3. Biaya panen atau biaya yang dikeluarkan untuk melancarkan segala aktivitas
untuk mengeluarkan produksi TBS atau hasil panen dari lapangan areal ke agen pengepul atau ke pabrik seperti biaya tenaga kerja panen, biaya pengadaan
alat kerja dan biaya angkutan Menurut Soekartawi 2002, biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Biaya tetap fixed cost
Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang relative jumlahnya dan akan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contohnya: pajak
dan penyusutan peralatan. 2.
Biaya variabel Biaya variabel ialah biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang
diperoleh. Contohnya: biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja, dan lain-lain.
Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau
modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Pendapatan usahatani merupakan selisih penerimaan dengan total biaya usahatani, dimana penerimaan
diperoleh dari perkalian antara jumlah produksi dan harga jual yang diterima petani Soekartawi, 2002
2.2.2 Kelayakan Finansial
Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut pandang petani sebagai pemilik. Analisis finansial diperhatikan didalamnya adalah dari
segi cash-flow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor
Universitas Sumatera Utara
gross-sales dengan jumlah biaya-biaya total cost yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek.
Hasil finansial sering juga disebut “private returns”. Beberapa hal lain yang harus diperhatikan dalam analisis finansial ialah waktu didapatkannya returns sebelum
pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembangunan proyek kehabisan modal. Aspek finansial mencakup pembiayaan proyek pembangunan yang akan atau yang
sedang dilaksanakan dan relevansinya dengan manfaat yang akan diperoleh Soekartawi, 1995.
Kelayakan dari suatu kegiatan usaha diperhitungkan atas dasar besarnya laba finansial yang diharapkan. Kegiatan usaha dikatakan layak jika memberikan
keuntungan finansial, sebaliknya kegiatan usaha dikatakan tidak layak apabila kegiatan usaha tersebut tidak memberikan keuntungan finansial
Kasmir dan Jakfar, 2003. Analisis finansial didasarkan pada keadaan yang sebenarnya dengan
menggunakan data harga yang sebenarnya ditemukan dilapangan real price. Dengan mengetahui hasil analisis finansial, para pembuat keputusan dapat melihat
apa yang terjadi pada proyek dalam keadaan apa adanya. Dengan mengetahui hasil analisis finansial, para pembuat keputusan juga dapat segera melakukan
penyesuaian adjustment, bilamana proyek tersebut berjakan meyimpang dari rencana semula. Sebaliknya, bila proyek berjalan seperti tujuan semula dan tanpa
halangan maka dapat dilihat seberapa besar manfaat proyek. Dalam analisis finansial, nilai suatu uang sebagai alat pembayaran adalah berbeda pada waktu
yang berlainan, maka dalam penilaian suatu proyek sering dipakai cara-cara yang menggunakan prosedur diskonto mengingat bahwa satu rupiah yang dibayar atau
Universitas Sumatera Utara
diterima hari ini akan lebih tinggi nilainya daripada satu rupiah yang dibayar atau diterima di masa mendatang Soekartawi, 1995.
Fokus dari suatu analisis adalah menentukan apakah dan sampai berapa jumlah proyek tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar jika disbanding
dengan biaya dan investasi kepada pemilik owner proyek tersebut. Discounting rate tingkat diskonto merupakan suatu teknik perhitungan untuk dapat
menurunkan manfaat benefit yang diperoleh investor dimasa sekarang ataupun nilai biaya dan investasi pada masa yang akan datang. Dalam rangka
mengevaluasi proyek tersebut apakah ditolak atau disetujui. Semua pengorbanan rupiah untuk suatu proyek merupakan biaya pada saat sekarang dan diharapkan
mendapatkan manfaat untuk masa yang akan datang Musa, 2012. Menurut Gray 1999, dalam rangka mencari suatu ukuran yang menyeluruh
sebagai dassar persetujuan atau penolakan terhadap suatu proyek usaha, telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan kriteria investasi. Kriteria investasi
yang umum dikenal ada 6 yaitu : 1 Net Present Value dari arus benefit dan biaya NPV ; 2 Internal Rate of Return IRR ; 3 Net Benefit-Cost Ratio Net BC ;
4 Gross Benefit- Cost Ratio Gross BC ; 5 Profitability Ratio PVC ; dan 6 Return on Investment ROI. Setiap kriteria ini mempergunakan perhitungan
nilai sekarang atas arus benefit dan biaya. Menurut Soekartawi dalam Analisis Usaha Tani 2002, umumnya ada beberapa
kriteria dalam menentukan kelayakan suatu usaha yang dapat dipilih sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. NPV
NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang Present Value dari selisih antara benefit manfaat dengan cost biaya pada discount rate tertentu. NPV Net
Present Value menunjukkan kelebihan benefit manfaat dibandingkan dengan cost biaya. Apabila evaluasi suatu proyek telah dinyatakan “Go” maka nilai
NPV ≥ 0. Bila NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar
sosial opportunity cost of capital, dan apabila NPV 0, maka proyek tersebut “no go” atau ditolak. Artinya, ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk
sumber – sumber yang diperlukan proyek. 2.
IRR IRR ialah alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman
dari lembaga internal keuangan yang membiayai proyek tersebut. Pada dasarnya IRR memperlihatkan bahwa present value PV benefit akan sama dengan present
value PV cost. Dengan kata lain IRR tersebut menunjukkan NPV = 0. 3.
BC ratio BC ratio menunjukkan bahwa besarnya benefit berapa kali besarnya biaya dan
investasi untuk memperoleh suatu manfaat. Cara ini banyak dipakai karena dengan menghitung BC ratio, maka akan diketahui secara cepat berapa besarnya
manfaat proyek yang dilaksanakan. Cara perhitungan IRR berbeda dengan cara perhitungan BC ratio. Pada
perhitungan BC, maka nilai diskonto yang dipakai adalah tertentu, tetapi pada perhitungan IRR yang dicari adalah besaran nilai diskonto tersebut Soekartawi,
1995.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kerangka Pemikiran