berhasil mengisolasi senyawa fenolik bentuk polifenol dalam kulit buah rambutan. Senyawa tersebut yaitu asam ellagat, corilagin dan geraniin yang
berpotensi sebagai antioksidan. Polifenol merupakan senyawa kimia yang mempunyai cincin aromatik dengan gugus hidroksil lebih dari satu.
Komponen fenolik merupakan terminator dari radikal bebas dan sebagai pengkelat ion logam redoks aktif. Ion logam tersebut
memungkinkan peranannya untuk mengatalisasi reaksi peroksidasi lipid. Antioksidan fenolik menghalangi oksidasi lipid dan molekul lain dengan
cara mendonasikan atom hidrogen ke senyawa radikal membentuk
intermediet radikal fenoksil. Senyawa intermediet radikal fenoksil relatif
stabil sehingga tidak mampu lagi menginisiasi reaksi radikal selanjutnya. Aktivitas biologis yang tinggi pada senyawa fenolik terletak pada posisi dan
jumlah gugus –OH Nzaramba 2008.
Grup fenolik memiliki aktivitas sebagai antioksidan juga prooksidan. Banyaknya konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat
berpengaruh pada laju oksidasi. Pada konsentrasi rendah, grup fenolik dapat menghambat atau mencegah pembentukan radikal bebas. Namun, pada
konsentrasi tinggi aktivitas antioksidan grup fenolik sering lenyap bahkan antioksidan tersebut menjadi prooksidan Gordon 1990.
D. Malondialdehida MDA
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas bereaksi dengan senyawa polyunsaturated fatty acid PUFA.
Lipid membran bilayer diketahui merupakan campuran fosfolipid dan glikolipid yang berikatan dengan asam lemak pada C
1
dan C
2
rantai gliserol. Tingkat maupun jenis reaksi oksidasi pada berbagai asam lemak akan
berlainan. Perbedaan ini sangat bergantung pada jumlah dan posisi ikatan rangkap pada rantai asam lemaknya Muchtadi 2013.
Peroksidasi lipid pada membran dapat mendegradasi asam lemak tak jenuh secara selektif kemudian mengakumulasikannya menjadi aldehid,
hidrokarbon dan produk-produk cross linking Winarsi 2007. Peroksidasi
lipid merupakan inisiasi reaksi berantai oleh radikal hidrogen atau oksigen yang menyebabkan teroksidasinya PUFA. PUFA lebih rentan terhadap
reaksi radikal bebas dibandingkan asam lemak jenuh. Jembatan metilen yang dimiliki PUFA merupakan sasaran utama radikal bebas yang akan
membentuk radikal alkil, peroksil, dan alkoksil. Bentuk produk oksidasi lipid yang banyak ditemukan dalam cairan biologis antara lain diena
terkonjugasi dalam plasma, hidroperoksida dalam plasma, LDL teroksidasi dalam plasma, aldehid dalam plasma seperti TBARs, MDA dan 4-
hidroksinoneal Allard et al. 1994. MDA terbentuk dari peroksidasi lipid pada membran sel yang
merupakan reaksi radikal bebas. Apabila aktivitas radikal bebas melebihi mekanisme pertahanan normal, maka akan terjadi berbagai gangguan
metabolis dan seluler. Radikal bebas dapat merusak sel dengan cara merusak membran sel tersebut. Kerusakan pada membran sel dapat terjadi
dengan cara: a. Radikal bebas berikatan secara kovalen dengan enzim danatau
reseptor yang berada di membran sel sehingga mengubah aktivitas komponen-komponen yang terdapat pada membran sel tersebut
b. Radikal bebas berikatan secara kovalen dengan komponen membran sel sehingga mengubah struktur membran dan mengakibatkan
perubahan fungsi membran danatau mengubah karakter membran menjadi seperti antigen
c. Radikal bebas mengganggu sistem transpor membran sel melalui ikatan kovalen, mengoksidasi kelompok thiol atau dengan mengubah
PUFA d. Radikal bebas menginisiasi peroksidasi lipid secara langsung
terhadap PUFA dinding sel Radikal bebas akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid membran sel.
Peroksida-peroksida lipid akan terbentuk dalam rantai yang makin panjang dan dapat merusak organisasi membran sel. Peroksidasi lipid akan
mempengaruhi fluiditas membran, cross-linking membran, serta struktur dan fungsi membran Powers Jackson 2008.
Mekanisme kerusakan sel akibat serangan radikal bebas yang paling awal diketahui dan terbanyak diteliti adalah peroksidasi lipid.
Peroksidasi lipid paling banyak terjadi di membran sel, terutama asam lemak tidak jenuh yang merupakan komponen penting penyusun membran
sel. Pengukuran tingkat peroksidasi lipid diukur dengan mengukur produk akhirnya, yaitu malondialdehida Lima et al. 2004. MDA merupakan
produk peroksidasi lipid yang relatif konstan terhadap proporsi peroksidasi lipid, oleh karena itu merupakan indikator yang tepat untuk mengetahui
kecepatan rate proses peroksidasi lipid in vivo. Malondialdehida memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul C
3
H
4
O
2
Pryor et al. 1976. MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau
elektrofilik. Aktivitas non spesifiknya, MDA dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein, asam nukleat dan aminofosfolipid
secara kovalen Muchtadi 2013. Efek negatif senyawa radikal maupun metabolit elektrofilik dapat diredam oleh antioksidan, baik antioksidan zat
gizi maupun antioksidan non gizi. Oleh karena itu, tinggi rendahnya kadar MDA sangat bergantung pada status antioksidan dalam tubuh seseorang.
Gambar 4. Struktur kimia MDA Current Protocols 2010 Winarsi et al. 2005, menemukan bahwa dalam tubuh wanita
perimenopause banyak terbentuk radikal bebas. Hal tersebut diketahui melalui pengukuran kadar MDA plasma. Tingginya produk MDA
merupakan bukti rendahnya status antioksidan tubuh sehingga tidak dapat mencegah reaktivitas senyawa radikal bebas. Di sisi lain, tingginya kadar
MDA plasma membuktikan kerentanan komponen membran sel terhadap reaksi oksidasi.
Pemeriksaan kadar MDA dapat dilakukan menggunakan beberapa cara, salah satunya dengan metode thiobarbituric acid reactive substance
TBARs yang dapat dilakukan secara in vivo maupun in vitro Josephy 1997. Tes ini didasarkan pada reaksi kondensasi antara satu molekul MDA
dengan dua molekul TBA pada kondisi asam. Jumlah MDA yang terdeteksi menggambarkan banyaknya peroksidasi lipid yang terjadi.
E. Superoksida Dismutase SOD