yang pertama. Hal ini disebabkan nilai p variabel pendidikan merupakan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan variabel lainnya p=0,281
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Ulina 2004 di Kelurahan Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat, yang menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal. Hal ini juga tidak sesuai dengan penelitian Situmeang 2010 di Kelurahan Pasir Bidang Kabupaten Tapanuli Tengah, yang
menyatakan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil. Hal ini juga berbeda dengan penelitian Tambunan
2005 yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh negatif terhadap frekuensi kunjungan pelayanan antenatal.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari kategori tingkat pendidikan sebanyak 72,4 responden termasuk kategori rendah. Dari hasil wawancara responden cenderung
berniat memeriksakan diri pada saat mengalami kehamilan pertama kali, atau hanya apabila ada keluhan sakit seperti kaki bengkak.
5.1.2 Pengaruh Paritas terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4
Variabel paritas tidak dapat dilanjutkan ke dalam uji statistik regresi logistik ganda karena hasil uji statistik chi square variabel paritas mempunyai nilai p=0,380 p0,05,
dengan kata lain variabel paritas tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal K4. Hal ini sesuai dengan penelitian Situmeang 2010 di
Kelurahan Pasir Bidang Kabupaten Tapanuli Tengah yang menyatakan bahwa paritas tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal. Hal ini
juga sesuai dengan penelitian Murniati 2007 di Kabupaten Aceh Tenggara bahwa tidak
Universitas Sumatera Utara
ada hubungan antara paritas dengan pemanfaatan pelayanan antenatal. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Ulina 2004 yang menyatakan bahwa paritas berpengaruh terhadap
pemanfaatan pelayanan antenatal. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa minimnya pengetahuan dan
kesadaran oleh ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan secara rutin walaupun termasuk kategori paritas resiko tinggi. Variabel paritas dengan kategori resiko tinggi sebanyak 30
orang, dimana yang memanfaatkan pelayanan antenatal K4 sebanyak 13 orang 43,3 dan yang tidak memanfaatkan sebanyak 17 orang 56,7.
5.1.3 Pengaruh Jarak Kelahiran terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4
Variabel jarak kelahiran tidak dapat dilanjutkan ke dalam uji statistik regresi logistik ganda karena hasil uji statistik chi square variabel jarak kelahiran mempunyai
nilai p=0,297 p0,05, dengan kata lain variabel jarak kelahiran tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal K4. Hal ini sesuai
dengan penelitian Situmeang 2010 di Kelurahan Pasir Bidang Kabupaten Tapanuli Tengah yang menyatakan bahwa jarak kelahiran tidak mempunyai hubungan dengan
pemanfaatan pelayanan antenatal. Menurut Prasetyawati 2012 angka kematian bayi dan anak lebih rendah apabila
kelahiran bayi tersebut mempunyai jarak yang wajar. Seorang bayi yang dilahirkan dengan jarak kurang dari 2 tahun akan mempunyai kemungkinan meninggal 76 lebih tinggi
dibandingkan dengan mereka yang mempunyai jarak kelahiran di atas 2 tahun. Kemungkinan resiko kematian ibu menjadi 200 lebih tinggi bila dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
mereka yang mempunyai jarak kelahiran lebih dari 4 tahun. Dengan demikian ibu hamil yang mempunyai jarak kelahiran singkat harus lebih mawas.
5.1.4 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4