Universitas Sumatera Utara
Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotype belasan tahun dan untuk memberikan
kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu
merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka beranggapan bahwa perilaku ini akan
memberi citra yang mereka inginkan.
2.4.3. Penyebab stres pada remaja
Menurut Sadock Sadock 2007 ada empat faktor yang dapat membuat remaja menjadi stres, yaitu penggunaan obat-obat terlarang, kenakalan remaja,
pengaruh negatif, dan masalah akademis. Menurut Walker 2002, ada tiga faktor yang dapat menyebabkan remaja menjadi
stres, yaitu: 1.
Faktor biologis, seperti sejarah depresi dan bunuh diri di dalam keluarga, penggunaaan alkohol dan obat-obatan di dalam keluarga, siksaan secara
seksual dan fisik di dalam keluarga, penyakit yang serius yang diderita remaja atau anggota keluarga, sejarah keluarga atau individu dari
kelainan psikiatri seperti skizofrenia, maniak depresif, gangguan perilaku dan kejahatan, kematian salah satu anggota keluarga, ketidakmampuan
belajar atau ketidakmampuan mental atau fisik, perceraian orang tua, dan konflik dalam keluarga.
2. Faktor kepribadian, seperti tingkah laku impulsif, obsesif, dan ketakutan
yang tidak nyata, tingkah laku agresif dan antisosial, penggunaan dan ketergantungan obat terlarang, hubungan sosial yang buruk dengan orang
lain, menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah, dan masalah tidur atau makan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor psikologis dan sosial, seperti kehilangan orang yang dicintai,
seperti kematian teman atau anggota keluarga, putus cinta, kepindahan teman dekat atau keluarga, tidak dapat memenuhi harapan orang tua,
seperti kegagalan dalam mencapai tujuan, tinggal kelas, dan penolakan sosial, tidak dapat menyelesaikan konflik dengan anggota keluarga,
teman sebaya, guru, pelatih, yang dapat mengakibatkan kemarahan, frustrasi, dan penolakan, pengalaman yang dapat membuatnya merasa
rendah diri dapat mengakibatkan remaja kehilangan harga diri atau penolakan, dan pengalaman buruk seperti hamil atau masalah keuangan.
Sedangkan menurut Needlmen 2004, beberapa sumber stres yang dialami remaja, yaitu :
1. Stres Biologis Biological Stress
Tubuh remaja berubah secara cepat, remaja merasa bahwa semua orang melihat dirinya. Jerawat juga dapat membuat remaja stres, terutama bagi
mereka yang mempunyai pikiran sempit tentang kecantikan yang ideal. Saat yang sama, remaja menjadi sibuk di sekolah sehingga dapat
membuat remaja kekurangan tidur. 2.
Stres Keluarga Family Stress Salah satu sumber stres utama pada remaja adalah hubungannya dengan
orang tua, karena remaja merasa bahwa mereka ingin mandiri dan bebas, tetapi di lain pihak mereka juga ingin diperhatikan.
3. Stres di sekolah School Stress
Tekanan dalam masalah akademis cenderung tinggi pada dua tahun terakhir di sekolah, keinginan untuk mendapat nilai tinggi, atau
keberhasilan dalam bidang olahraga, di mana remaja selalu berusaha untuk tidak gagal, ini semua dapat menyebabkan stres.
4. Stres pada teman sebaya Peer Stress
Stres pada teman sebaya cenderung tinggi pada pertengahan tahun sekolah. Remaja yang tidak diterima oleh teman-temannya biasanya akan
tertutup dan mempunyai harga diri yang rendah. Pada beberapa remaja,
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
agar dapat diterima oleh teman-temannya, mereka melakukan hal-hal negatif, seperti merokok, minum alkohol, dan menggunakan obat
terlarang. 5.
Stres Sosial Social Stress Remaja tidak mendapat tempat pada pergaulan orang dewasa, karena
mereka tidak diberikan kebebasan mengungkapkan pendapat mereka, tidak boleh membeli alkohol secara legal.
Menurut Gunarsa dan Gunarsa 1995, mahasiswa yang berada di masa remaja lanjut menghadapi berbagai kesulitan penyesuaian dan tidak semua
mampu mengatasinya sendiri sehingga cenderung untuk mengalami stres. Kesulitan penyesuaian tersebut berkisar pada:
1. Perbedaan sifat pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA
dengan Perguruan Tinggi PT a. Kurikulum
Isi kurikulum PT biasanya lebih sedikit tetapi lebih mendalam. Jika kebetulan senang dengan bidang yang dipilih, kelanjutan dan
kegairahan belajar akan lebih lancar. Sebaliknya jika tidak sesuai, kegairahan akan menurun, bahkan bisa menimbulkan gangguan pada
kepribadian. b. Disiplin
Di PT biasanya tidak sedisiplin di SLTA karena dianggap sudah lebih dewasa dan tanggung jawab diserahkan kepada mahasiswa
yang bersangkutan. Hal ini mengubah cara belajar dan bisa menyebabkan kesulitan tersendiri.
c. Hubungan dosen mahasiswa Pola hubungan sangat berbeda dibandingkan ketika di SLTA. Dialog
langsung pada tingkat awal yang jumlah mahasiswanya besar, cenderung jarang dilakukan di ruangan. Karena itu mahasiswa harus
menyesuaikan cara dosen memberi kuliah yang masih banyak mempergunakan cara tradisional yakni dosen menerangkan tanpa
memperdulikan apakah mahasiswa mengerti atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2. Hubungan sosial
Pada remaja lanjut, pola pergaulan sudah bergeser dari pola pergaulan yang homoseksual ke arah heteroseksual sehingga masalah pergaulan
bisa menjadi masalah yang penting, baik mengenai percintaan, kesulitan penyesuaian diri, dan keterlibatan terhadap pengaruh kelompok
pergaulan yang bisa bersifat negatif. 3.
Masalah ekonomi Sekalipun mahasiswa sudah bisa melepaskan diri dari ketergantungan
psikis, ketergantungan ekonomi masih ada karena pada umumnya belum berpenghasilan. Kelonggaran untuk mempergunakan uang tidak sebebas
menetukan tingkah laku dan sikap. 4.
Pemilihan jurusan Antara bakat dan minat dengan kesempatan sering tidak sejalan sehingga
merasa salah pilih jurusan. Tahap mencoba-coba dan memilih jurusan sesuai dengan keinginan orang tua sering dialami mahasiswa tahun
pertama.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara 2.5.
Hassles Assessment Scale for Student in College HASSCol
Stres merupakan suatu konsep yang sulit diartikan bahkan lebih sulit untuk menilainya. Meskipun demikian, berdasarkan bukti yang ada, stres
memiliki hubungan yang moderat dengan kesehatan dan merupakan salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit Sarafino, 2011.
HASSCol adalah suatu skala yang terdiri dari kejadian umum yang tidak menyenangkan bagi para mahasiswa Sarafino, 2011.
Setiap kejadian tersebut diukur berdasarkan frekuensi terjadinya dalam satu bulan, dalam bentuk skala sebagai berikut:
1. Tidak pernah diberi skor 0
2. Sangat jarang diberi skor 1
3. Beberapa kali diberi skor 2
4. Sering diberi skor 3
5. Sangat sering diberi skor 4
6. Hampir setiap saat diberi skor 5
Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan stres. Skor kurang dari 75 menunjukkan seseorang mengalami stres
lebih rendah, skor 75-135 menunjukkan seseorang mengalami stres menengah, skor lebih dari 135 menunjukkan seseorang mengalamin stres lebih tinggi.
Sarafino, 2011
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian