, pada pengukuran pertama, dari 9 BTS, BTS I-IX, 3 diantaranya yaitu BTS III, IV dan IX tidak memenuhi batas standar pancaran gelombang elektromagnetik yang di izinkan (≤ 800 MHz) dan pengukuran yang kedua terdapat 4 BTS yang tidak memenuhi standar yaitu BTS I, III, IV dan IX. Keluhan hipersensitifitas paling tinggi yaitu sakit pada otot, 25 responden (92,6%), keletihan konstan, 24 responden (88,9%) dan sakit kepala, 17 responden (62,9%).

Saran untuk pemerintah yaitu melakukan pengawasan pancaran gelombang elektromagnetik BTS dan tidak memberikan izin pembangunan BTS di atas rumah selama belum ada peraturan yang tegas mengenai pelanggaran besar frekuensi gelombang elektromagnetik serta perusahaan komunikasi memenuhi standar besar gelombang elektromagnetik yang diizinkan (≤ 800 MHz).

Kata Kunci : Base Transceiver Station (BTS), Gelombang elektromagnetik, Keluhan Hipersensitifitas


(5)

ABSTRACT

Phone as communication equipment require electromagnetic wave to perform it’s function, making effect in the growing of Base Transceiver Station (BTS) which produces increasing of electromagnetic wave. Electromagnetic wave give effect the production of melatonin hormone which produced by the pineal gland, the result of it is hypersensitivity complaints, namely headache, disturbance of sleep, disturbance of concentration, constant fatigue, muscle pain and nausea.

The purpose of this study to determine the frequency of electromagnetic wave and symptoms of hypersensitivity of the Base Transceiver Station (BTS) in Padang Bulan Street Jamin Ginting Medan Baru District.

The type of this research is descriptive cross sectional with 27 respondents are women who work as housewife, consist of 9 respondents whose house are used as BTS and 18 respondents who live within 13 meters of the BTS.

The result of 2 times measurements, the electromagnetic wave in 9 BTS, BTS I-IX, 3 of BTS, BTS III, IV and IX, break of the standard limits the emission of electromagnetic wave which are authorized (≤ 800 MHz) and the second measurement, there are 4 BTS that break the standard, BTS I, III, IV and IX. Distribution of questionnaires was given to 27 respondents, the highest hypersensitivity complaint are muscle pain, 25 respondents (92,6%), constant fatigue, 14 respondents (88,9%) and disturbance of sleep 17 respodents (62,9%)

Advice for government to control the emission of BTS’s electromagnetic wave and does not give permission to build of BTS at the top of society’house before there are strict regulations about the violation of the electromagnetic wave frequency also communication companies obey the standard of electromagnetic wave (≤ 800 MHz).

Keywords : Base Transceiver Station (BTS), electromagnetic wave, hypersensitivity complaint


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fatiyah Tul Khoir Nst

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 12 Mei 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Anak Ke : 5 Dari 5 Bersaudara

Alamat : Jl. Prof. M. Yusuf No. 15 Padang Bulan, Medan Riwayat Pendidikan Formal

1. SD Muhamadiyah 18 Medan : Tahun 1996 – 2002

2. SLTP Negeri 1 Kisaran – Asahan : Tahun 2002 – 2005 3. SMA Negeri 1 Kisaran – Asahan : Tahun 2005 – 2008 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU : Tahun 2008 – 2012 Riwayat Pendidikan Non Formal

1. Kindergarten Class di Mada English Course Medan Tahun 2001 2. Beginner One Class di Mada English Course Medan Tahun 2001 3. Tranning Desain Grafis Tahun 2008

4. Conversation Class di Yayasan Pendidikan Persahabatan Indonesia – Amerika Tahun 2009

5. Conversation I di SDM ABAD 21 Tahun 2009

6. Pendidikan Bahasa Jepang di SDM ABAD 21 Tahun 2009

7. Toefl Class di Yayasan pendidikan Persahabatan Indonesia – Amerika Tahun 2010. 8. Tranning Workshop Jurnalistik 2010


(7)

10. Pendidikan Komputer Tricom Medan Tahun 2011 Riwayat Organisasi

1. Anggota Bandung Karate Club (BKC) : Tahun 2012 – Sekarang

2. Anggota Titik Koma : Tahun 2011 – 2012

3. Anggota PHBI (Pemerintahan Hari Besar Islam) : Tahun 2008 – 2010 4. Anggota Muda HMI ( Himpunan Mahasiswa Islam) : Tahun 2008 – 2009 5. Sekretaris USD (USU Society For Debating) : Tahun 2008 – 2009 6. Ketua FKM English Club : Tahun 2009 – 2011

7. Relawan Green Peace : Tahun 2010 – Sekarang

8. Relawan Cinta Baca : Tahun 2010 – Sekarang


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “BESAR FREKUENSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK DARI BASE

TRANSCEIVER STATION (BTS) DAN GEJALA HIPERSENSITIFITAS DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN TAHUN 2012”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, MKes, selaku Kepala Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Taufik Ashar, MKes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan pemikiran yang luar biasa serta waktu kepada penulis dalam bimbingan skripsi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ir. Indra Chahaya S, MSi, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberi masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan


(9)

6. Bapak Fahmi, ST, selaku Teknisi PT. Indosat Medan

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua saya ( Alm. Agus Sani dan Salmiah ) dan saudara-saudara saya (Ridho Raharjo, Ratna Wardana, Huda Mulyono, Suri Rahayu), terima kasih atas segala doa dan dukungan moril maupun materil, motivasi dan kasih sayang yang kalian berikan kepada penulis selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

9. Teman terbaik penulis di grup UKMI AL-Ishlah (Sri Lestari, Winni RE Tumanggor, Rahmi Fitri Lauli) beserta teman LKP (Sri Lestari, Voni Yolanda, Riama Simanjuntak, Johannes Sinuriat), serta teman-teman saya lainnya yang tidak dapat saya sebutkan

10. Abang dan kakak (Wan Fuad, Fanji Avrianto dan Fatihah) yang telah banyak memberikan motivasi dan semangat dalam hidup saya

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.

Medan, Juli 2012 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ...ii

Abstract ... iii

Riwayat Penulis ... iv

Kata Penghantar ... vi

Daftar Isi ... ix

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Grafik ...xvii

Daftar Lampiran ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian ... 6

2.1.1 Pengertian Pencemaran dan Lingkungan ... 6

2.1.2 Pengertian Pencemaran Udara ... 6

2.1.3 Pengertian Gelombang Elektromagnetik ... 8

2.1.4 Pengertian Radiasi Elektromagnetik ... 9

2.1.5 Pengertian Spektrum Elektromagnetik ... 10

2.1.6 Pengertian Medan Listrik ... 11

2.1.7 Pengertian Medan Magnet ... 11

2.1.8 Pengertian Base Transceiver Station (BTS) ... 12

2.1.9 Pengertian Telepon Genggam ... 13

2.1.10 Pengertian Hipersensitifitas Gelombang Elektromagnetik ... 15

2.2 Gejala-gejala Hipersensitifitas Gelombang Elektromagnetik ... 17

2.3 Baku Mutu Gelombang Elektromagnetik ... 25

2.4 Kerangka Konsep ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 27

3.2.2 Waktu Penelitian ... 27

3.3 Populasi dan Sampel ... 28

3.3.1 Populasi ... 28


(11)

a. Besar Sampel ... 28

b. Teknik Pengambilan Sampel ... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.4.1 Data Primer ... 29

3.4.2 Data Sekunder ... 30

3.5 Defenisi Operasional ... 30

3.5.1 Gelombang Elektromagnetik ... 30

3.5.2 Base Transceiver Station (BTS) ... 30

3.5.3 Hipersensitifitas ... 30

3.5.4 Keluhan Hipersensitifitas Gelombang Elektromagnetik ... 30

3.5.5 Sakit Kepala (Headache) ... 31

3.5.6 Gangguan Tidur Berupa Sukar Tidur (Insomnia) ... 31

3.5.7 Gangguan Konsentrasi (Difficulty in Concentrating) ... 31

3.5.8 Keletihan yang Konstan atau Menahun ... 31

3.5.9 Sakit pada Otot (Pain in Muscles) ... 31

3.5.10 Mual (Nausea) ... 32

3.5.11 Umur ... 32

3.5.12 Jenis Kelamin ... 32

3.5.13 Lama Bermukim... 32

3.5.14 Riwayat Penyakit ... 32

3.6 Aspek Pengukuran ... 32

3.6.1 Besar Frekuensi Gelombang Elektromagnetik dari Base Transceiver Station (BTS) ... 32

3.6.2 Keluhan Gangguan Hipersensitifitas Gelombang Elektromagnetik ... 33

3.6.3 Karakteristik Responden ... 34

3.7 Prosedur Pengukuran Frekuensi Gelombang Elektromagnetik dengan Menggunakan Site Master... 34

3.8 Teknik Pengolahan Data ... 35

3.9 Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Padang Bulan ... 37

4.1.1 Geografi ... 37

4.1.2 Demografi ... 37

4.2 Karakteristik Responden ... 38

4.2.1 Umur Responden ... 38

4.2.2 Lama Bermukim Responden ... 39

4.3 Hasil Penelitian ... 40

4.3.1 Besar Frekuensi Gelombang Base Transceiver Station (BTS) . 40 4.3.2 Keluhan Hipersensitifitas Berupa Gangguan Sakit Kepala ... 41

4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan Gangguan Hipersensitifitas Berupa Sakit Kepala ... 41

4.3.3.1 Kelompok Umur Responden ... 41


(12)

4.3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan Gangguan

Hipersensitifitas Berupa Gangguan Tidur ... 43

4.3.5.1 Kelompok Umur Responden ... 43

4.3.5.2 Lama Bermukim Responden ... 43

4.3.6 Keluhan Hipersensitifitas Berupa Gangguan Konsentrasi ... 44

4.3.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan Gangguan Hipersensitifitas Berupa Gangguan Konsentrasi ... 44

4.3.7.1 Kelompok Umur Responden ... 44

4.3.7.2 Lama Bermukim Responden ... 45

4.3.8 Keluhan Hipersensitifitas Berupa Gangguan Keletihan Konstan46 4.3.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan Gangguan Hipersensitifitas Berupa keletihan Konstan ... 46

4.3.9.1 Kelompok Umur Responden ... 46

4.3.9.2 Lama Bermukim Responden ... 47

4.3.10 Keluhan Hipersensitifitas Berupa Gangguan Sakit Pada Otot . 47 4.3.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan Gangguan Hipersensitifitas Berupa Sakit Pada Otot ... 48

4.3.11.1 Kelompok Umur Responden ... 48

4.3.11.2 Lama Bermukim Responden ... 49

4.3.12 Keluhan Hipersensitifitas Berupa Mual ... 49

4.3.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan Gangguan Hipersensitifitas Berupa Mual ... 50

4.3.13.1 Kelompok Umur Responden ... 50

4.3.13.2 Lama Bermukim Responden ... 50

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Besar Frekuensi Gelombang Elektromagnetik Base Transceiver Station (BTS) Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru 2012 ... 53

5.2 Keluhan Gangguan Hipersensitifitas Berdasarkan Karakteristik Responden ... 53

5.2.1 Keluhan Gangguan Hipersensitifitas Berupa Sakit Kepala Berdasarkan Karakteristik Responden ... 53

5.2.2 Keluhan Gangguan Hipersensitifitas Berupa Gangguan Tidur Berdasarkan Karakteristik Responden ... 55

5.2.3 Keluhan Gangguan Hipersensitifitas Berupa Gangguan Konsentrasi Berdasarkan Karakteristik Responden ... 56

5.2.4 Keluhan Gangguan Hipersensitifitas Berupa Keletihan Konstan Berdasarkan Karakteristik Responden ... 58

5.2.5 Keluhan Gangguan Hipersensitifitas Berupa Sakit Pada Otot Berdasarkan Karakteristik Responden ... 59

5.2.6 Keluhan Gangguan Hipersensitifitas Berupa Mua Berdasarkan Karakteristik Responden ... 61


(13)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 71 6.2 Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR GAMBAR


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Populasi lingkungan I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX,X, XI, XII di Kelurahan Padang Bulan... 38 Tabel 4.2 distribusi responden berdasarkan kelompok umur jamin ginting

kelurahan padang bulan kecamatan meda baru kota medan 2011 ... 38 Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan kelompok lama bermukim di

jalan jamin ginting kelurahan padang bulan kecamatan medan baru kota medan tahun 2011 ... 39 Tabel 4.4 Hasil pengukuran besar gelombang elektromagnetik Base

Transceiver Station (BTS) Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 40 Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan gangguan hipersensitifitas berupa

sakit kepala di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 41 Tabel 4.6 Distribusi responden dengan keluhan hipersensitifitas berupa sakit

kepala berdasarkan umur di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 41 Tabel 4.7 Distribusi responden dengan keluhan hipersensitifitas berupa

sakit kepala berdasarkan lama bermukim di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 42 Tabel 4.8 Distribusi responden berdasarkan gangguan hipersensitifitas berupa

gangguan tidur di daerah Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 42 Tabel 4.9 Distribusi responden dengan keluhan hipersensitifitas berupa

gangguan tidur berdasarkan umur di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 43 Tabel 4.10 Distribusi responden dengan keluhan hipersensitifitas berupa

gangguan tidur berdasarkan lama bermukim di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 43 Tabel 4.11 Distribusi responden berdasarkan gangguan hipersensitifitas berupa

gangguan konsentrasi di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 44 Tabel 4.12 Distribusi responden dengan keluhan hipersensitifitas berupa

gangguan konsentrasi berdasarkan umur di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 45 Tabel 4.13 Distribusi responden dengan keluhan hipersensitifitas berupa

gangguan konsentrasi berdasarkan lama bermukim di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012... 45


(16)

Tabel 4.14 Distribusi responden berdasarkan gangguan hipersensitifitas berupa keletihan konstan di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 46 Tabel 4.15 Distribusi responden dengan keluhan hipersensitifitas berupa

keletihan konstan berdasarkan umur di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 46 Tabel 4.16 Distribusi responden dengan keluhan hipersensitifitas berupa

keletihan konstan berdasarkan lama bermukim di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012... 47 Tabel 4.17 Distribusi responden berdasarkan gangguan hipersensitifitas berupa

sakit pada otot di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 47 Tabel 4.18 Distribusi responden dengan keluhan hipersensitifitas berupa sakit

pada otot berdasarkan umur di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 47 Tabel 4.19 Distribusi responden dengan keluhan hipersensitifitas berupa sakit

pada otot berdasarkan lama bermukim di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 48

Tabel 4.20 Distribusi responden berdasarkan gangguan hipersensitifitas berupa mual di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan

Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 49 Tabel 4.21 Distribusi responden dengan keluhan hipersensitifitas berupa mual

berdasarkan umur di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 50 Tabel 4.22 Distribusi responden dengan keluhan hipersensitifitas berupa mual

berdasarkan lama bermukim di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 50


(17)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Distribusi responden dengan keluhan hipersensitifitas tertinggi di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 51 Grafik 4.2 Distribusi responden dengan keluhan hipersensitifitas tertinggi

berdasarkan kelompok umur di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 52 Grafik 4.3 Distribusi responden dengan keluhan hipersensitifitas tertinggi

berdasarkan lama bermukim di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012 ... 52


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat izin penelitian Universitas Sumatera Utara dengan tujuan kepada perusahaan Indosat, Tbk Medan ... 72 Lampiran 2. Surat izin riset dari perusahaan Indosat Tbk Medan Jalan Printis

Kemerdekaan No.39 ... 73 Lampiran 3. Surat hasil penelitian di perusahaan Indosat Tbk Jalan Cempaka

No.50 ... 74 Lampiran 4. Skema pengambilan sampel penelitian ... 76 Lampiran 5. Kuesioner penelitian ... 77 Lampiran 6. Peraturan mengenai baku mutu besar gelombang

elektromagnetik diudara ... 79 Lampiran 7. Foto-foto penelitian ... 84


(19)

ABSTRAK

Peralatan komunikasi telepon yang membutuhkan gelombang elektromagnetik untuk menjalankan fungsinya mengakibatkan pertumbuhan Base Transceiver Station

(BTS) yang menghasikan gelombang elektromagnetik tersebut semakin meningkat. Gelombang elektromagnetik mempengaruhi sedikitnya produksi hormon melantonin yang dihasilkan oleh kelenjar pineal, sehingga timbulnya berbagai keluhan hipersensitifitas, yaitu sakit kepala, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, keletihan konstan, sakit pada otot dan mual.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar frekuensi gelombang elektromagnetik dan gejala hipersensitifitas dari Base Transceiver Station (BTS) di Jalan Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

Jenis penelitian ini adalah cross sectional yang bersifat deskriptif dengan responden 27 ibu rumah tangga, terdiri dari 9 responden yang rumahnya dibagun Base Transceiver Station (BTS)dan 18 responden yang tinggal beradius 13 meter.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran frekuensi gelombang elektromagnetik yang dilakukan 2 kali, pada pengukuran pertama, dari 9 BTS, BTS I-IX, 3 diantaranya yaitu BTS III, IV dan IX tidak memenuhi batas standar pancaran gelombang elektromagnetik yang di izinkan (≤ 800 MHz) dan pengukuran yang kedua terdapat 4 BTS yang tidak memenuhi standar yaitu BTS I, III, IV dan IX. Keluhan hipersensitifitas paling tinggi yaitu sakit pada otot, 25 responden (92,6%), keletihan konstan, 24 responden (88,9%) dan sakit kepala, 17 responden (62,9%).

Saran untuk pemerintah yaitu melakukan pengawasan pancaran gelombang elektromagnetik BTS dan tidak memberikan izin pembangunan BTS di atas rumah selama belum ada peraturan yang tegas mengenai pelanggaran besar frekuensi gelombang elektromagnetik serta perusahaan komunikasi memenuhi standar besar gelombang elektromagnetik yang diizinkan (≤ 800 MHz).

Kata Kunci : Base Transceiver Station (BTS), Gelombang elektromagnetik, Keluhan Hipersensitifitas


(20)

ABSTRACT

Phone as communication equipment require electromagnetic wave to perform it’s function, making effect in the growing of Base Transceiver Station (BTS) which produces increasing of electromagnetic wave. Electromagnetic wave give effect the production of melatonin hormone which produced by the pineal gland, the result of it is hypersensitivity complaints, namely headache, disturbance of sleep, disturbance of concentration, constant fatigue, muscle pain and nausea.

The purpose of this study to determine the frequency of electromagnetic wave and symptoms of hypersensitivity of the Base Transceiver Station (BTS) in Padang Bulan Street Jamin Ginting Medan Baru District.

The type of this research is descriptive cross sectional with 27 respondents are women who work as housewife, consist of 9 respondents whose house are used as BTS and 18 respondents who live within 13 meters of the BTS.

The result of 2 times measurements, the electromagnetic wave in 9 BTS, BTS I-IX, 3 of BTS, BTS III, IV and IX, break of the standard limits the emission of electromagnetic wave which are authorized (≤ 800 MHz) and the second measurement, there are 4 BTS that break the standard, BTS I, III, IV and IX. Distribution of questionnaires was given to 27 respondents, the highest hypersensitivity complaint are muscle pain, 25 respondents (92,6%), constant fatigue, 14 respondents (88,9%) and disturbance of sleep 17 respodents (62,9%)

Advice for government to control the emission of BTS’s electromagnetic wave and does not give permission to build of BTS at the top of society’house before there are strict regulations about the violation of the electromagnetic wave frequency also communication companies obey the standard of electromagnetic wave (≤ 800 MHz).

Keywords : Base Transceiver Station (BTS), electromagnetic wave, hypersensitivity complaint


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara global, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan kualitas hidup seseorang, suatu titik terang yang bermula pada suatu kesederhanaan pada kehidupan manusia, telah menjadi sesuatu yang lebih mudah untuk semua aspek kehidupan, berkat sesuatu yang bernama teknologi. Konsumsi masyarakat yang semakin terus meningkat akan teknologi menjadikan dunia teknologi semakin lama semakin canggih, informatika yang dulunya memerlukan waktu yang lama dalam penyampaiannya kini dengan teknologi segalanya menjadi sangat dekat dan tanpa jarak. Kini, semua hal dalam kehidupan modren ini tidak akan bisa terlepas dari dunia teknologi, salah satunya adalah komunikasi.

Dunia teknologi komunikasi terus berkembang, mulai dari penggunaan alat komunikasi sederhana seperti telepon berkabel sampai dengan telepon tanpa kabel (nirkabel) yang dilengkapi dengan berbagai macam fasilitasnya. nirkabel bekerja dengan menggunakan radiasi gelombang mikro yang dihasilkan oleh pemancar Base Transceiver Station (BTS) (Anjik, 2009).

BTS semakin banyak di lingkungan masyarakat sebagai akibat dari semakin luasnya penggunaan ponsel. BTS di Indonesia pada tahun 2009 berjumlah 3.437 unit, diantaranya merupakan jaringan 3G sedangkan sisanya adalah jaringan 2G, jumlah BTS terus meningkat dengan pesat, pada tahun 2011 jumlahnya berlipat ganda menjadi 6.530 buah


(22)

dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dari perkotaan hingga daerah pendalaman, melihat perkembangan yang sangat pesat ini maka menteri komunikasi dan informatika dibawah persetujuan presiden berusaha mengeluarkan peraturan yang bertujuan untuk menekan jumlah perkembangan BTS, dengan membuat kebijakan untuk perusahaan-perusahaan telekomunikasi yaitu penggunaan pemancar BTS bersama, satu BTS digunakan oleh banyak provider kemudian kebijakan ini akan diatur dalam undang-undang tentang telekomunikasi di Indonesia dan akan menjadi sebuah peraturan yang bertujuan untuk menekan perkembangan BTS pada tahun-tahun yang akan datang.

Sumatera Utara merupakan salah satu wilayah yang pesat berkembangnya Base Transceiver Station, pada tahun 2010 mencapai 2.080 buah BTS yang tersebar di setiap kota atau kabupatennya.

Medan merupakan salah satu kota yang ada di Sumatera Utara dan merupakan ibu kota Sumatera Utara menjadi kota yang menjadi urutan ke-3 jumlah BTS terbanyak di Indonesia, pada tahun 2010 di kota medan terdapat 20% dari jumlah total BTS 68.740 BTS.

Salah satu kelurahan di medan, Kelurahan Padang Bulan, merupakan daerah pusat kota, perniagaan dan padat penduduk memiliki 9 BTS yang terletak di daerah diperumahan penduduk.

Medan elektromagnetik yang menghasilkan gelombang elektromagnetik dari Base Transceiver Station (BTS) berpotensi menimbulkan berbagai gangguan, antara lain terhadap sistem darah, sistem kardiovaskuler, sistem saraf, sistem reproduksi serta dapat menyebabkan hipersensitifitas (Ikatan Dokter Indonesia, 2007), bahkan secara khusus


(23)

Frey (1998) mengemukakan, bahwa timbulnya keluhan sakit kepala banyak dijumpai oleh para pemakai ponsel dan di daerah Base Transceiver Station.

Secara umum potensi gangguan kesehatan akibat radiasi elektromagnetik pada menara Base Transceiver Station (BTS) berupa efek jangka panjang, berupa potensi proses degeneratif dan keganasan (kanker) dan dalam waktu pendek akan mengakibatkan efek sensitifitas dengan berbagai manifestasinya (Grant, 2006).

Salah satu potensi gangguan kesehatan akibat BTS adalah timbulnya Electrical sensitivity atau dikenal pula dengan istilah electrical hypersensitivity, merupakan problem kesehatan masyarakat sebagai akibat pengaruh radiasi medan elektromagnetik, gangguan fisiologis yang ditandai dengan sekumpulan gejala neurologis dan kepekaan (sensitifitas) terhadap medan elektromagnetik (Anies, 2005). Penyebab timbulnya berbagai keluhan tersebut sangat kompleks seperti sakit kepala (headache), gangguan tidur (insomnia), gangguan konsentrasi (difficulty in concentrating), keletihan yang konstan atau menahun (chronic fatigue syndrome), sakit pada otot (pain in muscles), mual (nausea), berdebar-debar (tachycar), dipresi (depression), telinga berdenging (tunnitus), kebingungan (confusion), muka serasa kebakar (facial flushing) dan hal ini dapat disebabkan karena penyebab organik maupun psikologis. Gangguan Hipersensitifitas ini diakibatkan karena terganggunya metabolisme melatonin didalam tubuh, hipersensitifitas tersebut timbul bila produksi hormon melatonin berkurang (Lewy, 1992), produksi hormon ini berkurang oleh adanya rangsangan dari luar, misalnya cahaya, bising serta medan elektromagnetik. Cahaya maupun pajanan medan elektromagnetik dapat menurunkan produksi hormon melatonin dan berpotensi menimbulkan berbagai keluhan penyakit (Hawkins, 2010).


(24)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas diketahui bahwa Base Transceiver Station (BTS) menghasilkan gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan gejala hipersensitifitas, gejala-gejala yang ditimbulkan berupa sakit kepala (headache), gangguan tidur berupa sukar tidur (insomnia), gangguan konsentrasi (difficulty in concentrating) serta keletihan yang konstan atau menahun (chronic fatigue syndrome). Keterpaparan terhadap gelombang elektromagnetik yang melebihi nilai ambang batas frekuensi yang seharusnya pada kurun waktu yang cukup lama dapat memicu timbulnya keluhan kesehatan pada masyarakat di sekitar Base Transceiver Staion (BTS) di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Untuk itu perlu diketahui besar frekuensi dari Base Transceiver Station (BTS) dan gejala-gejala yang ditimbulkannya di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui besar frekuensi gelombang elektromagnetik dan gejala hipersensitifitas dari Base Transceiver Station (BTS) di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2012

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik masyarakat yang terpapar gelombang elektromagnetik dari

Base Transceiver Station (BTS) di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2012

2. Mengetahui besar frekuensi gelombang elektromagnetik dari Base Transceiver Station (BTS) di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru 2012


(25)

3. Mengetahui gejala hipersensitifitas dari Base Transceiver Station (BTS) di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru tahun 2012

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi masyarakat di Kelurahan Padang Bulan

2. Sebagai masukan bagi perusahaan telekomunikasi tentang informasi besar frekuensi gelombang elekromagnetik dari Base Transceiver Station (BTS) dengan gejala hipersensitifitas

3. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Medan dalam mewujudkan lingkungan yang baik dan masyarakat yang sehat

4. Sebagai bahan masukan bagi pihak yang berwewenang untuk mencegah dan memperbaiki kualitas udara dan lingkungan yang masih kurang memenuhi standar 5. Sebagai masukan informasi bagi peneliti selanjutnya khususnya Mahasiswa FKM

USU mengenai Analisis besar frekuensi Base Transceiver Station (BTS) dengan gejala hipersensitifitas akibat gelombang elektromagnetik


(26)

24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

2.1.1 Pengertian Pencemaran dan Lingkungan

Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran. Lingkungan dapat diartikan sebagai media atau suatu areal, tempat atau wilayah yang didalamnya terdapat bermacam-macam bentuk aktifitas yang berasal dari ornamen-ornamen penyusunnya. Ornamen-ornamen yang ada dalam dan bentuk lingkungan, merupakan suatu bentuk sistem yang saling mengikat, saling menyokong kehidupan mereka. Karena itu suatu tatanan lingkungan yang mencakup segala bentuk aktifitas dan interaksi didalamnya disebut juga ekosistem (Palar, 2004).

2.1.2 Pengertian Pencemaran Udara

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air dalam bentuk bentuk uap H2O dan Karbon

Dioksida (CO2). Jumlah uap air yang terdapat di udara bervariasi dari cuaca dan

suhu.Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Beberapa gas seperti Sulfur dioksida (SO2), Hidrogen sulfida (H2S), dan Karbon monoksida (CO)


(27)

25 selalu dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari proses-proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan, dan sebagainya. Selain itu partikel-partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat tersebar diudara oleh angin, letusan vulkanik atau gangguan alam lainnya. Selain disebabkan polutan alami tersebut, polusi udara disebabkan oleh aktifitas manusia (Fardiaz, 1992).

Menurut Mukono (1997) pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia kedalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material. Selain itu pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh karena masuknya bahan kontaminan alami atau buatan ke dalam atmosfer tersebut.

Menurut Chandra (2006), pencemaran udara adalah dimasukkannya komponen lain ke dalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung maupun akibat proses alam sehingga kualitas udara turun sampai ketingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai peruntukannnya.

Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan oleh karena peristiwa alamiah dan dapat pula disebabkan oleh ulah manusia, lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan industri dan teknologi yang ada (Suma’mur, 1986).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 pencemaran udara diartikan masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke udara dan atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia


(28)

26 atau proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya.

Pencemaran udara juga diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya (Wardhana, 2001).

2.1.3 Pengertian Gelombang Elektromagnetik

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang transversal yang memiliki panjang gelombang >0,0001 nm. Contoh gelombang elektromagnetik yait penghasil gelombang elektromagnetik disebut medan elektromagnetik, gelombang elektromagnetik ditemukan ole

Medan elektromagnetik listrik merupakan gelombang yang dihasilkan oleh adanya sumber arus dan tegangan. Gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh sumber listrik dibedakan atas medan listrik dan medan magnet. Medan listrik diberi besaran volt per meter atau kilovolt per meter, yang bersumber dari adanya tegangan listrik sedangkan medan magnet diberi besaran tesla yang berasal dari sumber arus yang mengalir (Glaser, 2009).

Sumber-sumber elektromagnetik ada dimana-mana matahari, bintang dan tornado merupakan sumber alamiah dari gelombang elektromagnetik. Dalam kenyataan, setiap objek yang berhubungan dengan bumi memantulkan sebagian radiasi elektromagnetik matahari, menyerap sebagian, dan kemudian secara kontinu meradiasikan ulang sebagian


(29)

27 lagi. Ada juga sumber elektromagnetik buatan seperti ledakan nuklir, rangkaian listrik dengan tube vakum atau transistor, dioda microwave, laser, maser, magnetron pada oven microwive, antena radio, tower Base Transceiver Station (BTS) dan banyak lagi (Liang, 2008).

2.1.4 Pengertian Radiasi Elektromagnetik

Radiasi elektromagnetik adalah kombinasi yang lai

tentang radiasi elektromagnetik disebut

elektromagnetik. Waktu kawat (panghantar seperti Bergantung pada situasi, gelombang elektromagnetik dapat bersifat seperti atau seperti diketahui sebagai frekuensi gelombang ditunjukan oleh hubunga foton, h ialah −34 J·s — dan f adalah frekuensi


(30)

28 2.1.5 Pengertian Spektrum Elektromagnetik

Spektrum elektromagnetik adalah rentang semu mungkin. Spektrum elektromagnetik dapat dijelaskan dalam Hz, yaitu 4.1μeV/GHz, panjang gelombang dikalikan dengan energi per foton adalah 1.24 μeVm. Spektrum elektromagnetik dapat dibagi dalam beberapa daerah yang terentang dari sinar gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada gelombang mikro dan gelombang radio dengan panjang gelombang sangat panjang. Pembagian ini sebenarnya tidak begitu tegas dan tumbuh dari penggunaan praktis yang secara historis berasal dari berbagai macam metode deteksi. Biasanya dalam mendeskripsikan energi spektrum elektromagnetik dinyatakan dala eV), dalam panjang gelombang untuk energi menengah, dan dalam frekuensi untuk

energi rendah (λ ≥ 0,5 mm). Istila

dalam merujuk spektrum elektromagnetik, walaupun sebenarnya hanya mencakup sebagian rentang panjang gelombang saja (320 - 700 nm)(Lena, 1998)

Spektrum gelombang elektromagnetik yang kita ketahui mencakup rentang frekuensi yang lebar. Gelombang radio, signal Base Transceiver Station (BTS), signal televisi, sinar radar, cahaya tak terlihat, sinar- X dan sinar gamma merupakan contoh gelombang elektromagnetik. Untuk mudahnya/praktisnya, spektrum dibagi dalam beberapa daerah. Pembagian ini tidaklah dimaksudkan untuk ketepatan dan tiap bagian juga dibagi lagi dalam subbagian. Sebagai contoh, dalam rentang yang terlihat, spektrum selanjutnya


(31)

29 dibagi lagi dalam warna merah, kuning, hijau, biru, nila dan ungu yang urut sesuai peningkatan frekuensi (Liang, 2008).

2.1.6 Pengertian Medan Listrik

Medan listrik adalah suatu medan atau ruangan yang dapat menimbulkan gaya pada partikel di dalam medan tersebut. Medan listrik dapat timbul karena adanya partikel yang bermuatan listrik, sehingga medan listrik mempunyai arah sesuai dengan jenis muatan listrik penyebabnya, positif atau negatif. Medan listrik dari sumber tegangan bolak-balik akan mempunyai arah bolak-balik juga. Suatu kawat penghantar yang bertegangan dan dialiri oleh arus listrik akan dilingkupi medan elektromagnetik dengan garis-garis medan (Glaser, 2009).

2.1.7 Pengertian Medan Magnet

Medan magnet adalah suatu medan atau ruangan yang dapat menimbulkan gaya pada benda-benda magnet atau partikel bermuatan listrik. Medan magnet merupakan medan tertutup, artinya garis medannya selalu merupakan lingkaran tertutup. Kawat penghantar yang dialiri arus listrik, garis medan magnetnya merupakan lingkaran-lingkaran tertutup yang berpusat pada penghantar tersebut. Kuat medan magnet makin melemah jika jarak dari sumber semakin jauh. Kuat medan magnet mempunyai satuan tesla atau militesla, sering juga digunakan gauss atau miligauss (1 T = 1000 mT; 1 G = 1000 mG dan 1 T = 10.000 G). Medan magnet tidak dapat dihalangi oleh benda-benda yang tidak permeabel seperti tubuh manusia, bangunan, tanah dan pepohonan (International Radiation Protection Association, 2007).


(32)

30 2.1.8 Pengertian Base Transceiver Station (BTS)

Base Transceiver Station (BTS) adalah bagian dari network element GSM yang berhubungan langsung dengan Mobile Station (MS). BTS berhubungan dengan MS melalui air-interface dan berhubungan dengan BSC dengan menggunakan A-bis interface. Base Transceiver Station (BTS) atau situs sel adalah sebuah peralatan yan memfasilitasi komunikasi nirkabel antara pengguna peralatan (UE) dan jaringan. UES adalah perangkat seperti ponsel, WiFi, WiMAX, Wireless loop lokal (WLL). Fungsi Base Transceiver Station (BTS) adalah sebagai pengirim dan penerima (transciver) sinyal komunikasi dari/ke MS serta menghubungkan MS dengan network element lain dalam jaringan GSM (BSC, MSC, SMS, IN, dsb) dengan menggunakan radio interface. Secara hirarki, BTS akan terhubung ke BSC, dalam hal ini sebuah BSC akan mengontrol kerja beberapa BTS yang berada di bawahnya. Karena fungsinya sebagai transceiver, maka bentuk pisik sebuah BTS pada umumnya berupa tower dengan dilengkapi antena sebagai

transceiver dan perangkatnya. Sebuah BTS dapat me-cover area sejauh 35 km (hal ini sesuai dengan nilai maksimum dari Timing Advance (TA) (Sandstrom, 2008).

Fungsi dasar BTS adalah sebagai Radio Resource Management, yaitu melakukan fungsi-fungsi yang terkait dengan :

1. Menandakan channel ke MS pada saat MS akan melakukan pembangunan hubungan. 2. Menerima dan mengirimkan sinyal dari dan ke MS, juga mengirimkan/menerima

sinyal dengan frekuensi yang berbeda-beda dengan hanya menggunakan satu antena yang sama.


(33)

31 Bagian-bagian Base Transceiver Station terdiri dari :

1. Module Operation dan Maintenance (O&M)

Module ini terdiri dari sebuah central unit yang mengatur kerja seluruh perangkat BTS.

2. Module Clock

Fungsi module ini adalah sebagai module yang men-generate dan mendistribusikan clock.

3. Filter Input & Output

Module ini terdiri dari filter input dan filter output yang fungsinya untuk membatasi bandwidth sinyal yang diterima dan ditarnsmisikan oleh BTS (Anies, 2005). 2.1.9 Pengertian Telepon Genggam

Telepon genggam (telgam) atau telepon selular (ponsel) atau handphone (HP) atau disebut pula perangkat saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunaka wireless) (Sandstorm, 2008).

Saat ini Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu sistem (Global System for Mobile Telecommunications) dan sisteCode Division Multiple Access). Selain berfungsi untuk melakukan dan menerima panggilan telepon, ponsel umumnya juga mempunyai fungsi pengiriman dan penerimaan pesan singkat

(Short Message Service

negara yang menyediakan layanan generasi ketiga (3G) dengan menambahkan jasa


(34)

32 mereka. Sekarang, telepon genggam menjadi gadget yang multifungsi. Mengikuti perkembangan teknologi digital, kini ponsel juga dilengkapi dengan berbagai pilihan fitur, seperti bisa menangkap siara Selain fitur-fitur tersebut, ponsel sekarang sudah ditanamkan fitur ponsel tersebut, orang bisa mengubah fungsi ponsel tersebut menjadi mini komputer. Di dunia bisnis, fitur ini sangat membantu bagi para pebisnis untuk melakukan semua pekerjaan di satu tempat dan membuat pekerjaan tersebut diselesaikan dalam singkat (Glaser, 2009).

Sebuah telepon seluler berhubungan dengan stasiun dan substasiun yang diletakan beberapa kilometer jauhnya, pancaran dari peralatan ini harus cukup kuat untuk memastikan signalnya bagus. Peralatan ini, telepon genggam sendiri mengeluarkan daya sebesar 0,1-1,0 W (Liang, 2008).

Perkembangan telepon seluler 1. Generasi 0

Sejarah penemuan telepon seluler tidak lepas dari perkembang penemuan telepon seluler dimulai pada tahun 1921 ketika Departemen Kepolisian Detroit Michigan mencoba menggunakan telepon mobil satu arah. Kemudian, pada tahun 1928 Kepolisian Detroit mulai menggunakan radio komunikasi satu arah regular pada semua mobil patroli dengan frekuensi 2 MHz

2. Generasi 1

Telepon seluler generasi pertama disebut juga 1G. 1-G merupakan telepon seluler pertama yang sebenarnya. Tahun 1973, Martin Cooper dari Motorola Corp menemukan


(35)

33 telepon seluler pertama dan diperkenalkan kepada public pada 3 April 1973. Telepon seluler yang ditemukan oleh Cooper memiliki berat 30 ons atau sekitar 800 gram

3. Generasi 2

Generasi kedua atau 2-G muncul pada sekitar tahun 1990-an. 2G di Amerika sudah menggunakan teknologi GSM menggunakan frekuensi standar 900 Mhz dan CDM frekuensi tersebut, GSM memiliki kapasitas pelanggan yang lebih besar

4. Generasi 3

Generasi ini disebut juga pengguna mereka jangkauan yang lebih luas, termas video call

berteknologi tinggi. Dalam 3G terdapat 3 standar untuk dunia telekomunikasi yaitu

Enhance Datarates for GSM Evolution (EDGE), Wideband-CDMA da 5. Generasi 4

Generasi ini disebut juga Fourth Generation (4G). 4G merupakan sistem telepon seluler yang menawarkan pendekatan baru dan solusi infrstruktur yang mengintegrasikan teknologi wireless yang telah ada termasuk wireless broadband (WiBro), 802.16e,

2.1.10 Pengertian Hipersensitifitas Gelombang Elektromagnetik

Hipersensifitas yang dikenal dengan electrical sensitivity atau elecrtical hypersensitivity adalah masalah kesehatan sebagai akibat pengaruh radiasi medan elektromagnetik yang dapat berupa gangguan fisiologis dengan gejala neurologis dan kepekaan terhadap medan elektromagnetik (Anies, 2005).


(36)

34 Gejala-gejala hipersensitifitas pada setiap orang memiliki sensitifitas terhadap tingkat frekuensi tertentu dari medan elektromagnetik. Gejala-gejala electrical sensitivity

yang banyak dijumpai berupa sakit kepala (headache), pening (dizziness), keletihan yang konstan atau menahun (chronic fatigue syndrome), gangguan tidur berupa sukar tidur (insomnia). Di samping itu, dan kadang-kadang dapat juga dijumpai, antara lain berdebar-debar (tachycardia), mual (nausea) tanpa ada penyebab yang jelas, muka terasa terbakar (facial flushing), rasa sakit pada otot-otot (pain in muscles), telinga berdenging (tinnitus), kejang otot (muscle spasms), kebingungan (confusion), gangguan kejiwaan berupa dipresi (depression) serta gangguan konsentrasi (difficulty in concentrating) (Anies, 2010).

Penyebab timbulnya berbagai keluhan tersebut sangat kompleks dan multifaktor, karena dapat menyertai berbagai penyakit. Kumpulan gejala ini dapat terjadi karena penyebab organik maupun psikologis. Penelitian terbaru tentang metabolisme melatonin yang menimbulkan berbagai gejala dan perubahan suasana hati, diharapkan dapat menjelaskan mengapa pajanan medan elektromagnetik dapat menimbulkan berbagai gejala tersebut (Anies, 2005).

Melatonin, sebagaimana telah dikemukakan di atas, adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pineal, sebuah kelenjar sebesar kacang tanah yang terletak di antara kedua sisi otak. Hormon melatonin mengatur orang dapat tidur pada malam hari dan bangun pagi hari (Dollins, 2007), Produksi hormon melatonin dapat dipacu oleh gelap dan hening serta dihambat oleh sinar yang terang maupun medan elektromagnetik (Zhdanova,1995). Gejala-gejala hipersensitifitas tersebut timbul bila produksi hormon melatonin berkurang (Lewy, 1992),Produksi hormon melatonin bertambah pada malam


(37)

35 hari, terutama pada suasana hening dan gelap, sehingga menyebabkan orang mudah tidur. Namun produksi hormon ini berkurang oleh adanya rangsangan dari luar, misalnya cahaya, bising serta medan elektromagnetik. Sebagaimana dikemukakan juga oleh Hawkins, bahwa cahaya maupun pajanan medan elektromagnetik dapat menurunkan produksi hormon melatonin dan berpotensi menimbulkan berbagai keluhan termasuk sakit kepala, pening dan keletihan. Bahkan Petrie et al (2003) mengidentifikasi turunnya kadar melatonin dapat menimbulkan gejala jet lag, seperti seseorang yang telah melakukan penerbangan lama, antara lain berupa rasa letih dan sakit kepala, di samping mual dan mudah tersinggung.

2.2 Gejala-Gejala Hipersensitifitas Gelombang Elektromagnetik 1. Sakit Kepala (Headache)

Sebagian besar sakit kepala merupakan ketegangan otot, migren atau nyeri kepala tanpa penyebab yang jelas. Sakit kepala banyak yang berhubungan dengan kelainan di mata, hidung, tenggorokan, gigi dan telinga. Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan perasaan berdenyut di kepala, tetapi tekanan darah tinggi jarang menyebabkan sakit kepala menahun. Biasanya dokter bisa menentukan penyebab sakit kepala dari riwayat kesehatan penderita dan hasil pemeriksaan fisik. Kadang dilakukan pemeriksaan darah untuk menentukan penyebabnya. Pungsi lumbal (pengambilan sejumlah kecil cairan dari kolumna spinalis untuk diperiksa dibawah mikroskop) dilakukan jika diduga penyebabnya adalah suatu infeksi (misalnya meningitis). Hanya sebagian kecil sakit kepala yang disebabkan oleh tumor otak, cedera otak atau berkurangnya oksigen ke otak. Jika diduga suatu tumor, stroke atau kelainan otak lainnya, maka dilakukan pemeriksaan


(38)

36 2. Gangguan Tidur Berupa Sukar Tidur (Insomnia)

Sebuah gangguan tidur atau somnipathy adalah gangguan medis dari seseorang atau hewan. Beberapa gangguan tidur yang cukup serius untuk mengganggu fungsi fisik, mental dan emosional yang normal (Dollins, 2007).

Gangguan dalam tidur dapat disebabkan oleh berbagai hal, ketika seseorang menderita kesulitan tidur tanpa penyebab yang jelas, ini disebut sebagai itu, gangguan tidur juga dapat menyebabkan penderita untuk tidur berlebihan, kondisi yang dikenal sebagai mental, gangguan penyalahgunaan medis atau substansi harus fokus pada kondisi yang mendasarinya (Zhdanova, 1995).

Insomnia adalah seringkali merupakan gejala gangguan mood (misalnya, stres emosional, kecemasan, dipresi) atau kondisi kesehatan yang mendasarinya (misalnya, asma, diabetes, penyakit jantung, kehamilan atau kondisi neurologis).Pengobatan untuk gangguan tidur secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat kategori: (Dollins, 2007).

Tak satu pun dari pendekatan umum cukup untuk semua pasien dengan gangguan tidur. Sebaliknya, pilihan pengobatan tertentu tergantung pada diagnosis pasien, riwayat medis, psikiatris dan preferensi serta keahlian dari dokter yang merawat. Seringkali, pendekatan perilaku / psikoterapi dan farmakologis tidak kompatibel dan secara efektif dapat dikombinasikan untuk memaksimalkan manfaat terapeutik. Manajemen gangguan


(39)

37 tidur yang sekunder terhadap mental, gangguan penyalahgunaan medis atau substansi harus fokus pada kondisi yang mendasarinya (Dollins, 2007).

Gangguan tidur kronis pada masa anak-anak, yang mempengaruhi sekitar 70% dari anak-anak dengan gangguan perkembangan atau psikologis, tidak dilaporkan dan diobati. gangguan ini juga umum di kalangan remaja yang jadwal sekolah sering tidak sesuai dengan ritme alami mereka. Pengobatan yang efektif dimulai dengan diagnosis hati menggunakan buku harian tidur dan mungkin tidur studi. Modifikasi dalam tidur dapat menyelesaikan masalah, tetapi pengobatan medis sering diperlukan. Peralatan khusus mungkin diperlukan untuk pengobatan beberapa gangguan seperti apnea obstruktif, gangguan ritme sirkadian dan bruxism. Dalam kasus ini, bila berat, penerimaan hidup dengan gangguan tersebut, namun dikelola dengan baik, sering diperlukan (Grant, 2006).

3. Gangguan Konsentrasi (Difficulty in Concentrating)

Gangguan konsentrasi dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa, gangguan konsentrasi adalah masalah yang berhubungan dengan gangguan pusat perhatian. Adapun gejala-gejala yang tampak dari gangguan konsentrasi ini adalah inatesi yaitu seseorang tampaknya tidak mendengarkan apa yang dikatakan kepadanya dan sulit mengikuti instruksi, hiperaktifitas yaitu seseorang ataupun anak-anak cenderung bergerak terus dan tak ingin diam dan ia sibuk dengan hal yang menarik perhatiannya, impulsif yaitu seseorang sering tidak sabaran dan tanpa perasaan takut terlibat dalam perbuatan berbahaya atau yang mengganggu orang lain, disorganisasi yaitu anak tidak bisa


(40)

38 rendah diri serta bila mengerjakan tugas ia mudah menyerah, koordinasi yang buruk yaitu keadaan yang sering menunjukkan pola motorik kasar / halus yang tidak harmonis, problem daya ingat yaitu seringkali lupa akan tugas dan tanggung jawabnya, pikiran yang berulang-ulang terhadap satu hal yaitu keadaan apabila ia menyukai sesuatu ia akan membicarakannya terus (Dollins, 2007).

4. Keletihan yang Konstan atau Menahun (Chronic Fatigue Syndrome)

Keletihan adalah perasaan letih atau keletihan keadaan yang membutuhkan istirahat karena kurangnya energi atau kekuatan. Keletihan mungkin hasil dari kerja berlebihan, kurang tidur, cemas, bosan, atau kurangnya latihan. Ini adalah gejala yang mungkin disebabkan oleh penyakit, obat-obatan, atau pengobatan medis seperti kemoterapi. Kecemasan atau dipresi juga dapat menyebabkan keletihan. Keletihan adalah gejala, bukan penyakit, karena gejala-gejala ini dapat disebabkan oleh banyak masalah kesehatan lainnya, pentingnya keletihan hanya dapat ditentukan bila gejala lain yang dievaluasi. Dalam kasus yang jarang, keletihan otot umum dapat disebabkan oleh masalah kesehatan lain, seperti masalah dengan kelenjar tiroid yang mengatur cara tubuh menggunakan energi (Dollins, 2007).

a. Tingkat tiroid yang renda

kelesuan, berat badan, dipresi, masalah memori, sembelit, kulit kering, intoleransi dingin, rambut kasar dan menipis, kuku rapuh, atau warna kekuningan pada kulit.

b. Tingkat tiroid tinggi

badan, denyut jantung meningkat, intoleransi terhadap panas, berkeringat, lekas marah, kecemasan, kelemahan otot dan tiroid.


(41)

39 c. tungkai, lengan dan otot-otot lain dan yang dapat berkembang untuk menyelesaikan

keletihan otot yang cepat.

e. Sebuah masalah dengan mineral seperti tingkat rendah kalium atau natrium.

Apabila penyebab keletihan diatas ada dalam jumlah yang banyak dan terus menerus mengalami kondisi yang menyebabkan keletihan maka dapat menyebabkan keletihan yang lama atau sering disebut dengan keletihan yang konstan atau menahun (chronic fatigue syndrome) (Internasional Commission on Non-Ionizing Radiation Protection, 2008).

5. Sakit pada Otot (Pain in Muscles)

Sakit otot merupakan masalah yang sering terjadi, sakit otot bisa terjadi di seluruh tubuh atau hanya terbatas di satu lengan, tungkai, tangan atau jari tangan. Penyebab sakit otot bisa disebabkan oleh kelainan di otot, tendon, tulang atau sendi, tetapi yang paling sering menyebabkan sakit otot adalah kelainan pada sistem saraf. Kadang kelemahan otot terjadi setelah sembuh dari suatu penyakit dan sering kali timbul karena penuaan (sarkopenia). Gejala sakit otot dan penyebab sakit otot adalah Atrofi

(penciutan otot) bisa merupakan akibat dari kerusakan otot atau sarafnya atau jarang digunakan (sering baring dalam waktu yang lama). Dalam keadaan normal, pembesaran


(42)

40 otot (hipertrofi) bisa terjadi setelah melakukan olah raga beban. Pada seseorang yang sakit, hipertrofi terjadi karena otot tersebut bekerja lebih berat untuk mengkompensasi kelemahan otot yang lainnya. Pembesaran otot juga bisa terjadi jika jaringan otot yang normal digantikan oleh jaringan yang abnormal, seperti yang terjadi pada amiloidosis dan kelainan otot bawaan tertentu (misalnya miotonia kongenital). Fasikulasi (kedutan otot dibawah kulit yang tidak teratur dan tampak dari luar) biasanya menunjukkan kelainan saraf, meskipun kadang terjadi pada orang yang sehat (terutama jika gugup atau kedinginan) dan sering terjadi pada otot betis dari orang tua. Otot yang tidak dapat mengendur (miotonia) biasanya menunjukkan adanya kelainan pada otot, bukan pada sarafnya.Diagnosa pada pemeriksaan otot dilakukan secara sistematis, mulai dari wajah dan leher, lalu lengan dan akhirnya tungkai. Dalam keadaan normal, seseorang dapat menahan rentangan lengannya selama beberapa menit tanpa gemetaran. Ketidakmampuan menahan lengan dengan kokoh bisa merupakan pertanda adanya kelemahan otot. Kekuatan melawan tahanan diuji dengan mendorong atau menarik dari arah yang berlawanan. Tes fungsional dilakukan dengan meminta penderita melakukan hal-hal berikut: bangkit dari kursi tanpa bantuan lengan, jongkok dan bangkit dari jongkok, berdiri diatas jari kaki dan tumit dan menggenggam benda. Dalam keadaan normal, otot bersifat kokoh tetapi tidak keras dan licin, tidak berbenjol-benjol. Pemeriksaan neurologis menyeluruh bisa membantu menentukan berbagai kelainan rasa, koordinasi, gerakan motor dan refleks. Uji kecepatan penghantaran saraf bisa membantu menentukan fungsi saraf. Elektromiogram dilakukan untuk menentukan kelainan otot. Jika kelainan terletak pada otot, maka bisa dilakukan biopsi otot untuk diperiksa dibawah mikroskop. Pemeriksaan darah digunakan untuk menentukan laju rendah darah (yang


(43)

41 akan meningkat jika terjadi peradangan) dan kadar kreatin kinase (enzim otot yang dilepaskan ke dalam aliran darah jika terjadi kerusakan otot) (Dollins, 2007).

6. Mual (Nausea)

Mual banyak dikaitkan dengan ganguan organik dan fungsional. Kondisi darurat di rongga perut seperti apendikitis akut, kolesistitis, gangguan di saluran intestinal atau peritonitis juga bisa menyebabkan mual. Infeksi virus, bakteri dan parasit lain di saluran pencernaan secara tipikal menyebabkan mual dengan derajat berat. Satu dari begitu banyak penyebab mual yang kemudian dapat menyebabkan muntah pada anak adalah gastroenteritis yang disebabkan rotavirus (Dollins, 2007).

Tipe lain dari kondisi mual adalah yang disebut mual yang bisa diantisipasi atau

anticipatory nausea. Mual jenis ini disebabkan karena pemberian obat-obat kemoterapi atau akibat kecemasan yang timbul karena tindakan tersebut. Kebanyakan pasien menunjukkan dua-duanya, baik karena obatnya dan juga kecemasan akibat efek kemoterapi. Data dari Support Care Cancer tahun 1998 menunjukkan mual atau

Anticipatory nausea (AN) dialami oleh sekitar 29% pasien yang menjalani kemoterapi atau 1:3 (Grant, 2006).

Mual juga bisa dikeluhkan pasien sesudah menjalani operasi. Data dari World Federation of Societies of Anaesthesiologists 2003 menyebutkan Postoperative Nausea and Vomiting (PONV) merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang paling sering terjadi setelah tindakan pembedahan. Kasusnya mencapai 60-70% jika menggunakan agen anastesi lama, dibandingkan 30% dengan penggunaan obat anastesi yang relatif baru.


(44)

42 Gejala yang sama juga banyak ditemukan pada kehamilan. Bahkan kasusnya relatif tinggi. Rasa mual menimpa 75-85% perempuan hamil dan 50% diikuti muntah. Karena cukup menganggu dan menurunkan aktifitas harian penderita, maka tujuan terapi untuk mual adalah mencegah atau menghilangkannya. Tetapi pendekatan terapi sangat tergantung pada kondisi medis masing-masing pasien. Untuk mual ringan, bisa diatasi dengan obat-obat bebas atau bisa dilakukan pendekatan non farmakologi. Tetapi karena gejala mual bisa jadi merepresentasikan beberapa kondisi, maka amat penting untuk menentukan penyebab sebelum memutuskan penggunaan obat yang tepat. Tujuan keseluruhan dari terapi antiemetik adalah untuk mencegah atau menghilangkan mual, seharusnya tanpa menimbulkan efek samping. Terapi antiemetik diindikasikan untuk pasien dengan gangguan elektrolit akibat sekunder dari muntah, anoreksia berat, memburuknya status gizi atau kehilangan berat badan (Ikatan Dokter Indonesia, 2007).

Obat-obat yang tersedia bebas misalnya antasid, histamine 2 antagonis seperti simetidin, famotidin, dan ranitidine. Obat-obat kelompok antihistimine-antikolinergik seperti meclizine, cyclizine, dimenhidrinat dan difenhidramin serta cairan fosforilat karbohidrat. Sedangkan obat anti mual yang bisa didapatkan dengan resep antara lain antihistamin-antikolinergik dan fenotiazine. Kedua jenis obat ini umumnya efektif, meskipun dalam dosis dan frekuensi pemberian yang kecil. Untuk kasus yang lebih rumit, disarankan mengkombinasikan obat (Grant, 2006)


(45)

43 2.3 Baku Mutu Gelombang Elektromagnetik

Menurut Srikandi Fardiaz (1992) untuk menghindari terjadinya pencemaran udara di lingkungan ditetapkan baku mutu udara yang dapat dibedakan atas baku mutu udara ambien dan baku mutu udara emisi. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh –tumbuhan dan atau benda. Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara, sehinga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia sebagai salah satu peraturan mengenai parameter besar frekuensi gelombang, menyatakan bahwa besar frekuensi gelombang elektromagnetik yang dapat diubah tetapi tidak lebih dari frekuensi 800 MHz.


(46)

44 2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Base Transceiver Station Di Kelurahan Padang Bulan

Keluhan

Hipersensitifitas: - Sakit Kepala - Gangguan Tidur

- Gangguan Konsentrasi - Keletihan Konstan - Sakit pada Otot - Mual

Melebihi NAB (>800 MHz)

Tidak Melebihi NAB (≤800 MHz)

Karakteristik Responden: - Umur


(47)

45 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan cross sectional yang bersifat deskriptif yaitu mengetahui besar frekuensi gelombang elektromagnetik dari

Base Transceiver Station (BTS) dan gejala hipersensitifitas akibat gelombang elektromagnetik BTS pada masyarakat yang tinggal di atas hingga beradius 13 meter dari BTS di Jalan Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Kelurahan Padang Bulan, dengan objek Base Transceiver Station (BTS) yang berada diatas rumah responden. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena:

1. Ada 9 buah Base Transceiver Station yang terletak diatas rumah masyarakat di kawasan tersebut

2. Umumnya banyak masyarakat yang bermukim dan melakukan aktifitas di daerah Padang Bulan dan disekitarnya karena terdapat banyak ruko dan pajak yang merupakan pusat perekonomian dan perdagangan

3. Belum pernah dilakukan penelitian gangguan dan keluhan hipersensitifitas akibat

Base Transceive Station pada masyarakat Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

3.2.2 Waktu Penelitian


(48)

46 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang diatas rumahnya digunakan sebagai tempat pemancar Base Transceiver Station (BTS) dan yang bermukim radius 13 meter dari Base Transceiver Station (BTS) yang dibangun diatas rumah penduduk di Jalan Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

3.3.2 Sampel a. Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga yang diatas rumahnya digunakan sebagai tempat pemancar Base Transceiver Station (BTS) hingga rumah yang ada dalam radius 13 meter di Jalan Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

Jumlah sampel 27 ibu rumah tangga yang terdiri dari 9 ibu rumah tangga yang diatas rumahnya digunakan sebagai tempat pemancar Base Transceiver Station (BTS) dan 18 ibu rumah tangga yang bermukim di radius 13 meter dari Base Transceiver Station (BTS) yang terletak diatas rumah penduduk di Jalan Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

Objek penelitian adalah 9 Base Transceiver Station (BTS) di Jalan Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Pengukuran besar frekuensi gelombang BTS menggunakan site master.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan metode total sampling yaitu pengambilan sampel sama dengan jumlah populasi yang ada, karena


(49)

47 keterbatasan jumlah populasi dan semakin sampel mendekati jumlah populasi maka hasilnya akan mendekati nilai atau keadaan yang sebenarnya serta kesalahan yang terjadi semakin kecil.

Gelombang elektromagnetik Base Transceiver Station (BTS) yang dipilih untuk diukur besar frekuensi yang dikeluarkan kemudian dibandingkan dengan nilai batas ambang yang diperbolehkan oleh Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia yang menetapkan besar frekuensi gelombang elektromagnetik tidak melebihifrekuensi ≤800 MHz.

3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari : 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui observasi lapangan, pengukuran kadar gelombang

Base Transceiver Station (BTS) dan melakukan wawancara kepada masyarakat dengan berpedoman kepada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan.

3.4.2 Data Sekunder

Diperoleh dari literatur perpustakaan, Kantor Kecamatan Kelurahan Padang Bulan dan Perusahaan PT Indosat, tbk

3.5 Defenisi Operasional 3.5.1 Gelombang Elektromagnetik

Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang transversal yang salah satu sumbernya adalah base transceiver station, salah satunya base transceiver station


(50)

48 3.5.2 Base Transceiver Station (BTS)

Base Transceiver Station (BTS) adalah tower yang menghubungkan antara telepon seluler yang satu dengan yang lainnya yang memiliki jarak tak terhingga yang dialami masyarakat Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru 3.5.3 Hipersensitifitas

Hipersensitifitas yang dikenal dengan electrical sensitivity atau elecrtical hypersensitivity adalah masalah kesehatan sebagai akibat pengaruh radiasi medan elektromagnetik yang dapat berupa gangguan akut maupun kronik yang dialami masyarakat Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

3.5.4 Keluhan Gangguan Hipersensitifitas Gelombang Elektromagnetik

Keluhan gangguan hipersensitifitas gelombang elektromagnetik dari BTS adalah sakit kepala, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, keletihan konstan, sakit pada otot, mual yang dialami masyarakat Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

3.5.5 Sakit Kepala (Headache)

Sakit kepala adalah gejala dengan ciri-ciri ketegangan otot, migren atau nyeri kepala tanpa penyebab yang dialami masyarakat Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

3.5.6 Gangguan Tidur Berupa Sukar Tidur (Insomnia)

Gangguan tidur atau somnipathy adalah gangguan

disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya gelombang elektromagnetik yang dialami masyarakat di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru


(51)

49 3.5.7 Gangguan Konsentrasi (Difficulty in Concentrating)

Gangguan konsentrasi adalah masalah kesehatan yang berhubungan dengan gangguan pusat perhatian yang dialami masyarakat Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

3.5.8 Keletihan yang Konstan atau Menahun (Chronic Fatigue Syndrome)

Keletihan konstan adalah keadaan yang selalu merasa membutuhkan istirahat karena kurangnya energi atau kekuatan yang dialami masyarakat Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

3.5.9 Sakit pada Otot (Pain in Muscles)

Sakit otot merupakan sakit yang bisa terjadi di seluruh tubuh atau hanya terbatas di satu lengan, tungkai, tangan atau jari tangan yang dialami masyarakat yang ada di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

3.5.10 Mual (Nausea)

Mual merupakan keadaan di rongga perut yang memberikan perasaan ingin mengeluarkan sesuatu dari perut yang dialami masyarakat Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

3.5.11 Umur

Umur adalah jumlah tahun dari sejak lahir sampai penelitian dilakukan 3.5.12 Lama Bermukim

Lama bermukim adalah jumlah tahun yang dilalui selama mendiami tempat tinggal


(52)

50 3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Besar Frekuensi Gelombang Elektromagnetik Dari Base Transceiver Station (BTS)

a. Mengukur besar signal Base Transceiver Station (BTS) di udara dengan menggunakan alat Site Master. Hasil pengukuran Base Transceiver Station

(BTS) milik perusahan telekomunikasi dibandingkan dengan Baku Mutu Udara mengenai besar frekuensi gelombang elektromagnetik menurut ketetapan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia, yang menetapkan besar frekuensi gelombang elektromagnetik tidak melebihi batas ambang frekuensi ≤800 MHz.

b. Pengukuran BTS dilakukan hanya pada sore hari dengan alasan ketersediaan waktu teknisi sedangkan pembagian quesioner dilakukan pada sore dan malam hari dengan dengan alasan di sore dan malam hari adalah waktu luang untuk mewawancarai ibu rumah tangga yang telah selesai melakukan aktifitas dan berada di rumah.

Adapun waktu pengambilan sampel adalah:

Pengukuran Base Transceiver Station (BTS) pada 23 dan 25 Juni 2012 - Sore hari : Mulai Pukul 15.00-18.00 WIB

Pembagian Quesioner pada 16 - 19 Juni 2012

- Sore hari : Mulai Pukul 15.00-18.00 WIB - Malam hari : Mulai Pukul 19.00-22.00 WIB


(53)

51 3.6.2 Keluhan Gangguan Hipersensitifitas Gelombang Elektromagnetik

Untuk mengetahui keluhan gangguan hipersensitifitas, dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Yang pengkategoriannya sebagai berikut:

a. Terjadi keluhan pada responden yang mengatakan adanya salah satu keluhan dari gangguan sakit kepala (headache), gangguan tidur (insomnia), gangguan konsentrasi (difficulty in concentrating), keletihan yang konstan atau menahun (chronic fatigue syndrome), sakit pada otot (pain in muscles), mual (nausea) pada saat pengambilan data

b. Tidak terjadi keluhan hipersensitifitas jika responden tidak mengatakan mengalami salah satu keluhan sakit kepala (headache), gangguan tidur (insomnia), gangguan konsentrasi (difficulty in concentrating), keletihan yang konstan atau menahun (chronic fatigue syndrome), sakit pada otot (pain in muscles), mual (nausea) saat pengambilan data

3.6.3 Karekteristik Responden 1. Umur

Umur responden sebagai berikut:

a. Responden yang berumur 20-30 tahun b. Responden yang berumur 31-41 tahun c. Responden yang berumur 42-52 tahun 2. Lama Bermukim

a. Responden yang bermukim 2-12 tahun b. Responden yang bermukim 13-23 tahun


(54)

52 3.7 Prosedur Pengukuran Site Master

Prosedur Site Master adalah sebagai berikut:

1. Nyalakan Site Master dengan menekan tombol ON/OFF

2. Tunggu beberapa detik hingga muncul perintah untuk menekan tombol ENTER. Setelah itu tekan ENTER

3. Aturlah range frekuensi dengan menekan tombol FREKUENSI

4. Kemudian tekan tombol F1 dan masukkan 3 MHz, dan F2 kemudian masukkan 30 MHz

5. Atur batas atas dan bawah grafik dengan tombol AMPLITUDE

6. Tekan tombol TOP dan masukkan nilai 2, tekan tombol BOTTOM dan masukkan nilai 1

7. Pasangkan Adapter 50 ohm pada port yang disediakan 8. Pasangkan Kabel RF pada adapter 50 ohm

9. Sambungkan Tranducer pada Kabel RF 10. Site Master siap dikalibrasi

11.Tekan tombol START CAL untuk masuk ke menu kalibrasi 12. Pilihlah WAVEGUIDE

13. Kemudian pilih flange yang digunakan dengan menekan tombol v atau ^. Untuk frekwensi 6GHz pilih flange yang akhirannya R70

14. Kemudian pilih START CALIBRATION

15. Sambungkan 1/8 Offset Short pada Tranducer sesuai perintah yang tertera di layar lalu tekan ENTER, lalu tunggu hingga ada perintah selanjutnya


(55)

53 16. Sambungkan 3/8 Offset Short pada Tranducer sesuai perintah yang tertera di

layar lalu tekan ENTER, lalu tunggu hingga ada perintah selanjutnya

17. Sambungkan LOAD pada Tranducer sesuai perintah yang tertera di layar lalu tekan ENTER, lalu tunggu beberapa saat setelah selesai Calculating dan Measuring

18. Terlihat tampilan grafik seperti rumput-rumput kecil di layar 19. Tekan RUN/HOLD untuk menghentikan scanning sementara

20. Lepaskan LOAD dari Tranducer, dan sambungkan Tranducer ke konektor feeder yang akan diukur

21. Tekan kembali tombol RUN/HOLD untuk kembali me-run Site Master

22. Setelah satu kali sweep, tekan SAVE DISPLAY untuk menyimpan hasil pengukuran, masukkan nama file sesuai yang kita inginkan (cat: nama file yang tercantum sama dengan nama file pada pengukuran sebelumnya, harus dihapus dulu dengan menekan BACKSPACE)

23. Untuk melihat file yang kita simpan tadi tekan RECALL DISPLAY dan pilih nama file yang kita simpan tadi

3.8 Teknik Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan cara: 3.8.1 Editing

Memeriksa data terlebih dahulu apakah telah sesuai seperti yang diharapkan, misalnya memeriksa kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data


(56)

54 Menyederhanakan semua jawaban jika cara pengumpulan data menggunakan pertanyaan. Menyederhanakan jawaban tersebut dilakukan dalam bentuk memberikan simbol-simbol tertentu

3.8.3 Tabulasi

Mengelompokkan data dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian

3.8.4 Cleaning

Yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak saat memasukkan data ke komputer

3.9 Analisis Data

Data diolah dengan menggunakan rancangan crossectional disajikan dalam bentuk tabel kemudian dinarasikan dengan kepustakaan yang relevan.


(57)

55 BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Kelurahan Padang Bulan

Kelurahan Padang Bulan berada di wilayah Kecamatan Medan Baru Kota Medan Provinsi Sumatera Utara dengan gambaran umum dan keadaan daerah sebagai berikut: 4.1.1 Geografi

Kelurahan Padang Bulan terdiri dari 12 lingkungan, mempunyai luas wilayah ±125 Ha.

Adapun batas-batas wilayah kelurahan Padang Bulan sebagai berikut:

- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Merdeka Kecamatan Medan Baru - Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru - Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia - Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Selayang Kecamatan Medan

Selayang 4.1.2 Demografi

Dari laporan tahunan wilayah Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2011, jumlah penduduk Kelurahan Padang Bulan sebanyak 11.824 jiwa, yang terdiri dari 5.000 jiwa laki-laki dan 6.824 jiwa perempuan, serta terdiri dari 7.068 Kepala Keluarga (KK).


(58)

56 Tabel 4.1. Jumlah populasi lingkungan I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan tahun 2011

Lingkungan Jumlah Penduduk

I 599

II 1240

III 1016

IV 763

V 531

VI 1479

VII 618

VIII 511

IX 916

X 578

XI 1471

XII 2102

TOTAL 11.824 Sumber : Kantor Lurah Padang Bulan, 2011

4.2 Karakteristik Responden 4.2.1 Umur Responden

Umur responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini: Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur di daerah BTS

Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012

No Kelompok Umur Jumlah

(orang) Persentase (%) 1 2 3

20 – 30 Tahun 31 – 41 Tahun 42 – 52 Tahun

7 16 4 25,9 59,3 14,8

Jumlah 27 100,0

Tabel 4.2. diatas menunjukan bahwa responden terbanyak adalah pada kelompok umur 31– 41 tahun yaitu 16 responden (59,3%) dan terendah adalah pada kelompok umur 42 – 52 tahun yaitu 4 responden (14,8%).


(59)

57 4.2.2 Lama Bermukim

Lama bermukim responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan lama bermukim di Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012

No Lama Bermukim Jumlah

(orang)

Persentase (%) 1

2

2 – 12 Tahun 13 – 23 Tahun

15 12

55,6 44,4

Jumlah 27 100,0

Tabel 4.3 menunjukan bahwa responden dengan lama bermukim terbanyak adalah pada kelompok 2 – 12 tahun yaitu sebanyak 15 responden (55,6%).


(60)

58 4.3. Hasil Penelitian

4.3.1 Besar Frekuensi Gelombang Base Transceiver Station (BTS)

Adapun hasil pengukuran Base Transceiver Station (BTS)di Jalan Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan seperti disajikan pada tabel 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.4 Hasil pengukuran besar gelombang elektromagnetik Base Transceiver Station (BTS) Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan baru Kota Medan 2012

No

Lokasi Besar Gelombang Elektromagnetik BTS

Standar Baku

Mutu Keterangan 23 Juni 2012 Pukul 15.00-18.00 Wib

1 Jl. Jamin Ginting BTS I = 800 MHz BTS II = 800 MHz BTS III = 820 MHz BTS IV = 830 MHz BTS V = 800 MHz BTS VI = 800 MHz BTS VII = 800 MHz BTS VIII = 800 MHz BTS IX = 830 MHz

≤ 800 ≤ 800

≤ 800 ≤ 800

≤ 800 ≤ 800 ≤ 800 ≤ 800

≤ 800

MS* MS* TMS** TMS** MS* MS* MS* MS* TMS** *. Memenuhi Standar

** Tidak Memenuhi Standar

Tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa pengukuran yang dilakukan pada tanggal 23 Juni 2012, dari 9 BTS yang diukur besar frekuensi elektromagnetiknya, terdapat hasil yang melebihi Standar Mutu Pancaran Gelombang Elektromagnetik BTS Nasional, yaitu pada BTS III, IV dan IX dengan besarnya secara berurutan yaitu 820 MHz, 830 MHz dan 830 MHz. Sedangkan hasil pengukuran besar frekuensi gelombang elektromagnetik pada BTS lainnya yaitu BTS I, II, V, VI, VII dan VIII tepat memenuhi standar batas baku mutu.


(61)

59 4.3.2 Keluhan Hipersensitifitas Berupa Gangguan Sakit Kepala

Adapun distribusi responden berdasarkan gangguan sakit kepala dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini:

Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan gangguan hipersensitifitas berupa sakit kepala di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 2012

No Keluhan Hipersensitifitas Berupa Gangguan Sakit Kepala

Jumlah (orang) Persentase (%) 1 2 Ada Tidak Ada 17 10 62,9 37,1

Jumlah 27 100,0

Tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa dari 27 responden, terdapat 17 responden (62,9%) yang mengalami keluhan hipersensitifitas gangguan sakit kepala dan sebanyak 10 responden (37,1 %) yang tidak mengalami keluhan gangguan sakit kepala.

4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan Gangguan Hipersensitifitas Berupa Sakit Kepala

4.3.3.1 Kelompok Umur Responden

Adapun distribusi responden yang mengalami keluhan hipersensifitas berupa sakit kepala berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini:

Tabel 4.6 Distribusi responden dengan keluhan hipersensitiftas berupa sakit kepala berdasarkan umur di daerah BTS Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan tahun 2012

No Kelompok Umur

Keluhan Hipersensitifitas Berupa Sakit Kepala Ada Tidak Ada

n %

Jumlah

(Orang) %

Jumlah

(Orang) % 1

2 3

20 – 30 Tahun 31 – 41 Tahun 42 – 52 Tahun

4 11 2 57,1 68,8 50 3 5 2 42,9 31,2 50 7 16 4 100 100 100 Total 17 62,9 10 37,1 27 Orang (100%)


(1)

Menurut asumsi peneliti, lama bermukim sangat sulit menunjukkan hubungannya dengan gejala hipersensitifitas karena banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti lama BTS dibangun, dari 9 BTS ada 6 BTS yang dibangun sekitar 1 tahun yang lalu dan 3 BTS dibangun sekitar 3 tahun yang lalu, sehingga dapat di tarik kesimpulan mulai terpapar pada setiap kelompok hampir sama setiap kelompok lama bermukim 2-12 tahun dan 13-23 tahun.

Lama bermukim dihubungkan dengan pengukuran besar gelombang elektromagnetik BTS yang dilakukan pada tanggal 23 Juni 2012, dari 9 BTS ada 3 BTS yang tidak memenuhi yaitu BTS III, IV dan IX melebihi batas baku mutu pancaran gelombang elektromagnetik nasional (> 800 MHz), dan dari 9 responden yang bermukim di 3 BTS yang tidak memenuhi tersebut ada sebanyak 5 responden yang bermukim selama 2-12 tahun sedangkan 4 responden yang bermukim 13-23 tahun, dengan demikian distribusi banyak responden pada setiap kelompok lama bermukim hampir sama.

Gelombang elektromagnetik yang berlebih dapat menyebabkan gangguan hormon melantonin di dalam tubuh yang menimbulkan berbagai keluhan seperti sakit kepala, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, keletihan konstan, sakit pada otot, mual dan pada tahap akhir gangguan dapat menyebabkan karsinogenik dan dampak kesehatan tergantung daya tahan tubuh manusia (Anies, 2010).


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Karakteristik responden penelitian adalah ibu rumah tangga yang memiliki usia diatas 17 tahun yang rumahnya dibangun Base Transceiver Station (BTS) hingga yang berjarak radius 13 meter di Jalan Jamin Ginting Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

2. Pengukuran Base Transceiver Station (BTS) yang pertama, dari 9 BTS yang diukur yaitu BTS I-IX, 3 diantaranya mempunyai frekuensi yang berlebih standar yang diizinkan (≤ 800 MHz), yaitu BTS III, IV dan IX yang mempunyai nilai secara berturut-turut 820 MHz, 830 MHz dan 830 MHz.

3. . Hasil wawancara dari 27 responden, keluhan hipersensitifitas terbanyak adalah sakit pada otot sebanyak 25 responden (92,6%), kelelahan konstan sebanyak 24 responden (88,9%) dan sakit kepala sebanyak 17 responden (62,9%).

6.2 Saran

1. Dilakukan pengawasan terhadap besar gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh Base Transceiver Station (BTS) oleh badan yang berwewenang sehingga tidak terjadi pelanggaran standar pancaran gelombang elektromagnetik nasional yaitu sebesar ≤ 800 MHz.

2. Perusahaan-perusahaan telekomunikasi memancarkan gelombang elektromagnetik sesuai dengan batas standar yang di izinkan sehingga tidak memberikan efek negatif 3. Pembangunan Base Transceiver Station (BTS) berada pada jarak tertentu dan tidak


(3)

4. Pemerintah hendaknya tidak memberikan izin kepada perusahaan-perusahaan telekomunikasi untuk membangun Base Transceiver Station (BTS) diatas rumah atau 13 meter dari pemukiman penduduk, selama belum ada peraturan dan sanksi terhadap pelanggaran batas ambang gelombang elektromagnetik yang diizinkan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2005. Electrical Sensitivity. PT Elex Media Komputindo, Jakarta

Anies. 2005. Mewaspadai Penyakit Lingkungan. PT Elex Media Komputindo, Jakarta Anies. 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan. PT Elex Media Komputindo, Jakarta Anies. 2010.Kontroversi Hasil Penelitian Pengaruh Medan Elektromagnetik

Terhadap Kesehatan. M Med Indonesiana, Semarang

Anjik, Khaus. 2009. Elektromagnetics with Aplication. The MC Grow, Sydne

Anonimous. 2006. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan. WHO, hal. 32

Fahmi, Fais. 2011. Gelombang Elektromagnetik Terapan. Grammedia, Jakarta Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius, Yogyakarta

Frey, AH. 2008. Commentary: Headaches from CellularTelephones: AreTtheyReal and

What are The Implication in Environ Health Perspec. Seminar Internasional,

Singapura, hal 2

Glaser, ZR. 2009. Organization and Management of a Non-ionizing Safety Program. Seminar Nasional, Jakarta

Grant. 2006. Treatment survey results. Jurnal: Electrical Sensitivity News, hal. 23

Ikatan Dokter Indonesia. 2007. Pengaruh Medan Listrik dan Medan Magnet Terhadap Kesehatan. Muktamar Ikatan Dokter Indonesia, Padang, hal. 38


(5)

International Commission on Non-Ionizing Radiation Protection. 2008. Guidelines on Limits of Exposure to Static Magnetic Fields to Health Physics. WHO,

hal. 10

International Radiation Protection Association. 2007. Interim guideline on limits of exposure to 50/60 Hz electrical and magnetic fields. WHO, hal. 45

Lena, Wahyuningsih. 1998. Aspek Teknik Medan Elektromagnetik. Muktamar Ikatan Dokter Indonesia, Padang, hal 40

Lewy. 1992. Melatonin shifts human circadian rhytms according to a phase-response curve. Chronobiol Int, Newyork

Liang, Chin. 2008. Aplikasi Elektromagnetik. Erlangga, Jakarta

M, Sandstrom. 2008. Mobile phone use and subjective symptoms. Occup Med, Newyork Mukono. 2003. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran

Pernafasan. Airlangga University Press, Surabaya

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Palar, H., 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rinekacipta. Jakarta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 19999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Diakses 20 November 2010

Petrie, Dawson. 2003. Double-blind Trial of Melatonin as a Treatment for Jet lag in International Cabin Crew. Biol Psychiatry, Singapura

Suma’mur, 1998. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Toko Gunung Agung, Jakarta


(6)

Wisnu Arya, Wardhana. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi, Yogyakarta

Wikipedia. 2011. Gelombang Elektromagnetik. Diakses Tanggal 23 Desember 2011; Rahay

Zhdanova. 1995. Jurnal: Sleep-inducing Effects of Low Doses of Melatonin Ingested in The Evening. Clin Pharmacol Ther, Bandung