25
DER memiliki pengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern
.
2.3. Kerangka Konseptual
Kelangsungan usaha going-concern perusahaan merupakan tujuan utama suatu usaha didirikan, terutama pada perusahaan perbankan. Hal ini
dikarenakan bank yang tidak mampu melangsungkan usahanya lagi dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan,
kemudian dapat menimbulkan masalah keuangan bagi bank lain dan mungkin mengancam kelancaran pasar. Setiap tahun manajemen perusahaan
menyiapkan laporan keuangan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dalam laporan tahunan. Kondisi keuangan yang menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sangat menentukan keputusan investor dalam berinvestasi. Adanya asimetri
informasi antara pembuat laporan keuangan dan pengguna laporan keuangan menyebabkan dibutuhkan pihak ketiga yaitu auditor independen yang bertugas
mengaudit laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan sesuai Standar Akuntansi Keuangan sebelum dipublikasikan untuk umum.
Penelitian yang dilakukan Geiger dan Rama 2006 mengimplikasikan bahwa SAS No 59 mewajibkan auditor untuk mengevaluasi kelangsungan
hidup setiap klien untuk periode satu tahun dari tanggal laporan keuangan diaudit. Jika setelah mempertimbangkan rencana pihak manajemen untuk
memperbaiki keadaan auditor mempunyai keraguan mengenai kemampuan
26
entitas untuk melanjutkan usaha maka opini audit harus menjelaskan ketidakpastian tersebut.
Seorang auditor perlu memperhatikan kondisi dan peristiwa yang signifikan dalam mengevaluasi kelangsungan hidup perusahaan kliennya. PSA
No. 30 SA Seksi 341 nomor 6 IAI, 2001 menyatakan bahwa salah satu satu kondisi dan peristiwa yang signifikan adalah rasio keuangan penting yang
jelek. Teori sinyal mengimplikasikan bahwa nilai rasio yang tertera dalam laporan keuangan dapat menjadi sinyal yang menunjukkan kemampuan atau
ketidakmampuan perusahaan untuk going-concern bagi auditor dalam memberikan opininya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah rasio-
rasio yang digunakan dalam variabel termasuk rasio keuangan yang penting dan signifikan terhadap pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit
going-concern .
Kieso, et al. 2012:1351 menjelaskan bahwa “Rasio profitabilitas adalah pengukuran tingkat kesuksesan atau kegagalan suatu perusahaan tertentu
untuk periode tertentu.” Kupiec dan Lee 2012 menyatakan, “ROA merupakan statistik yang berguna untuk membandingkan profitabilitas antar
bank karena ROA menghindari distorsi yang terjadi dalam leverage keuangan dan komplikasi dalam hukum perpajakan”. Profitabilitas mempunyai arti
penting bagi suatu perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan tingkat kesuksesan
ataupun kegagalan perusahaan dalam periode tertentu sehingga profitabilitas dapat dijadikan indikator apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek
27
yang baik di masa yang akan datang. Semakin tinggi nilai ROA maka kondisi keuangan dan prospek masa datang perusahaan baik sehingga auditor tidak
memberikan opini audit going-concern, sebaliknya jika nilai ROA rendah maka auditor akan cenderung memberikan opini audit going-concern.
Capital Adequacy Ratio CAR merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui kesehatan dan permodalan bank. Bank Indonesia menetapkan rasio kecukupan modal minimum sebesar minimal 8. Pada perusahaan
perbankan, tujuan penetapan kewajiban penyediaan modal minimum adalah untuk memastikan bahwa bank dapat menyerap kerugian sampai batas tertentu
sebelum insolven dan dana deposan hilang. Modal yang cukup pada perusahaan perbankan adalah penunjang kepercayaan bagi pelanggan, publik
dan pihak yang bersangkutan dengan bank dalam kelangsungan kepastian keuangan bank. Penelitian yang dilakukan Islahuzaman 2013 menemukan
indikasi bahwa Capital Adequacy Ratio CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap opini audit going concern.
Harahap 2011 mengungkapkan, “Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang.” Hal ini dikarenakan
leverage tinggi mengindikasi bahwa sebagian besar dari aset didanai dari
hutang yang menyebabkan perusahaan dihadapkan pada default risk. Semakin tinggi leverage maka semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Sebaliknya,
semakin rendah leverage perusahaan maka semakin tinggi peringkat yang diberikan pada perusahaan. Rasio leverage biasanya disebut juga sebagai Debt
to Equity Ratio DER. DER merupakan perbandingan antara hutang terhadap
28
modal dalam pendanaan perusahaan. Malz 2011:449, “Penentu modal pada perhitungan leverage tergantung pada jenis entitas dan tujuan analisis. Untuk
perusahaan perantara seperti bank atau broker-dealer, modal yang dimaksud dapat berupa nilai buku atau nilai pasar dari perusahaan.” Hasil penelitian
yang dilakukan Rahman dan Siregar 2012 menemukan indikasi bahwa debt to equity ratio
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah digambarkan di atas maka penelitian ini membahas pengaruh profitabilitas, capital adequacy ratio, dan
leverage terhadap opini audit going-concern pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Profitabilitas X
1
Capital Adequacy Ratio
X
2
Leverage X
3
Opini Audit Going- Concern
Y
29
2.4. Hipotesis Penelitian