33 Tahap reorientasi pembelajaran sebagai ujung
tombak pelaksanaan implementasi pendidikan life skill oleh Napitupulu 1983 dijelaskan sebagai siklus se-
derhana yang terdiri dari tiga tahap yaitu tahap moti- vasi, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Siklus
yang dikemukakan oleh Napitupulu 1983 merupakan siklus yang biasa diterapkan di jalur pendidikan non
formal namun bukan tidak mungkin dapat diadopsi pada pendidikan formal. Adapun penjelasan tiap-tiap
tahap adalah sebagai berikut:
a. Tahap Motivasi
Tahap motivasi ini meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memotivasi kelompok sasaran
pendidikan yaitu siswa, guru dan warga masyarakat. Guru dalam tahap ini berperan sebagai “sutradara”
proses belajar. Tahap motivasi merupakan tahap pen- ciptaan kondisi khususnya di kalangan kelompok
sasaran pendidikan. Dalam tahap ini merupakan tahap menyiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program termasuk menyiapkan strategi pelaksanaan
program, kesiapan guru dalam melaksanakan pem- belajaran juga kesiapan siswa dan wali murid untuk
dapat menerima perubahan dari program baru yang akan dilaksanakan.
34
b. Tahap Pelaksanaan Program
Dalam tahap ini merupakan inti dari program yang akan dilaksanakan. Program ini berupa jenis
kegiatan pendidikan yang ditandai oleh kegiatan “bekerja” dan “belajar” untuk mengejar ketertinggalan
dalam berbagai bidang kehidupan. Pada tahap kedua ini merupakan pelaksanaan kegiatan proses belajar
mengajar dan proses belajar bekerja dalam kelompok belajar sebagai realisasi dari tahap motivasi sebagai
tahap perencanaan kegiatan.
c. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahap ini merupakan tahap evaluasi terhadap program yang dilaksanakan. Evaluasi yang dilakukan
meliputi kesesuaian pelaksaan program dengan renca- na dan ketercapaian tujuan program yang dilaksana-
kan. Jika pada tahap evaluasi, program ini dirasa cukup sesuai dengan rencana baik dalam pelaksanaan
maupun pencapaian tujuan maka program ini dapat dilakukan tindak lanjut.
Tindak lanjut yang dilakukan dengan mengim- plementasikan program baru ini ke dalam lingkup
yang lebih luas. Namun jika hasil evaluasi dirasa belum sesuai rencana atau belum sesuai dengan
tujuan maka perlu merefleksi program yang sudah dilaksanakan dan perlu membuat rencana lagi untuk
mengimplementasikan sebuah program baru yang lebih baik.
35 Di samping model sederhana yang diuraikan di
atas, Arif 1986 memperkenalkan model induktif
dalam pelaksanaan pengembangan kelompok. Model yang diperkenalkan Arif 1986 merupakan model yang
berbeda dengan model yang dikemukakan oleh Napitupulu 1983 dan reorientasi pembelajaran yang
dikemukakan oleh Depag 2005. Arif 1986 memerinci tahap pelaksanaan yang dikemukakan oleh
Napitupulu. Perincian tahap motivasi dibagi menjadi 8 tahap, tahap pelaksanaan menjadi 1 tahap dan tahap
evaluasi dan tindak lanjut dirinci menjadi 2 tahap sehingga tahap yang dikemukakan oleh Arif 1986
menjadi 11 tahap dari 3 tahap yang dikemukakan oleh Napitupulu 1983.
Adapun langkah-langkah implementasi pendidi kan kecakapan hidup yang disarankan oleh Arif 1986
dalam pembelajaran dapat dilakukan secara berurutan berupa suatu daur siklus yang diharapkan akan
berkelanjutan, yaitu:
1 pembentukan panitia perencana di tingkat desa lembaga bagi pendidikan non formal dan pemben-
tukan TPSM bagi pendidikan formal, 2 mengi- dentifikasi kebutuhan, minat dan karakteristik
kelompok peserta didik, tujuannya untuk menjadi bahan dalam penentuan jenis program yang akan
dilaksanakan, 3 merumuskan tujuan belajar yang diharapkan dan menjadi arah dari setiap kegiatan
belajar yang akan dilaksanakan, 4 memilih isi program serta metode-metode belajar yang akan
dilakukan dalam proses belajar mengajar, 5 me- milih tenaga pendidikpelatihfasilitator beserta
sumber belajar yang akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar bagi pendidikan non formal
36
sedangkan bagi pendidikan formal dapat dilakukan dengan sosialisasi dan pelatihan bagi guru tentang
pelaksanaan program baru, 6 menyusun rencana kegiatan, 7 menyusun rencana dana yang diper-
lukan dalam pelaksanaan program, 8 menyusun fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk
pelaksanaan program, 9 melaksana kan proses belajar mengajar dalam kelompok sesuai dengan
rencana belajar yang telah disusun, 10 menga- dakan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
tujuan-tujuan belajar yang telah dirumuskan ter- sebut telah tercapai. Apabila tidak tercapai, faktor-
faktor apa yang menghambat terhadap program tersebut, 11 perencanaan kembali program-
program tersebut. Langkah ini akan dilaksanakan apabila perancang program menilai bahwa tujuan
belajar telah tercapai, dan perancang program menyusun kembali program, apakah program
tersebut merupakan program lanjutan dari program lama atau merupakan program baru sama sekali
sesuai dengan kebutuhan belajar baru dari kelom- pok sasaran.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa antara Depag 2005, Napitupulu 1983 dan Arif 1986 memiliki
strategi yang berbeda dalam mengimplementasikan pendidikan kecakapan hidup dalam pembelajaran
namun pada intinya adalah sama yaitu tahap persiap- an, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Masing-
masing strategi yang telah diuraikan di atas memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Strategi
yang diuraikan Depag memang lengkap tetapi butuh waktu yang relatif panjang. Mungkin dapat beberapa
tahun untuk mengimplementasikannya karena mem- butuhkan manajemen yang lebih luas dan tidak hanya
dalam pembelajaran saja melainkan manajemen ber- basis madrasah, reorientasi pembelajaran, hubungan
37 yang sinergis antara madrasah dan masyarakat,
pengembangan budaya madrasah dan kurikulum untuk pembelajaran pra vokasional. Sementara itu
pendapat dari Napitupulu hanya dalam pembelajaran dan sangat sederhana. Sedangkan pendapat Arif lebih
luas dari pada pendapat Napitupulu namun rincian yang dikemukakan arif digunakan untuk pembelajar-
an non formal yang masih perlu mencari pengajar, dana dan pembentukan panitia.
Menurut hemat penulis strategi yang paling tepat untuk mengimplementasikan pendidikan life
skills adalah mengambil strategi Napitupulu namun di dalamnya terdapat strategi Depag sehingga strateginya
sederhana tetapi sudah mencakup banyak hal. Strategi untuk mengimplementasikan pendidikan life
skills menurut penulis di antaranya adalah langkah strateginya ada 3 langkah yaitu langkah motivasi,
langkah implementasi, dan langkah evaluasi. Namun dalam pelaksanaan evaluasi melibatkan wali murid.
Hal ini bertujuan menjalin hubungan yang sinergis dengan masyarakat. Di samping itu dalam pelaksana-
anya banyak melakukan pembiasaan di rumah siswa maupun di sekolah. Pembiasaan ini bertujuan untuk
mengembangkan budaya sekolah yang baik. Kuri- kulum ditentukan oleh TPSM Tim Pengembang Seko-
lahMadrasah. Hal ini bertujuan untuk menuju ke arah manajemen berbasis masyarakat dan aspek life
skills yang diberikan benar-benar keterampilan bagi
38 siswa yang dibutuhkan masyarakat sekitar. Adapun
metode implementasinya menggunakan metode inte- grasi yaitu pemberian pelajarannya ditempelkan pada
sejumlah mata pelajaran tertentu dan tidak berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran tersendiri.
2.3 Kesiapan Guru dalam Pembelajaran