Biaya Tetap Biaya Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat

5.2.1 Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang relatif jumlahnya dan akan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tetap yang diperhitungkan di usaha perkebunan kelapa sawit rakyat adalah biaya penyusutan. Biaya penyusutan adalah besar biaya modal yang hilang untuk suatu peralatan yang disebabkan umur pemakaian. Berikut disajikan biaya penyusutan rata-rata per tahun menurut umur tanaman. Tabel 8. Biaya Penyusutan Rata-Rata Menurut Umur Tanaman Per Tahun Umur Tanaman Tahun Biaya Penyusutan Rata-Rata RpHa 195.691 1 79.889 2 143.875 3 139.089 4 53.497 5 177.706 6 154.597 7 130.154 8 281.810 9 256.079 10 345.003 11 191.200 12 219.700 13 169.291 14 105.861 15 248.629 16 121.631 17 71.049 18 162.977 19 166.667 20 189.378 21 85.490 22 102.686 23 81.435 24 71.761 25 236.139 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 4 Universitas Sumatera Utara Pada tabel 8 yang disajikan di atas, diketahui bahwa biaya penyusutan rata-rata per umur tanaman bervariasi. Hal ini disebabkan bervariasinya jumlah peralatan milik petani sampel dan untuk satu jenis alat ada berbagai merk mulai dari dalam negeri hingga produksi luar negeri sehingga harga beli alat bervariasi. 5.2.2 Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Pada usaha perkebunan kelapa sawit rakyat, biaya variabel yang diperhitungkan adalah total dari biaya penggunaan sarana produksi saprodi dan biaya tenaga kerja. Dimana biaya saprodi merupakan akumulasi dari biaya bibit, pupuk, dan obat-obatan. Pada umur tanaman 0-1 tahun biaya saprodi yang dikeluarkan adalah biaya bibit, pupuk, dan obat-obatan. Pada tanaman umur 2 tahun hingga 25 tahun, biaya saprodi yang dikeluarkan adalah biaya pupuk dan biaya obat-obatan. Untuk biaya tenaga kerja akan dibahas selanjutnya. Berikut disajikan biaya saprodi rata-rata per tahun menurut umur tanaman. Universitas Sumatera Utara Tabel 9. Biaya Saprodi Rata-Rata Menurut Umur Tanaman Per Tahun Umur Tanaman Tahun Biaya Saprodi Rata-Rata RpHa 862.031 1 3.093.000 2 1.247.583 3 1.955.000 4 2.309.479 5 5.468.333 6 4.251.500 7 5.446.389 8 7.633.224 9 4.449.267 10 8.154.819 11 8.404.467 12 4.766.689 13 5.130.169 14 8.768.583 15 6.729.211 16 7.473.958 17 3.862.813 18 5.187.583 19 6.308.042 20 9.573.083 21 8.874.785 22 5.077.972 23 5.929.945 24 5.485.136 25 6.249.167 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 6 Dari tabel 9 yang disajikan diatas dapat diketahui, bahwa biaya saprodi rata-rata tanaman 0 tahun lebih kecil dari pada tanaman 1 tahun, hal ini disebabkan karena sampel petani yang di peroleh pada tanaman 0 tahun mengusahakan tanamannya mulai dari kecambah, sedangkan petani sampel di umur 1 tahun membeli bibit siap tanam. Perbedaan harga kecambah dan harga bibit siap tanam yang cukup tinggi menyebabkan perbedaan rata-rata biaya produksi di umur ini cukup mencolok. Selanjutnya, biaya saprodi mulai jauh meningkat sejak umur 5 tahun, hal ini disebabkan karena sejak umur tanaman ini tindakan pemeliharaan sejak mulai Universitas Sumatera Utara intens dilakukan oleh petani sampel karena dirasa sudah mulai memberi pemasukan, seperti peningkatan dosis pupuk. Pada umur 22-25 tahun, terjadi penurunan biaya saprodi yang cukup mencolok. Hal ini disebabkan pemberian perawatan sudah mulai dikurangi mengingat hasil produksi pada umur tersebut sudah mulai berkurang dan juga penggunaan obat- obatan seperti herbisida yang sudah sangat minim diaplikasikan mengingat tanaman kelapa sawit yang sudah tinggi, sehingga jarang ditemui tanaman pengganggu disekitarnya. Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah suatu produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Biaya tenaga kerja merupakan salah satu komponen biaya penyusun biaya variabel. Tenaga kerja yang digunakan di dalam usaha perkebunan kelapa sawit rakyat di daerah penelitian umumnya adalah tenaga kerja luar keluarga. Hal ini dikarenakan kegiatan budidaya tersebut berat untuk dilakukan oleh seorang diri dan juga dikarenakan kebanyakan petani memiliki areal usaha tani yang berjauhan dari rumahnya sehingga sulit bagi petani pemilik untuk setiap harinya mengontrol kebun miliknya. Ada dua jenis pola penggunaan tenaga kerja di daerah penelitian. Yang pertama, sistem borongan dimana tenaga kerja luar keluarga itu hanya dibayar ketika ia melalukan suatu pekerjaan yang dhitung menurut sistem upahan yang berlaku di daerah tersebut. Kedua, tengaga kerja yang dibayar per bulannya dengan catatan seluruh kegiatan pemeliharaan harus dikerjaan oleh tenaga kerja luar keluarga Universitas Sumatera Utara tersebut ditambah dengan upah panen premi panen yang diperolehnya per kilogram hasil panen. Dalam kenyataannya sering sekali petani pemilik mengeluhkan penggunaan tenaga kerja dengan pola kedua. Untuk sampel tanaman 0 - 1 tahun, biaya tenaga kerja yang dikeluarkan adalah biaya pembibitan, persiapan lahan, penanaman, dan biaya perawatan dengan sistem tenaga kerja borongan yakni biaya pemupukan dan biaya penyemprotan. Untuk sampel tanaman 2-3 tahun, biaya tenaga kerja yang dikeluarkan adalah biaya perawatan seperti pemupukan, pemiringan, penyemprotan, dan pembabatan. Untuk sampel tanaman 4 tahun biaya tenaga yang dikeluarkan mulai ditambah dengan biaya panen dan pasca panen. Biaya panen yang berlaku di daerah penelitian sekitar Rp100,- kg dari total hasil panen. Biaya pasca panen yang dikeluarkan adalah biaya transportasi yang juga sekitar Rp 60.- sampai dengan 100,- kg dari total hasil panen. Namun, adapula petani sampel yang tidak mengeluarkan biaya transportasi ini, karena pedagang toke datang membeli TBS langsung ke lokasi kebun kelapa sawit petani sampel. Pada tanaman umur 5 tahun, biaya tenaga kerja untuk pruningpenunasan mulai ditambahkan ke dalam keseluruhan biaya tenga kerja yang akan dilakukan di setiap umur tanaman selanjutnya. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dari tanaman umur 5-25 tahun adalah biaya pemupukan, pruning, perawatan piringan, penyemprotran, pembabatan, serta biaya panen dan pasca panen. Namun tidak semua kegiatan pemeliharaan di atas dilakukan oleh setiap petani sampel, seperti biaya pemiringan, penyemprotan, dan pembabatan, ada beberapa petani sampel yang tidak melalukan kegiatan tersebut dengan alasan Universitas Sumatera Utara kurangnya modal yang ia miliki. Oleh sebab itu, untuk menghitung biaya tenaga kerja di dalam biaya variabel digunakanlah biaya tenaga kerja rata-rata. Berikut disajikan biaya tenaga kerja rata-rata per tahun menurut umur tanaman. Tabel 10. Biaya Tenaga Kerja Rata-Rata Menurut Umur Tanaman Per Tahun Umur Tanaman Tahun Biaya Tenaga Kerja Rata-Rata RpHa 2.861.504 1 3.406.490 2 1.463.333 3 1.548.983 4 1.737.489 5 3.303.183 6 3.499.833 7 4.539.444 8 4.490.034 9 6.251.587 10 6.652.167 11 4.704.956 12 6.050.567 13 6.585.369 14 4.753.056 15 4.850.617 16 5.525.333 17 6.249.983 18 4.617.426 19 5.423.650 20 4.327.625 21 3.766.130 22 3.797.131 23 3.960.783 24 4.305.389 25 3.518.833 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 7 Pada tanaman umur ke-0 dan 1 rata-rata biaya tenaga kerja lebih tingggi dibanding rata-rata biaya tenaga kerja tanaman umur ke-2 hingga 4 tahun,hal ini disebabkan karena pada tananaman 0 dan 1 tahun terdapat biaya pembibitan, persiapan lahan dan penanaman yang tidak ada pada tanaman 2 tahun. Pada tanaman 2, 3, dan 4 tahun biaya tenaga kerja juga masih rendah karena biaya Universitas Sumatera Utara tenaga kerja yang dikeluarkan hanya untuk pembabatan, penyemprotan, pemiringan, dan pemupukan. Pupuk yang diaplikasikan oleh petani sampel pada umur tanaman ini masih sedikit, sehingga biaya tenaga kerja untuk kegiatan pemupukan juga masih rendah. Sejak umur tanaman ke-5, rata-rata biaya tenaga kerja meningkat hal ini disebabkan pada umur tanaman ke-5 kastrasi dilakukan, dan sejak umur ini pruning dilakukan setiap tahunnya. Naik turunnya biaya tenaga kerja kerja tiap umur tanaman sejak tanaman umur ke-5 ini disebabkan perbedaan nilai upah tenaga kerja dan jumlah kegiatan yang dilakukan di setiap kebun kelapa sawit milik petani sampel.

5.2.3 Biaya Total