MDA plasma membuktikan kerentanan komponen membran sel terhadap reaksi oksidasi.
Pemeriksaan kadar MDA dapat dilakukan menggunakan beberapa cara, salah satunya dengan metode thiobarbituric acid reactive substance
TBARs yang dapat dilakukan secara in vivo maupun in vitro Josephy 1997. Tes ini didasarkan pada reaksi kondensasi antara satu molekul MDA
dengan dua molekul TBA pada kondisi asam. Jumlah MDA yang terdeteksi menggambarkan banyaknya peroksidasi lipid yang terjadi.
E. Superoksida Dismutase SOD
Antioksidan adalah senyawa pemberi elektron yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh. Antioksidan
bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat.
Antioksidan terbagi menjadi tiga kelompok besar yaitu: a. Antioksidan primer
Antioksidan primer
disebut juga
antioksidan enzimatis.
Antioksidan meliputi enzim SOD, katalase dan glutation peroksidase GSH- Px.
Enzim-enzim tersebut
mampu menekan
atau menghambat
pembentukan radikal bebas dengan cara memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk lebih stabil, disebut sebagai reaksi chain
breaking antioxidant. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan primer apabila dapat memberikan atom hidrogen secara cepat kepada senyawa
radikal, kemudian radikal antioksidan yang terbentuk segera berubah menjadi senyawa yang lebih stabil Winarsi 2007.
b. Antioksidan sekunder Antioksidan sekunder merupakan antioksidan non enzimatis atau
antioksidan eksogen. Antioksidan dalam kelompok ini disebut sebagai sistem pertahanan preventif. Dalam sistem pertahanan ini, terbentuknya
senyawa oksigen reaktif dihambat dengan cara pengkelatan logam atau dirusak pembentukannya. Antioksidan non enzimatis dapat berupa
komponen non nutrisi dan komponen nutrisi dari sayuran dan buah-buahan meliputi
vitamin E, vitamin C, β-karoten, flavonoid, asam urat, bilirubin dan albumin. Kerja antioksidan non enzimatis dengan cara memotong reaksi
oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan cara menangkap radikal bebas scavenger free radical. Akibatnya, radikal bebas tidak akan bereaksi
dengan komponen seluler Lampe 1999. c. Antioksidan tersier
Kelompok antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA repair dan metionin sulfoksida reduktase. Enzim-enzim tersebut berfungsi dalam
perbaikan biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas. Enzim SOD merupakan antioksidan penting yang berasal dari
tubuh sendiri, berpengaruh sangat kuat dan merupakan pertahanan tubuh garis pertama dalam mengatasi stres oksidatif Fridovich 1981. SOD
merupakan antioksidan pencegah yang dapat menghambat kerusakan anion superoksida. Cara kerja SOD yaitu dengan mengkonversi anion superoksida
menjadi komponen lain yang kurang berbahaya, yaitu hidrogen peroksida. Hidrogen
peroksida di dalam mitokondria akan mengalami detoksifikasi oleh enzim katalase menjadi senyawa H
2
O dan O
2
, sedangkan H
2
O
2
yang berdifusi ke dalam sitosol akan didetoksifikasi oleh enzim glutation
peroksidase Lee et al. 2004. SOD bersifat tidak stabil terhadap panas, cukup stabil pada kondisi basa dan masih mempunyai aktivitas walaupun
disimpan sampai lima tahun pada suhu 5 C.
SOD O
2
·
-
+ O
2
·
-
+ 2H
+
H
2
O
2
+ O
2
Aktivitas enzim SOD memiliki peran penting dalam sistem pertahanan tubuh, terutama terhadap aktivitas senyawa oksigen reaktif yang
dapat menyebabkan stres oksidatif. Berdasarkan adanya logam yang berperan sebagai kofaktor pada sisi aktif enzim, dapat dikelompokkan
menjadi 3 yaitu CuZnSOD, MnSOD dan FeSOD Bannister et al. 1987. Menurut Haliwell Gutteridge 2007, aktivitas SOD tertinggi ditemukan
di hati, kelenjar adrenalin, ginjal, darah, limfa, pankreas, otak, paru-paru, lambung, usus, ovarium dan timus.
F. Senyawa Antioksidan Vitamin C