BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah keganasan primer intraokular yang paling sering terjadi pada anak dan mewakili sekitar 3 dari keseluruhan kasus keganasan pada
anak Kanski, 2007. Menurut American Academy of Ophthalmology 2007, frekuensi Retinoblastoma 1 : 14.000 sampai 1 : 20.000 kelahiran hidup,
bergantung pada masing-masing negara. Retinoblastoma merupakan tumor masa kanak-kanak yang jarang namun
bisa berakibat fatal. Dua pertiga kasus muncul sebelum akhir tahun ketiga. Meskipun jarang, berdasarkan kasus yang dilaporkan, retinoblastoma timbul
hampir di segala usia Shetlar, 2010. Pada 90 kasus, diagnosis ditegakkan sebelum akhir tahun ketiga Fredrick, 2010.
Sekitar 60 kasus bersifat unilateral dan non-herediter, 15 unilateral dan herediter, dan 25 bilateral dan herediter. Keterlibatan yang bersifat bilateral
ditemukan sebanyak 42 pada usia kurang dari 1 tahun Herzog, 2004. Di kota Medan, Sebuah penelitian deskriptif yang dilakukan oleh Selvi dengan melihat
rekam medik kasus retinoblastoma yang berobat ke Subbagian Hematologi- Onkologi Anak Bagian Ilmu Kesehatan Rumah Sakit Haji Adam Malik periode
1999-2003 memperlihatkan kejadian retinoblastoma unilateral dan bilateral paling banyak pada kelompok usia 0-5 tahun sebesar 40,6 dan 46,9. Laki-laki lebih
banyak dari perempuan pada unilateral 34,4 vs 12,5 dan bilateral 34,4 vs 18,7.
Retinoblastoma biasanya tidak disadari hingga tumor berkembang menjadi cukup besar sehingga menimbulkan manifestasi klinis berupa pupil putih
leukokoria, strabismus, atau peradangan Shetlar, 2010. Pada tahap timbulnya manifestasi klinis ini, barulah orang tua membawa anaknya ke dokter. Secara
umum, samakin dini penemuan dan terapi tumor, semakin besar kemungkinan untuk mencegah perluasan tumor. Maka, semua anak dengan strabismus atau
Universitas Sumatera Utara
peradangan intraokular harus dievaluasi untuk mencari adanya retinoblastoma. Tumor stadium awal biasanya terlihat hanya bila dicari Shetlar, 2010.
Dalam menentukan strategi pengobatan, tujuan pertama adalah untuk menyelamatkan kehidupan, selanjutnya menyelamatkan mata, dan terakhir untuk
menyelamatkan visus American Academy of Ophthalmology, 2007. Enukleasi adalah terapi pilihan untuk retinoblastoma dengan ukuran besar. Sedangkan tumor
yang berukuran lebih kecil dapat diterapi secara efektif dengan radioterapi plaque atau external beam, krioterapi, atau fotokoagulasi laser. Kemoterapi juga dapat
digunakan untuk mengobati tumor yang sudah meluas ke otak, orbita, atau ke distal dan biasanya diberikan setelah dilakukan enukleasi pada pasien dengan
resiko penyebaran penyakit yang tinggi Shetlar, 2010. Kemoterapi dapat digunakan untuk memperkecil ukuran tumor besar
sebelum dilakukan terapi jenis lain dan terkadang sebagai terapi tunggal Shetlar, 2010. Kemoterapi digunakan untuk meminimalkan efek yang terjadi akibat
modalitas terapi lain, seperti enukleasi yang dapat menyebabkan kehilangan bola mata, atau External-beam Radiation Therapy yang dapat mengakibatkan
kerusakan lensa atau saraf optik akibat dari proses pengobatan yang berkaitan dengan radiasi Kim dkk, 2003.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti mengenai karakteristik pasien retinoblastoma di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai karakteristik pasien retinoblastoma, khususnya di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah