11
ranjang dan berdiri atau bisa pergi kekamar mandi, sehingga sirkulasi dalam tubuh akan berjalan dengan baik.
2.1.6 Mobilisasi Dini pada Ibu post partum seksio sesarea
Mobilisasi dini dilakukannya secara bertahap berikut ini akan dijelaskan tahap mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea :
Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca seksio sesarea harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bias dilakukan adalah menggerakkan
lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelanggan kaki, mengangkat tumit, menenangkan otot betis serta menekuk dan
menggeser kaki. Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan
mencegah thrombosis dan trombo emboli. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.
Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan Kasdu, 2003. Hal- hal yang perlu diperlu diperhatikan dalam mobilisasi dini :
a. Janganlah terlalu cepat untuk melakukan mobilisasi dini sebab bisa menyebabkan ibu terjatuh terutama bila kondisi ibu masih lemah atau
memiliki penyakit jantung. Apabila mobilisasinya terlambat juga dapat menyebabkan terganggunya fungsi organ tubuh, aliran darah, serta
terganggunya fungsi otot. b. Ibu post partum harus melakukan mobilisasi secara bertahap.
c. Kondisi ibu post partum akan segera pulih dengan cepat bila melakukan mobilisasi dengan benar dan tepat, dimana sistem sirkulasi dalam tubuh
bisa berfungsi normal.
Universitas Sumatera Utara
12
d. Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena akan membebani jantung.
2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
a Faktor Fisiologis Apa bila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh beresiko
terjadi gangguan, tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang di alami.
Sistem endokrin, merupakan produksi hormon –sekresi kelenjar, membantu mempertahankan dan mengatur fungsi vital seperti: respons terhadap stres
dan cedera, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, homeostasis ion, dan metabolisme energi. Ketika cedera atau stres terjadi, sistem endokrin
memicu serangkaian respons yang bertujuan mempertahankan tekanan darah dan memelihara hidup. Sistem endokrin berperan dalam pengaturan
lingkungan internal dangan mempertahankan keseimbangan natrium, kalium,air, dan keseimbangan asam- basa. Sehingga sistem endokrin bekerja
sebagai pengatur metabolisme energi. Imobilisasi mengganggu fungsi metabolik normal, antara lain laju metabolik:
metabilisme karbonhidrat, lemak dan protein, ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, ketidak seimbangan kalsium dan ngangguan pencernaan.
keberadaan infeksius pada klien imobilisasi mengalami peningkatan diakibatkan karena demam atau penyembuhan luka Perry dan potter, 2006.
Demam puerperalis didefenisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 38,5
C pasca bedah. Demam pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala
Universitas Sumatera Utara
13
bukan sebuah diagnosis, yang menandakan adanya suatu komplikasi serius Cunningham dkk, 2005.
Perdarahan masa nifas pasca seksio sesarea didefenisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 1000 ml. dalam hal ini perdarahan terjadi akibat
kegagalan mencapai hemoestasis di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat atonia uteri. Atonia uteri merupakan sebagian besar
penyebab terjadinya perdarahan pasca bedah. Ada beberapa keadaan yang menjadi predisposisi terjadinya atoni uteri, yaitu distensi dinding rahim yang
berlebihan kehamilan ganda, polihidramnion atau makrosomia janin, pemajangan masa persalinan dan grandemultiparitas.
Nyeri Nyeri merupakan sensasi yang rumit,universal dan bersifat individual.
Dikatakan bersifat individual karena respon individual terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bias disamakan satu dengan yang lainnya.
a. Pengukuran Intensitas Nyeri Menurut Perry dan Potter 1993, nyeri tidak dapat diukur secara objektif
misalnya dengan X-Ray atau tes darah. Namun tipe nyeri yang muncul dapat diramalkan berdasarkan tanda dan gejalanya. Kadang-kadang hanya bias
mengkaji nyeri dengan berpatokan pada ucapan dan perilaku klien. Klien kadang-kadang diminta untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya
tersebut sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat. Bagaimanapun makna dari istilah tersebut berbeda. Tipe nyeri tersebut berbeda pada setiap waktu.
Gambaran skala nyeri merupakan makna yang lebih objektif yang dapat
Universitas Sumatera Utara
14
diukur. Gambaran skala nyeri tidak hanya berguna dalam mengkaji beratnya nyeri, tetapi juga dapat mengevaluasi perubahan kondisi klien.
Intensitas nyeri mengacu kepada kehebatan nyeri itu sendiri, untuk menentukan derajat nyeri, dapat menanyakan klien tentang nyeri yang
dirasakan dengan menggunakan skala numeric 0-10 atau skala yang serupa lainnya yang membantu menerangkan bagaimana intensitas nyerinya. Cara
mengkaji nyeri yang digunakan adalah 0-10 angka skala intensitas nyeri. Intensitas nyeri dibedakan menjadi empat dengan menggunakan numeric
yaitu : : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik. 1-6
: Nyeri sedangh : Secata obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah dengan baik. 7-9
: Nyeri berat terkontrol : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,
Universitas Sumatera Utara
15
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nafas panjang dan distraksi. 10
: Nyeri sangat berat tidak terkontrol : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
b. Faktor Emosional Yang mempengaruhi mobilisasi adalah cemas ansietas. Ansitetas
merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi
permasalahan Fundamental, 2006 1 Tingkat Kecemasan
Peplau membagi tingkat kecemasan ada empat Stuart, 2001 yaitu: a Kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya.
Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
b Kecemasan sedang yang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain.
Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian individu mengalami tindak perhatian yang selektif
namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
Universitas Sumatera Utara
16
c Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi individu cfenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta
tidak berfikir tentang hal lain.semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi keteganggan. Individu tersebut memrlukan banyak
arahan untuk berfokus pada area lain. d Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengaruh,
ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup dioragnisasi kepribadian dan menimbulkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan dan kematian. Gejala-gejala tersebut dapat dilihat pada table berikut:
Tingkat Kecemasan
Tanda Fisik Intelektual
Sosial dan Emosional
Minimal Mendekati
Tekanan darah, nadi, respirasi
dalam batas normal. Pupil
kontraksi, otot relaksasi sedikit
atau tidak ada tahanan pada
gerakan pasif. Aktifitas kognitif
minimal, sikap mengabaikan
stimulus dari lingkungan, tidak
berusaha aktif terhadap proses
informasi, kesadaran tidak
berubah. Tidak ada
interaksi social, tidak ada usaha
menghadapi stimulus dari
lingkungan, aktifitas
emosional minimal
mengabaikan
Universitas Sumatera Utara
17
situasi, merasa kuat dan merasa
puas. Kecemasan
Ringan +1 Rangsangan sistem
simpatik pada tingkat rendah,
ketenangan otot skeletal mulai
ringan sampai moderat, tubuh
relaksasi, pergerakan lambat
dan mempunyai arti. Kontak mata
dipertahankan, suara tenang dan
intonasi baik Lapangan
perceptual terbuka, mampu
merubah fokus perhatian, sadar
akan lingkungan luar, berfikir
positif pada dirinya, perhatian
rendah terhadap sesuatu yang tak
terduga atau hal yang negatif
Tingkah laku spontan.
Perasaan positif dan nyaman,
percaya diri dan puas. Aktifitas
menyendiri.
Kecemasan Sedang +2
Sistem saraf simpatis aktif :
Tekanan darah meningkat, denyut
jantung meningkat, pernafasan
meningkat. Sistem saraf simpatis aktif
: tekanan darah meningkat,
pernafasan meningkat, pupil
dilatasi. Peningkatan
tegangan otot bersamaan dengan
penekanan penginderaan, dan
gerakan tidak menentu. Suara
menunjukkan kesan perhatian dan
ketertarikan masalah yang
Persepsi sempit, fokus perhatian
khusus pada stimulus
eksternak atau internal. Berusaha
menyadari proses informasi. Pikiran
terpusat pada diri sendiri, pikiran
tentang kemampuan diri
sendiri, berusaha mendapatkan
sumber-sumber penting
Meningkatkan kemampuan
dalam belajar menganalisa
masalah, pengaturan
kognitif dan gerakan.
Meningkatkan kemampuan
dalam belajar menganlisa
masalah, pengaturan
kognitif dan gerakan, merasa
Universitas Sumatera Utara
18
terjadi. Kecepatan bicara meningkat,
nada suara meningkat,
kewaspadaan meningkat.
pemecahan masalah. Hasil
positif pemecahan masalah belum
tentu dicapai. ada tantangan
dalam menyelesaiakn
dilemmamasala h. Rasa percaya
diselingi rasa takut. Harga diri
rendah memungkinkan
tidak mampu. Perilaku lari
fligh dari masalah
dimanifestasikan dengan menarik
diri, mengingkari dan
depresi. Berat +3
Respon berjuang atau lari dari
masalah. Sistem saraf simpatis
dihambat secaraumum.
Rangsangan pada medulla adrenal
ditandai dengan peningkatan
katekolamin, denyut jantung
cepat, palpitasi, glukosa darah
meningkat, aliran darah ke sistem
pencernaan menurun, aliran
darah ke sistem pencernaan
menurun, aliran Kapasitas
persepsi sangat sempit, perhatian
yang berlebihan pada satu
stimulus, penyelesaian
masalah tidak efektifsulit, tidak
perduli pada ancaman,
mengingkari masalah,
disorientasi waktu Ancaman pada
diri meningkat, mengalami
disosiasi
Universitas Sumatera Utara
19
darah ke otot rangka meningkat,
penegangan otot berlebihan, kaku,
hiperventilasi, reaksi fisik
meningkat, agitasi, dan tempat.
Kemungkinan berfikir secara
negatife, aktualisasi diri
rendah gerakan tidak
menentu, meremas tangan, resah,
gemetar, terpaku tidak bergerak.
Nafsu makan hilang, mual. Efek
Verbal : gagap, sepat, nada suara
meningkat, berbicara putus-
putus, ragu-ragu. Ekspresi wajah :
Kontak mata sedikit, gerakan
mata ratamenatap, menggeretakkan
gigi, rahang kaku.
c. Faktor perkembangan Faktor yang mempengaruhi adalah umur dan paritas Potter, 2006.
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita dan umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang
dihitung sejak dilahirkan.
d. Faktor Psikososial Imobilisasi menyebabkan respons emosional, intelektual sensori, dan
sosiokultural. Perubahan emosional paling umum adalah depresi, perubahan prilaku, perubahan siklus tidur-bangun, dan gangguan
Universitas Sumatera Utara
20
koping. mengidentifikasi efek imobilisasi yang lama pada pisikososial klien. Orang yang cenderung depresi atau suasana hati yang tidak
menentu beresiko tinggi mengalami efek psikososial selama tirah baring atau imobilisasi perry dan potter, 2006.
2.2. Konsep Post Partum