Kesiapan Merencanakan Pembelajaran Kesiapan Guru dalam Pembelajaran

38 siswa yang dibutuhkan masyarakat sekitar. Adapun metode implementasinya menggunakan metode inte- grasi yaitu pemberian pelajarannya ditempelkan pada sejumlah mata pelajaran tertentu dan tidak berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran tersendiri.

2.3 Kesiapan Guru dalam Pembelajaran

Arikunto 1993, memberikan arti terhadap kesiapan guru sebagai kompetensi guru, sehingga seorang guru yang berkompetensi berarti guru terse- but memiliki kesiapan yang cukup untuk melaksana- kan pembelajaran. Terkait dengan kesiapan seorang guru dalam mengajar Sudjana 1989 berpendapat bahwa ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi mengajar. Pertama adalah tahap mengajar merencanakan rencana bela- jar, kedua adalah menggunakan atau pendekatan mengajar alat peraga dan tahap ketiga prinsip meng- ajar persiapan mental. Sementara itu Nasution 2003 membagi kesiapan guru sebagai pengajar dalam tiga tahap yaitu merencanakan pembelajaran, melaksana- kan pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran.

2.3.1 Kesiapan Merencanakan Pembelajaran

Mempersiapkan diri sebelum mengajar akan membuat pengajar siap serta penuh percaya diri untuk memasuki ruangan kelas, karena pengajar tersebut telah mengetahui cara yang akan digunakan 39 untuk menjelaskan bahan pelajaran. Pada dasarnya konsep persiapan dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah konsep yang sangat baik, namun implementasi dalam proses persiapan ini memerlukan waktu yang cukup panjang. Kemampuan merencana- kan proses belajar mengajar merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang Hamalik 2001. Proses belajar mengajar yang baik perlu diren- canakan agar dalam pelaksanaannya berlangsung dengan baik dan dapat mencapai hasil yang diharap- kan. Kesiapan seorang guru dalam merencanakan pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan im- plementasi pendidikan life skill meliputi mengidenti- fikasi life skill yang dibutuhkan siswa, menetapkan tujuan pembelajaran, menentukan strategi dan skena- rio pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, menentukan kriteria evaluasi Hunt dalam Majid 2005. Menguatkan pendapat Hunt, Hatimah 2000 menyatakan bahwa peran guru dalam mengembangkan strategi amat penting karena aktivi- tas belajar siswa sangat dipengaruhi oleh sikap dan penyampaian guru. Sementara Mulyasa 2004 menu- liskan bahwa pengembangan persiapan mengajar harus disesuaikan dengan minat dan perhatian peser- ta didik terhadap materi yang akan dijadikan bahan ajar. 40 Agar dapat membuat persiapan mengajar yang baik, guru dituntut untuk memahami aspek yang berkaitan dengan pengembangan persiapan mengajar. Gagne dan Briggs dalam Majid 2005 menyatakan bahwa rencana pembelajaran yang baik meliputi 3 hal yaitu 1 tujuan pembelajaran, 2 materi pembela- jaran, bahan ajar, pendekatan dan metode, media pengajaran, pengalaman belajar dan 3 evaluasi ke- berhasilan. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa unsur-unsur yang harus ada dalam perencanaan pem- belajaran adalah: 1 merumuskan tujuan pelajaran yang hendak dicapai, 2 memilih dan mengembangkan materi pembelajaran yang dapat digunakan untuk dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan, 3 me- rumuskan kegiatan belajar mengajar, 4 merencana- kan metode dan teknik yang digunakan untuk men- capai tujuan, 5 merencanakan media dan sumber belajar, 6 penilaian untuk mengetahui tujuan pem- belajaran tercapai atau tidak. Tujuan pembelajaran merupakan tujuan yang berbentuk tingkah laku kemampuan yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik setelah proses bela- jar mengajar Sudirman dkk. 1991. Sedangkan Bloom dalam Usman 1994 menyatakan tujuan pembelajaran digolongkan dalam 3 ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Sementara itu Nasution 2003 mengemukakan beberapa syarat tujuan pembelajaran yang baik adalah kata kerjanya hendaknya menunjuk- 41 kan perbuatan yang dapat diamati, uraian tentang stimulus respon siswa, menentukan alat yang diguna- kan oleh siswa dan penunjukan tentang sifat jawaban yang diharapkan. Memilih dan mengembangkan bahan pengajaran harus dilakukan guru yang disesuaikan dengan kebu- tuhan peserta didik karena dapat menunjang tercapai- nya tujuan pembelajaran. Ada 3 hal yang harus di- perhatikan dalam merencanakan bahan pengajaran yaitu berpedoman pada kurikulum, memilih sesuai karakteristik siswa serta penyusunan disesuaikan dengan taraf berfikir siswa Usman 1994. Sementara Sagala 2003 menyatakan ada 4 hal yang harus di- perhatikan saat menyusun materi pelajaran di antara- nya materi hendaknya menunjang tujuan yang hendak dicapai, materi disesuaikan dengan perkembangan siswa, materi teorganisir secara sistematik dan ber- kesinambungan, materi menyangkut hal-hal yang faktual dan konseptual. Usman 2004 merumuskan kegiatan belajar yang meliputi kegiatan menentukan metode, langkah kegiatan belajar mengajar, merencanakan alat dan sumber belajar. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Merencanakan metode pembelajaran yang akan digunakan. Metode mengajar adalah suatu cara yang digunakan guru dalam mengorganisasi kelas pada 42 umumnya atau menyajikan bahan pelajaran pada khususnya Sagala 2003. Dalam pemilihan metode mengajar diperlukan adanya pemahaman dan adanya kesesuaian dengan bahan yang akan diajarkan. Menu- rut Surakhmad 1979, yang menjadi pertimbangan utama dalam metode mengajar adalah kesesuaian metode dengan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, sumber dan fasilitas yang tersedia, kondisi belajar mengajar, kondisi siswa dan waktu yang tersedia. Menurut Sanjaya 2011 metode yang dapat diterapkan dalam mengimplementasi life skill hidup antara lain metode ceramah, metode demonstrasi, metode diskusi, metode simulasi. Sedangkan strategi pembelajaran yang dapat digunakan antara lain stra- tegi ekspositori, strategi inkuiri, strategi pembelajaran berbasis masalah, strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir, strategi pembelajaran kooperatif, strategi pembelajaran kontekstual, dan strategi pem- belajaran afektif. Metode dan strategi apapun yang direncanakan oleh guru hendaknya dapat mengakomodir secara me- nyeluruh terhadap prinsip prinsip KBM Majid 2005 di antaranya: 1 berpusat pada anak didik. Artinya guru harus memahami antara siswa yang satu dengan siswa yang lain memiliki karakteristik yang berbeda dan harus dipahami sebagai individu yang berbeda- beda; 2 Belajar dengan melakukan learning by doing. Guru harus memberi kesempatan siswa untuk melakukan apa yang dipelajari sehingga siswa mem- 43 peroleh pengalaman nyata; 3 Mengembangkan ke- mampuan sosial. Hendaknya pembelajaran digunakan oleh siswa untuk sarana berinteraksi sosial dengan lingkungan; 4 Mengembangkan imajinasi dan ke- ingintahuan. Guru harus mampu memancing rasa ingin tahu siswa dan memompa imajinasi siswa untuk berfikir kritis dan kreatif; 5 Mengembangkan kreati- vitas dan ketrampilan memecahkan masalah. Merencanakan media pembelajaran. Media pem- belajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pela- jaran yang disampaikan kepada siswa dan mengurangi verbalisme Usman 1994. Sesuai dengan fungsinya, media dapat digunakan untuk membantu memudah- kan pemahaman siswa dalam menangkap dan mema- hami konsep atau materi yang disampaikan. Media juga dapat menghantarkan siswa ketingkat pemaham- an yang lebih tinggi dari pada disampaikan dengan ceramah atau lisan. Dalam memilih media yang akan digunakan hendaknya memperhatikan beberapa hal di antaranya objektivitas, program pengajaran, sasaran program, situasi dan kondisi, kualitas teknik, efektivi- tas dan efisiensi media Sudirman dkk., 1991. Sementara itu Hoover dalam Usman 1994 mengingatkan tentang beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam merencanakan media pembela- jaran di antaranya tidak ada peraga yang dianggap paling baik, alat tertentu dianggap lebih tepat diban- 44 dingkan yang lain sehubungan dengan tujuan yang hendak dicapai, perlu persiapan sebelum mengguna- kan alat audio visual sehingga dalam pelaksanaan tidak terganggu persiapan alat. Merencanakan penilaian siswa. Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu rencana telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan Suwandi 2011. Adapun pentingnya penilaian yang dikemukakan oleh Baxter dalam Suwandi 2011 di antaranya untuk membandingkan siswa satu dengan lainnya, mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai, membantu kegiatan pembelajaran siswa, mengontrol pembelajaran apakah sudah berjalan sebagaimana mestinya. Penilaian dalam kurikulum berbasis kurikulum KBK adalah penilaian berbasis kelas sedangkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP adalah penilaian kelas. Namun kedua istilah itu secara substansi ada- lah sama Suwandi 2011. Penilaian pendidikan life skills yang digulirkan bersama KBK juga dapat dilaku- kan dengan penilaian kelas. Penilaian kelas dapat dilakukan dengan tes dapat pula dilakukan dengan non tes. Penilaian non tes yang dapat dilakukan dalam implementasi pendi- dikan kecakapan hidup antar lain penilaian kinerja, penilaian sikap, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian portofolio dan penilaian diri. Dalam evaluasi keberhasilan pendidikan life skills dalam pembelajar- an, sistem penilaian yang banyak digunakan adalah 45 jenis penilaian non tes walaupun bukan tidak mungkin penilaian tes juga dapat dilakukan. Penilaian dapat dilakukan di awal pelajaran, selama proses atau di akhir pelajaran Sudirman 1991. Dari beberapa uraian di atas maka dapat dike- tahui bahwa pembuatan rencana pembelajaran mutlak diperlukan untuk mengetahui keberhasilan suatu pembelajaran. Dalam integrasi pendidikan life skills ini dokumen yang sangat dominan diperlukan adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang didalamnya mengacu segala hal yang akan dilakukan saat pembe- lajaran di antaranya tujuan pembelajaran. Dalam tujuan pembelajaran harus ada dengan jelas aspek life skills yang akan dicapai disamping tujuan pembelajar- an yang sudah tercantum dalam standar isi. Selain tujuan pembelajaran, bahan pelajaran seperti sumber belajar, media, dan metode juga harus disesuaikan dengan tujuan pembelajarannya. Dalam pendidikan life skills sumber belajar tidak mutlak dari guru atau buku tetapi lebih diarahkan untuk lebih memanfaatkan lingkungan alam sekitar siswa sehingga siswa menjadi terbiasa untuk meman- faatkan potensi yang ada pada dirinya dan lingkung- annya untuk hal yang berguna. Dengan begitu tentu metode yang tepat dalam pembelajarannya adalah metode kontekstual yang dapat digali dari pengalaman dan lingkungan siswa di samping itu untuk media 46 pembelajarannya dapat beragam dan tidak hanya menggunakan papan tulis dan kapur saja. Teknik evaluasi yang digunakan dalam pendi- dikan life skills menurut penulis adalah teknik evalu- asi non tes terutama unjuk kerja. Evaluasi ini perlu melibatkan orang tua di rumah. Inilah yang membe- dakan antara pembelajaran biasa dengan pembelajar- an yang terintegrasi life skills yaitu jika pada pembe- lajaran biasa teknik evaluasi hanya dari guru saja dan biasanya lebih banyak aspek kognitif tetapi dalam pembelajaran life skills evaluasi tidak hanya guru yang terlibat tetapi orang tua juga ikut terlibat dalam proses penilaian. Sehingga dalam penelitian ini teknik evalu- asi bersama orang tua menjadi hal baru yang perlu sosialisasi dan pengertian dari orang tua.

2.3.2 Kesiapan Melaksanakan Pembelajaran

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Komite Sekolah di Sekolah Dasar Masehi Temanggung T2 942011046 BAB II

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Derajat Pelaksanaan Kewirausahaan Kepala Sekoalh Taman Kanak-Kanak di Dinas Pendidikan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung T2 942011076 BAB II

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Integrasi Life Skills dalam Pembelajaran di MI Miftakhul Huda Bengkal Kranggan Temanggung

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Integrasi Life Skills dalam Pembelajaran di MI Miftakhul Huda Bengkal Kranggan Temanggung T2 942010018 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Integrasi Life Skills dalam Pembelajaran di MI Miftakhul Huda Bengkal Kranggan Temanggung T2 942010018 BAB IV

0 0 52

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Integrasi Life Skills dalam Pembelajaran di MI Miftakhul Huda Bengkal Kranggan Temanggung T2 942010018 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Integrasi Life Skills dalam Pembelajaran di MI Miftakhul Huda Bengkal Kranggan Temanggung

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Christian Entrepreneurship T2 912010027 BAB II

0 1 59

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evidence dalam Membuktikan Adanya Kartel di Indonesia T2 BAB II

0 1 35

METODE BELAJAR KELOMPOK DAN BELAJAR INDIVIDU SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDIAQIDAH AKHLAK PADA SISWA MI MIFTAKHUL HUDA BENGKAL KRANGGAN TEMANGGUNG TAHUN AJARAN 20072008 SKRIPSI

0 0 72