Mayoritas pekerjaan responden adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 14 responden 46,7. Banyak dari responden merupakan ibu rumah tangga dan
pensiunan. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga banyak memberikan waktu yang luang untuk merawat anggota keluarga yang sakit dan membawa pasien ke
perawat luka untuk melakukan perawatan luka. Status ekonomi akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu atau membeli fasilitas sumber informasi, sehingga status sosial ekonomi mempengaruhi pengetahuan seseorang Budiman
Riyanto, 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas penghasilan keluarga perbulan adalah Rp. 2.000.000 sebanyak 19 responden 63,3.
Lama pasien menderita luka kaki diabetes antara 1 – 12 bulan menjadi angka mayoritas pada 20 responden 66,7. Penelitian Madanchi, et al., 2013
pada 873 pasien bahwa rata-rata lama atau durasi luka kaki diabetes adalah 79,8 hari. Dapat diartikan bahwa terdapat kesenjangan waktu sekitar 2 bulan antara
perkembangan luka kaki diabetes sampai saat pasien diberi perawatan. Hal ini menunjukkan perawatan yang diberikan akan semakin lama, yaitu setelah luka
pada grade 2 dan seterusnya. Perawatan luka yang dilakukan sejak awal sangat penting dalam mencapai hasil terapi yang lebih baik Madanchi, et al., 2013.
2.2. Pengetahuan Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh pengetahuan keluarga dalam perawatan luka kaki diabetes adalah cukup sebanyak
18 responden 60, baik sebanyak 6 responden 20, dan kurang sebanyak 6 responden 20. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden
Universitas Sumatera Utara
cukup mengetahui dan memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan luka kaki diabetes dan perawatan luka kaki diabetes seperti mencuci luka, memilih
topikal, dan membalut luka. Penanganan luka modern menggunakan metode moist wound healing yang
diciptakan melalui balutan tertutup occlusive dressing bertujuan untuk mempertahankan suasana lembab pada luka, menyerap eksudat, membuang
jaringan nekrosis dan slough, mengendalikan risiko infeksi, menurunkan rasa sakit pada saat penggantian balutan dan mempercepat proses penyembuhan luka,
serta cost effective Morison, 2013. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, masih ada
responden yang tidak mengetahui perawatan luka dan masih ada responden yang memahami perawatan luka konvensional. Pemahaman tentang penggunaan
balutan yang tidak dapat mempertahankan kelembaban seperti kasa yang digunakan tipis atau berpori-pori jarang, kemudian kasa dibiarkan mengering dan
ketika kasa diangkat, jaringan baru akan membuat trauma dan luka kembali ke fase inflamasi. Selama proses penggantian balutan juga terkadang dapat terasa
nyeri, sehingga obat untuk mengurangi nyeri bisa saja diperlukan. Frekuensi penggantian balutan juga antara 2 sampai 3 kali per hari dan 3 sampai 4 kali per
hari pada luka yang memerlukan debridemen Semer, 2013. Penyembuhan luka kaki diabetes akan lebih cepat jika perawatan luka
yang dilakukan tepat. Perawatan luka kaki diabetes yang tepat merupakan tindakan pencegahan kedua setelah penatalaksanaan diabetes itu sendiri.
Pencegahan yang dimaksud adalah menghentikan kejadian luka baru dan
Universitas Sumatera Utara
amputasi Jeffcoate Harding, 2003. Hal ini dibenarkan pada penelitian sebelumnya oleh Malone, et al., 1989 terhadap 203 pasien yang terdaftar di
rumah sakit dengan masalah kaki luka kaki, amputasi, infeksi dan memiliki riwayat luka sebelumnya. Pasien secara acak menerima pengetahuan tentang
gambaran masalah luka kaki dan perawatannya. Kemudian, setelah intervensi tersebut, dilaporkan adanya penurunan secara signifikan sebanyak 3 kali lipat,
akan terjadinya luka kaki yang baru dan amputasi dalam waktu 13 bulan. Penelitian Lincoln 2008 terhadap 259 pasien di 3 rumah sakit di
Nottingham dan Derby. Peneliti tidak mendapatkan petunjuk akan adanya pengaruh pemberian edukasi terhadap kejadian luka kaki yang baru dan amputasi
dalam waktu 6 bulan – 12 bulan. Tidak ada bukti yang membenarkan tentang pengaruh edukasi terhadap penurunan kejadian luka yang baru. Ini bisa jadi salah,
karena tingginya populasi akibat pengaruh beberapa faktor yang menjadikannya jauh lebih baik sehingga dapat menyeimbangi sebuah perubahan seperti kebiasaan
merawat kaki. Pada penelitian Gunawan 2014 oleh 37 responden di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam IBB Medan, diketahui pengetahuan keluarga
dalam merawat kaki diabetes adalah kurang 46. Dengan demikian, apabila pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes kurang, maka akan
mengakibatkan keluarga tidak mampu membantu anggota keluarganya merawat kaki diabetes. Selanjutnya, masalah yang akan muncul adalah komplikasi kronik
pada kaki, yaitu luka kaki diabetes. Teori tentang perbandingan kelompok yang tidak merawat dengan yang merawat kaki diabetik yaitu kelompok yang tidak
Universitas Sumatera Utara
merawat kaki diabetik 13 kali berisiko terjadi luka kaki diabetes Calle et al., 2001 dalam Gunawan 2014.
Pengetahuan knowledge merupakan sebagai suatu pembentukan secara terus menerus oleh seseorang yang tiap saat mengalami reorganisasi karena
adanya pemahaman-pemahaman baru Budiman Riyanto, 2013. Berdasarkan pernyataan tentang merawat luka; mencuci luka, sebanyak 20
responden 66,7 mengetahui cara membersihkan nanah pada luka kaki diabetes adalah menggunakan air hangat suam-suam kuku atau cairan NaCl, dan sebanyak
21 responden 70 mengetahui tujuan pencucian luka adalah membuang dan meminimalkan bakteri yang ada di luka. Data tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar responden mengetahui tentang tindakan perawatan luka yang dilakukan adalah mencuci luka menggunakan cairan NaCl atau air hangat suam-
suam kuku yang bertujuan agar bakteri yang ada di luka menjadi minimal. Penggunaan cairan providone iodine atau larutan antiseptik tidak lagi disarankan
karena sifatnya yang toksik dan dapat merusak jaringan baru WHO, 2010. Berdasarkan pernyataan tentang merawat luka; memilih topikal, sebanyak
17 responden 56,7 mengetahui bahwa jenis balutan yang digunakan adalah mampu menyerap cairan luka dan menghindari risiko infeksi, juga berfungsi
mempertahankan keadaan luka dalam keadaan lembab sehingga proses penyembuhan luka menjadi cepat, dan sebanyak 16 responden 53,3
mengetahui bahwa selama perawatan luka perlu dilakukan pengolesan hidrogel atau salep luka pada daerah luka dan menutupnya dengan kassa atau balutan luka
yang sesuai dengan kondisi luka. Data tersebut menunjukkan bahwa lebih dari
Universitas Sumatera Utara
sebagian responden mengetahui tentang tindakan perawatan luka yang dilakukan adalah memilih topikal. Banyak jenis balutan berupa topikal terapi yang dapat
digunakan sesuai dengan kondisi luka, mulai dari hidrogel, hidrocoloid, absorbent dressing, transparant film, dan hidrofobik Morison, 2013.
Berdasarkan pernyataan tentang merawat luka; membalut luka, sebanyak 14 responden 46,7 mengetahui balutan luka yang benar adalah menutupi
seluruh luka, dan sebanyak 12 responden 40 mengetahui kondisi balutan luka kaki diabetes yang baik adalah luka lembab dan tertutup oleh kassa atau balutan
luka. Data tersebut menunjukkan bahwa kurang dari sebagian responden mengetahui tentang tindakan membalut luka. Masih banyak responden yang
membenarkan balutan luka yang benar jika membuat luka kering dan kondisi luka yang baik jika luka dibiarkan terbuka dan mengering. Responden memahami
bahwa luka yang kering berarti luka sembuh, hal ini bertolak belakang dengan konsep perawatan luka modern. Dimana luka ditutup occlusive dressing untuk
mempertahankan luka dalam kondisi lembab dan mempercepat proses penyembuhan luka Winter, 1962 dalam Gitarja, 2010.
Sebanyak 23 responden 76,7 mengetahui bahwa sebagian pasien luka kaki diabetes akan kehilangan sensasirasa nyeri pada kaki, sebanyak 21
responden 70 mengetahui bahwa sebelum terjadi luka kaki diabetes, secara umum pada daerah kaki akan terjadi deformitas kelainan bentuk kaki, kulit kaki
menebal, pecah-pecah dan kehilangan pengalaman nyeri, dan sebanyak 27 responden 90 mengetahui luka kaki diabetes diakibatkan oleh komplikasi dari
penyakit DM yang tidak terkontrol kadar gula darahnya, memudahkan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
trauma di kulit karena mengalami kebas tungkai bawah. Data ini menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden mengetahui masalah yang dialami keluarga
yang menderita luka kaki diabetes. Luka kaki diabetes merupakan akibat adanya peripheral neuropathy dan peripheral arterial disease dan kemudian akan terjadi
tanda-tanda hilangnya sensasirasa nyeri pada kaki, kaki deformitas, kulit kaki akan menebal, pecah-pecah, dan kebas kesemutan Wounds International, 2013.
2.3. Peran Keluarga dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes