Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Integrasi Life Skills dalam Pembelajaran di MI Miftakhul Huda Bengkal Kranggan Temanggung T2 942010018 BAB IV

(1)

 

BAB IV

ANALISIS DATA DAN

PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

MI Miftakhul Huda Bengkal merupakan lembaga pendidikan dasar swasta yang berada di bawah naung-an Yayasnaung-an Pendidiknaung-an Maarif Nahdlatul Ulama dnaung-an Kementrian Agama. MI Miftakhul Huda Bengkal didiri-kan tahun 1967. Terletak di Dusun Surodadi Desa Bengkal Kecamatan Kranggan Kabupaten Temang-gung. MI Miftakhul Huda Bengkal berjarak sekitar 10 km ke arah timur dari pusat Kota Temanggung dan merupakan daerah perbatasan dengan Kabupaten Magelang. Kondisi awal berdiri sampai tahun 2007 MI Miftakhul Huda Bengkal hanya mempunyai 3 lokal ukuran 7 x 7 m untuk 6 rombongan belajar dengan siswa tiap rombongan belajar rata-rata 20 siswa. Namun sejak tahun 2007 MI Miftakhul Huda Bengkal mendapat bantuan DAK (Dana Alokasi Khusus) bidang pendidikan dan dapat menambah 2 lokal ruang kelas. Tahun 2009 mendapat bantuan lagi 2 lokal ruang kelas sehingga sampai tahun 2011 ini MI Miftakhul Huda Bengkal sudah mempunyai 6 lokal kelas untuk 6 rombongan belajar.


(2)

MI Miftakhul Huda Bengkal diasuh oleh 9 orang guru termasuk penulis dan 1 orang kepala madrasah yang terdiri dari 1 orang laki-laki dan 9 orang perem-puan. Dari 10 orang yang ada, 2 orang berstatus PNS yaitu kepala madrasah dan 1 orang guru sedangkan 8 orang lainnya berstatus wiyata bhakti. Di samping itu MI Miftakhul Huda Bengkal juga memiliki 1 orang penjaga laki-laki yang merangkap sebagai tukang kebun. Tingkat pendidikan guru-guru di MI Miftakhul Huda Bengkal semuanya sudah sarjana penuh (S1) walaupun jurusannya kurang sesuai dengan bidang ajarnya yaitu mengajar guru kelas atau guru penjas-kes tetapi jurusan yang diambil adalah PAI (Pendidik-an Agama Islam) sed(Pendidik-angk(Pendidik-an penjaga berijasah SMP. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1

Susunan Guru dan Tenaga Kependidikan MI Miftakhul Huda Bengkal

Jabatan Jumlah Ijasah Status Ket

Kepala MI 1 S1 (PAI) PNS Perempuan

Guru kelas 6 S1(PAI) 1 PNS 5

GTY

6 perempuan

Guru mapel 3 S1 (PAI) GTY 2Perempuan

1 laki-laki

Penjaga 1 SMP PTY Laki-laki

Jumlah 11

Sumber: MI Miftakhul Huda Bengkal (2011)

Siswa MI Miftakhul Huda Bengkal tergolong banyak dibandingkan sekolah sederajat di Desa


(3)

 

Bengkal. Jumlah siswa MI Miftakhul Huda Bengkal tahun 2011 sebanyak 135 anak. Sementara SD Bengkal I berjumlah 65 siswa, SD Bengkal II ber-jumlah 140 siswa dan SD Muhamadiyah Alternatif berjumlah 60 siswa (UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kranggan 2011). Walaupun jumlahnya lumayan banyak namun masyarakat yang menyekolahkan anaknya di MI Miftakhul Huda Bengkal merupakan masyarakat dengan ekonomi pas-pasan. Hal ini dapat diketahui dari data tahun 2011 bahwa 90% dari wali murid adalah petani dan buruh. Sisanya ada peda-gang, perangkat dan pensiunan. Disebabkan oleh ekonomi yang pas-pasan itulah maka bukan hal yang aneh jika banyak siswa MI Miftakhul Huda Bengkal yang tidak melanjutkan ke sekolah lanjutan apalagi kuliah di perguruan tinggi. Bahkan ada yang tidak melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP/MTs). Data tentang siswa lulusan MI Miftakhul Huda yang melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dapat dilihat pada Tabel 1.1. Sedangkan data tentang pekerjaan wali murid MI Miftakhul Huda Bengkal tahun 2011/2012 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Dalam pelaksanaan pembelajaran MI Miftakhul Huda menggunakan kurikulum tingkat satuan pendi-dikan (KTSP) sejak tahun 2007.


(4)

Tabel 4.2

Data Pekerjaan Wali Murid

MI Miftakhul Huda Bengkal Tahun 2011/2012 No Pekerjaan Jumlah Keterangan

1 PNS/ABRI 2 Guru

2 Wiraswasta 4 Sopir

3 Pedagang 7

4 Petani 67

5 Buruh 55

Jumlah 135

Sumber: MI Miftakhul Huda Bengkal (2011)

MI Miftakhul Huda mempunyai visi “menyiapkan generasi yang berilmu pengetahuan dan berakhlakul karimah” sementara misinya antara lain: (1) Melaksa-nakan pembelajaran dengan cara PAKEM (pembelajar-an aktif, kreatif, efektif d(pembelajar-an menyen(pembelajar-angk(pembelajar-an), (2) Me-ngembangkan bakat dan minat anak serta profesional guru, (3) Memajukan madrasah bersama masyarakat, (4) Menumbuh kembangkan penghayatan dan penga-malan akhlakul karimah dan penguasaan ala ahlu sunah wal jamaah.

4.2

Penyajian Data

Setelah semua data terkumpul kemudian pene-liti melakukan aktivitas dalam analisis data yaitu mengelompokkan data ke dalam kelompok yang sesuai, menyajikan data dalam bentuk diskripsi dan mengambil keputusan sesuai rumusan masalah.


(5)

 

Strategi yang digunakan dalam implementasi pendidikan life skills dalam pembelajaran di MI Miftakhul Huda seperti yang sudah diuraikan pada bab II merupakan strategi yang terdiri dari 3 tahap yang meliputi tahap motivasi, tahap implementasi serta tahap evaluasi. Dalam pelaksanaan evaluasi melibatkan wali murid untuk menjalin hubungan yang sinergis dengan masyarakat dengan banyak menum-buhkan pembiasaan pada siswa untuk menumbuh-kan budaya Madrasah. Dalam penyusunan kurikulum dilakukan dengan TPS/M untuk menuju manajemen sekolah berbasis masyarakat serta aspek life skills yang dikembangkan merupakan ketrampilan yang di-butuhkan masyarakat sekitar. Metode pembelajaran-nya dengan metode integratif yaitu menempelkan aspek life skills pada sejumlah pelajaran yang sudah ada.

Dalam tahap motivasi ini merupakan kegiatan untuk menyiapkan segala sesuatu sebelum program dilaksanakan. Dalam tahap ini peneliti banyak bekerja sama dengan kepala madrasah sebagai pimpinan di MI Miftakhul Huda Bengkal. Hal-hal yang dilakukan peneliti dalam tahap ini adalah meneliti tentang pemahaman guru dan kepala tentang pendidikan life skills serta pelaksanaannya di MI Miftakhul Huda Bengkal, mengadakan diskusi dengan tim pengembang madrasah, mengadakan pelatihan pembuatan silabus dan RPP bagi guru dan sosialisasi kepada wali murid


(6)

tentang implementasi pendidikan life skills di MI Miftakhul Huda Bengkal.

Sementara itu dalam tahap implementasi program, peneliti melakukan observasi terhadap per-siapan guru serta observasi terhadap implementasi pendidikan life skills dalam pembelajaran. Pada tahap terakhir yaitu tahap evaluasi, peneliti melakukan penelitian dengan menyebarkan kuisioner pada guru kepala dan wali murid untuk mengetahui pelaksanaan program implementasi life skills serta kendala yang dirasakan oleh dewan guru dan kepala MI saat mengimplementasikan life skills.

4.2.1 Tahap Motivasi

Dalam tahap motivasi ini yang pertama dilaku-kan peneliti adalah meneliti tingkat pemahaman guru dan kepala tentang pendidikan life skills serta pelak-sanaannya di MI Miftakhul Huda Bengkal. Peneliti melakukan wawancara dengan 8 orang guru dan kepala madrasah. Panduan wawancara meliputi 6 item yang meliputi pemahaman tentang pendidikan life skills, penerapan di MI Miftakhul Huda Bengkal dan teknik pelaksanaan, kurikukulumnya, kesiapan guru-nya dan kegiatan yang perlu dilakukan sebelum imple-mentasi pendidikan life skills dalam pembelajaran.

Dari hasil wawancara 8 orang guru dan seorang kepala Madrasah, diperoleh data bahwa hampir semua guru maupun kepala Madrasah menyatakan


(7)

 

bahwa pendidikan life skills adalah pendidikan ke-terampilan seperti menggambar, menyanyi dan mem-buat keterampilan tangan. Sementara itu pada item kedua yaitu pelaksanaan life skills di MI Miftakhul Huda Bengkal, 6 guru menyatakan bahwa MI Miftakhul Huda belum melaksanakan integrasi life skills dalam pembelajaran, sedangkan 2 orang guru menyatakan MI Miftakhul Huda Bengkal sudah melak-sanakan integrasi life skills dalam pembelajaran yaitu dalam pelajaran SBK (seni budaya dan ketrampilan). Ketika ditanya lebih lanjut penerapan pada pelajaran yang lain mereka menyatakan pada pelajaran yang lain tidak ada pendidikan life skills. Menurut kepala Madrasah, pelaksanaan pendidikan life skills belum diterapkan pada semua pelajaran, tetapi baru sebatas pada pelajaran SBK.

Pada item selanjutnya tentang implementasi pendidikan life skills jawaban mereka bervariasi. Bagi yang mengatakan belum melaksanakan pendidikan life skills alasannya ada yang mengatakan belum pernah diajari atau disosialisasi (5 nara sumber). Ada pula yang mengatakan belum tahu sama sekali tentang pelaksanaan implementasi pendidikan life skills. Sedangkan yang mengatakan sudah melaksanakan integrasi pendidikan life skills pelaksanaanya tidak ada beda dengan pelajaran pada umumnya, hanya pelajaran SBK memang mengajarkan keterampilan bagi siswa dan bukan kognitif. Ada juga yang


(8)

menga-takan pelaksanaanya lebih banyak praktik daripada teori. Sementara itu kepala Madrasah mengatakan belum ada strategi khusus pelaksanaannya dan pelaksanaanya seperti pelajaran biasa.

Item keempat tentang kurikulum pelaksanaan integrasi pendidikan life skills, semua nara sumber mengatakan belum ada kurikulum baik itu para guru maupun kepala Madrasah. Sementara item kelima tentang bagaimana kesiapan guru-guru jika dilaksana-kan implementasi integrasi pendididilaksana-kan life skills dalam pembelajaran dijawab oleh kepala Madrasah bahwa guru-guru belum siap jika harus menyiapkan silabus dan RPP yang sudah ada integrasi pendidikan life skills pada semua pelajaran karena selama ini persiap-an guru-guru baru persiappersiap-an tentpersiap-ang pembelajarpersiap-an biasa dan belum menerapkan pembuatan persiapan guru dengan memasukkan integrasi pendidikan life skills. Jawaban kepala Madrasah tentang kesiapan guru-guru dikuatkan oleh guru-guru yang menyata-kan belum pernah ada sosialisasi maupun pelatihan tentang pembuatan persiapan guru yang menginte-grasikan pendidikan life skills sehingga jika guru-guru langsung disuruh membuat persiapan mengajar yang mengimplemen tasikan pendidikan life skills mereka belum siap.

Item terakhir dalam wawancara ini adalah kegiatan apa yang perlu dilakukan jika di MI Miftakhul Huda Bengkal akan mengimplementasikan pendidikan


(9)

 

mengatakan perlu adanya sosialisasi tentang pendi-dikan life skills dan pelatihan bagi guru-guru tentang persiapan, pelaksanaan dan teknik penilaian pendi-dikan life skills dalam pembelajaran. Jawaban kepala madrasah ini disetujui oleh seluruh guru yang ada di MI Miftakhul Huda Bengkal.

Setelah mengetahui tingkat pemahaman guru dan kepala tentang pendidikan life skills, peneliti mela-kukan diskusi dengan tim pengembang sekolah/ Madrasah yang terdiri atas kepala Madrasah, dewan guru dan tokoh masyarakat untuk mendiskusikan tentang kecakapan hidup yang dibutuhkan siswa se-suai karakteristik daerah setempat dan mata pelajaran yang dapat diintegrasikan kecakapan hidup yang dibutuhkan.

Tokoh masyarakat yang masuk dalam tim pengembang sekolah/madrasah terdiri atas pengurus yayasan, ketua komite, perwakilan dari wali murid dan tokoh masyarakat peduli pendidikan di samping guru dan kepala madrasah. Kegiatan ini dilakukan pada hari Sabtu tanggal 2 Juli 2011 dari jam 8 sampai jam 11 siang. Kegiatan dilakukan pada pagi hari karena siswa dalam kondisi libur akhir tahun sehingga ke-giatan ini tidak mengganggu keke-giatan belajar meng-ajar.

Dalam diskusi tersebut guru-guru meminta agar kecakapan hidup yang diberikan pada siswa jangan banyak-banyak dulu karena baru masa percobaan.


(10)

Nanti kalau sudah berjalan dapat ditambahi lagi. Dari 8 guru ada satu guru yang mengusulkan agar tiap guru mengintegrasikan pendidikan kecakapan hidup hanya satu mata pelajaran untuk tiap kelasnya. Sedangkan untuk guru mata pelajaran cukup menga-jarkan satu pokok bahasan pada kelas tertentu dan tidak pada semua kelas. Usul dari satu guru ini dise-tujui oleh guru yang lain dan juga disedise-tujui oleh kepala Madrasah dan tim pengembang madrasah yang lain. Namun di samping menyetujui pendapat guru, ketua komite meminta, walaupun baru tahap perco-baan namun harus diajarkan pada siswa semaksimal mungkin dan jangan asal-asalan karena jika program ini berhasil maka hal ini akan sangat bermanfaat bagi siswa di kemudian hari. Hasil dari diskusi bersama tim pengembang kurikulum dengan peneliti diperoleh hasil pokok bahasan yang akan diintegrasi pendidikan

life skills seperti terlihat pada Tabel 4.3.

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh pene-liti sesuai permintaan dari guru-guru dan kepala MI Miftakhul Huda Bengkal adalah mengadakan pelatih-an bagi guru tentpelatih-ang pembuatpelatih-an persiappelatih-an mengajar bagi guru berupa pembuatan RPP (rencana pelaksa-naan pembelajaran) yang di dalamnya sudah terin-tegrasi pendidikan life skills.

Pelatihan diikuti oleh 7 orang guru dan kepala MI Miftakhul Huda. Sedangkan 1 orang guru tidak mengikuti pelatihan karena sedang sakit, namun guru yang tidak mengikuti pelatihan tersebut ketika


(11)

 

sembuh dari sakit tetap mempelajari bagaimana membuat RPP yang terintegrasi life skills.

Tabel 4.3

Pokok Bahasan yang akan Diintegrasi Pendidikan Life Skills

No Pokok Bahasan

Ma

pel Life Skills KD Kls Guru

1 Anggota tubuh

IPA Kesada ran

potensi diri Siswa dapat melakukan perawatan anggota tubuh I Guru kelas I 2 Cinta lingkungan

PKn Kesada ran

spiritual Siswa dapat melakukan pemeliharaan lingkungan 2 Guru kelas 2 3 Melaksa nakan norma

PKn Kesada ran

potensi diri Siswa dapat bertindak tepat dan proporsional 3 Guru kelas 3 4 Menyapa orang lain dengan santun Bhs Indon e sia Kecaka pan komuni kasi Siswa dapat menyapa orang lain dengan bahasa yang santun 4 Guru kelas 4 5 Asmaul Husna Aki dah Akh lak Kesada ran spiritual Siswa membi asakan mem baca asmaul husna 5 Guru kelas 5 6 Perkemban g biakan makhluk hidup IPA Pra vokasional Siswa dapat melakukan perkembang biakan vegetatif buatan 6 Guru kelas 6 7 Sholat fardhu

Fi kih Kesada ran spiritual Siswa dapat membiasakan shalat fardu 2 Guru mapel fikih

8 Sepak bola Olah

raga

Kesada ran potensi diri

Siswa dapat me-ngembang kan kemam puan diri

5 Guru olah raga

Sumber: Hasil diskusi dengan TPM tanggal 2 Juli 2011

Walaupun pembuatan persiapan mengajar itu dilaksanakan oleh guru tetapi seorang kepala sekolah/


(12)

madrasah juga harus tahu persiapan mengajar yang benar sehingga ketika ada guru yang kurang paham atau kurang tepat dapat melakukan perbaikan atau memberikan saran perbaikan. Pelatihan dilakukan di MI Miftakhul Huda Bengkal pada hari Sabtu, tanggal 9 Juli 2011 tepat satu minggu setelah melakukan disku-si dengan TPS/M. Pelatihan dilaksanakan jam 08.00 sampai pukul 13.00. Hasil dari pelatihan berupa ke-terampilan membuat RPP yang di dalamnya sudah terintegrasi pendidikan life skills, di samping penge-tahuan dan pemahaman bagi guru tentang pendidikan

life skills bagi siswa. Dengan bekal keterampilan ter-sebut diharapkan ketika memasuki ajaran baru di MI Miftakhul Huda sudah dapat diintegrasikan pendidik-an life skills dalam pembelajaran bagi siswa.

Ketika materi pendidikan life skills sudah diten-tukan dan guru-guru sudah bisa membuat RPP yang terintegrasi pendidikan life skills, peneliti yang didam-pingi kepala Madrasah melakukan sosialisasi imple-mentasi life skills dalam pembelajaran kepada wali murid. Sosialisasi dilakukan pada saat rapat wali murid. Pelaksanaannya pada hari Sabtu tanggal 30 Juli 2011. Dalam sosialisasi tersebut peneliti menyam-paikan bahwa di MI Bengkal akan dilaksanakan inte-grasi pendidikan life skills dalam pembelajaran. Peneliti juga menyampaikan bahwa dalam implemen-tasi integrasi life skills membutuhkan bantuan dari orang tua siswa untuk ikut mengawasi dan memantau kegiatan anaknya di rumah.


(13)

 

Dalam teknik pelaksanaan pemantauan pendi-dikan life skills oleh orang tua siswa, peneliti membe-rikan gambaran bahwa dalam pemantauan orang tua siswa hanya memberikan tanda tangan atau tanda centang (V) sebagai persetujuan bahwa kegiatan pem-biasaan sebagai pelaksanaan aspek life skills benar-benar dilakukan di rumah masing-masing. Dengan begitu orang tua bisa mengontrol kegiatan anak di rumah sehingga anak juga lebih mudah ditegur oleh orang tua jika tidak melakukan pembiasaan yang dibutuhkan.

Blangko penilaian atau pengawasan terhadap pembiasaan anak diberikan seminggu sekali dan di-kumpulkan seminggu sekali selama satu bulan. Dengan asumsi jika pembiasaan baik yang dilakukan siswa selama satu bulan di rumah diharapkan siswa menjadi terbiasa sehingga siswa tetap melakukan pembiasaan yang baik walaupun blangko pemantauan kegiatan tidak ada lagi. Dengan blangko itu juga diharapkan orang tua lebih intensif memperhatikan kegiatan yang dilakukan putra putrinya di rumah.

4.2.2 Tahap Implementasi

Langkah ini merupakan langkah strategi imple-mentasi yang kedua yaitu impleimple-mentasi program. Langkah ini digunakan peneliti untuk dapat menjawab rumusan masalah penelitian yang kedua yaitu tentang kesiapan guru-guru dalam mengimplementasikan life


(14)

skills. Penelitian yang dilakukan pada strategi kedua adalah melakukan observasi terhadap kesiapan guru baik kesiapan dokumen sebelum implementasi mau-pun kesiapan guru dalam implementasi program dalam pembelajaran di dalam kelas. Observasi dilaku-kan peneliti bekerja sama dengan kepala Madrasah sebagai manajer atau pemegang manajemen di MI Miftakhul Huda Bengkal karena jika implementasi pendidikan life skills ini benar-benar dilaksanakan setelah penelitian ini, maka kegiatan yang dilakukan peneliti merupakan tugas dari seorang manajer sekolah atau madrasah. Dalam tahap implementasi ini ada 3 kesiapan guru yaitu kesiapan merencanakan pembelajaran, kesiapan melaksanakan pembelajaran dan kesiapan untuk mengevaluasi pembelajaran.

1. Kesiapan Guru dalam Merencanakan Pembelajar-an

Sebelum mengimplementasikan integrasi life skills dalam pembelajaran terlebih dahulu peneliti melakukan observasi terhadap persiapan guru-guru dalam merencanakan pembelajaran. Dokumen yang diobservasi oleh peneliti meliputi dokumen penyusun-an program pengajarpenyusun-an dpenyusun-an dokumen rencpenyusun-ana pelak-sanaan pembelajaran (RPP).

Dokumen penyusunan program pengajaran me-liputi penyusunan program tahunan (prota), program semester (promes), penyusunan silabus, penyusunan


(15)

 

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), penyusunan alat evaluasi, penyusunan pemantauan pembiasaan

life skills, penyusunan program perbaikan dan pengayaan.

Dari hasil observasi yang dilakukan ada 3 pokok yang menjadi perhatian peneliti yaitu pembuatan silabus, pembuatan RPP dan pembuatan instrumen pemantauan pembiasaan life skills sebagai instrumen evaluasi pembelajaran. Meskipun dokumen yang lain tidak kalah penting tetapi ketiga dokumen inilah yang menunjukan perbedaan antara pembelajaran yang biasa dilakukan dengan pembelajaran yang sudah diintegrasi pendidikan life skills. Untuk pembuatan silabus ada 1 orang guru yang tidak membuat demi-kian juga dengan pembuatan instrumen pemantauan pembiasaan life skills juga ada 1 orang guru yang tidak membuat namun untuk dokumen RPP semua guru sudah membuat RPP. Secara keseluruhan dokumen yang sudah dibuat guru dapat dikatakan sudah baik karena rata-rata 7 orang guru sudah membuat doku-men persiapan pembelajaran yang dibutuhkan bahkan untuk dokumen RPP dan program semester semua guru sudah membuat. Untuk lebih detailnya dapat dilihat dalam Tabel 4.4 di bawah ini.


(16)

Tabel 4.4

Hasil Observasi Terhadap Dokumen Perencanaan Pembelajaran yang Dibuat Guru

NO Dokumen Program Pengajaran Ada Tidak

1 Menyusun prota 6 2

2 Menyusun promes 8 0

3 Menyusun silabus 7 1

4 Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran 8 0

5 Menyusun program evaluasi 7 1

6 Menyusun program pemantauan pembiasaan life skills

7 1

7 Menyusun program remidi dan pengayaan 5 3

Sumber: Hasil observasi kesiapan guru (2011)

Dokumen yang diobservasi detail oleh peneliti adalah RPP karena RPP merupakan serangkaian ke-giatan yang akan dilaksanakan dalam proses pembe-lajaran dan merupakan dokumen penjabaran dari dokumen-dokumen sebelumnya. Walaupun semua guru sudah membuat dokumen RPP, namun belum semua komponen yang harus ada dalam RPP sudah terpenuhi. Komponen yang harus ada dalam RPP antara lain tujuan yang mengacu pada aspek life skills, bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan, metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, penggunaan media pembelajaran yang sesuai, serta alat evaluasi yang mengacu pada aspek life skills.

Dari hasil observasi terhadap komponen RPP ada hal yang mencolok yaitu penggunaan media pela-jaran hanya dilakukan oleh 5 orang sedangkan 3 orang lainnya belum menggunakan atau


(17)

mencantum- 

kan di dalam komponen RPP. Tiga orang ini hanya menggunakan papan tulis dan kapur serta buku paket dalam melaksanakan pembelajaran sebagai media pembelajaran, sementara yang 5 orang guru yang lain sudah menggunakan media pembelajaran tambahan sesuai metode yang digunakan di samping papan tulis, kapur dan buku paket.

Hasil observasi yang lain tentang komponen yang harus ada dalam RPP yang sudah terintegrasi pendidikan life skills adalah tujuan pembelajaran yang mengacu pada aspek life skills. Tujuan pembelajaran yang mengacu pada aspek life skills merupakan tujuan utama dari implementasi pendidikan life skills dalam pembelajaran. Namun dari hasil observasi masih ada 2 guru belum mencantumkan tujuan pembelajaran yang mengacu pada aspek life skills secara jelas walaupun dalam pelaksanaan pembelajaran mereka sudah me-laksanakan pembelajaran yang mengacu pada aspek

life skills (Tabel 4.6). Untuk lebih jelasnya hasil obser-vasi terhadap dokumen RPP dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini.


(18)

Tabel 4.5

Hasil Observasi Terhadap Dokumen RPP yang Dibuat Guru

No Komponen RPP Ada Tidak

1 Tujuan yang mengacu pada aspek life skill 6 2

2 Bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan 7 1

3 Metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan 6 2

4 Penggunaan media pembelajaran 5 3

5 Alat evaluasi yang mengacu pada aspek life skill 7 1

Sumber: Hasil observasi RPP (2011)

Dari seluruh dokumen persiapan guru sebelum pembelajaran baik dokumen pembelajaran maupun komponen yang terdapat dalam RPP ternyata secara umum sudah dibuat dengan baik dan sudah dilak-sanakan oleh sebagian besar guru.

2. Kesiapan Melaksanakan Pembelajaran

Implementasi integrasi life skills dalam pem-belajaran merupakan puncak dari penelitian ini. Dalam kegiatan ini penulis melakukan observasi ter-hadap 8 orang guru pelaksana pembelajaran yang mengintegrasi life skills.

Instrumen yang digunakan sebagai panduan dalam observasi menggunakan instrumen kinerja guru (Depdiknas 2006). Dari hasil observasi di lapangan ada 4 hal pokok yang diobservasi yaitu pra pembelajaran, membuka pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan menutup pelajaran.


(19)

 

Dalam pra pembelajaran ada dua instrumen yang diobservasi yaitu memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran dan media serta memeriksa kesiapan siswa. Dalam memeriksa kesiapan siswa ada 2 guru yang kurang memperhatikan siswa sebelum pembela-jaran dimulai. Seorang guru langsung melaksanakan pembelajaran meskipun siswa masih ramai sendiri dan belum siap menerima pelajaran sementara yang satu lagi tidak memperhatikan ada siswa yang tidak masuk. Baru di tengah-tengah pembelajaran baru tahu jika ada siswa tidak ikut pelajaran.

Kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiat-an pertama ykegiat-ang harus dilakukkegiat-an guru setelah mem-perhatikan kesiapan ruang, alat, media dan siswa dalam menerima pelajaran. Dalam kegiatan membuka pelajaran ada dua instrumen yang diamati yaitu melakukan apersepsi dan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai. Hasil dari observasi penulis, dalam menyampaikan apersepsi ada 2 orang yang kurang, namun dalam menyampaikan kompetensi yang hendak dicapai semua guru menyampaikan terutama kompetensi yang berhubungan dengan kompetensi life skills. Bahkan guru yang dalam tujuan pembelajaran tidak mengarah dalam pembelajaran life skills namun dalam pelaksanaanya menyampaikan bahwa ada aspek life skills yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut.


(20)

Kegiatan ketiga yang diobservasi adalah kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran ada bebe-rapa hal yang diobservasi diantaranya penguasaan materi pembelajaran, pendekatan strategi pembelajar-an, pemanfaatan media, dan pembelajaran yang me-micu keterlibatan siswa.

Dalam penguasaan materi pembelajaran ada 6 indikator yang dilaksanakan oleh guru di antaranya mengaitkan dengan pengetahuan lain yang relevan, mengaitkan materi dengan realitas kehidupan, meng-gunakan unsur kebahasaan. Dalam mengmeng-gunakan unsur kebahasaan yang tepat untuk anak-anak sesuai dengan ejaan bahasa yang benar hampir semua guru sudah melakukan dengan baik.

Dalam menggunakan strategi pembelajaran ada beberapa indikator yang diobservasi oleh peneliti di antaranya melaksanakan pembelajaran sesuai kompe-tensi yang akan dicapai, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan siswa, melaksanakan pembelajaran secara runtut, menguasai kelas, melak-sanakan pembelajaran yang kontekstual, melaksana-kan pembelajaran yang memungkinmelaksana-kan tumbuhnya kebiasaan positif siswa, melaksanakan sesuai alokasi waktu yang ditetapkan, menekankan pada pembela-jaran yang mengintegrasikan life skills.

Dalam melaksanakan pembelajaran sesuai kom-petensi yang diharapkan semua guru sudah melaku-kan dengan baik demikian juga dalam menemelaku-kanmelaku-kan


(21)

 

pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan life skills semua guru sudah melaksanakan dengan baik. Hal yang belum dilaksanakan dengan baik dalam menggunakan strategi pembelajaran adalah mengua-sai kelas yaitu masih ada 2 guru yang kurang dalam menguasai kelas karena dalam pembelajaran ada guru sedang menerangkan siswanya banyak bercerita sen-diri dan kurang memperhatikan bahkan ada seorang guru yang siswanya banyak yang keluar kelas saat berlangsung pembelajaran tetapi guru tersebut tidak menghiraukan.

Dalam menumbuhkan kebiasaan positif seperti diskusi atau kebiasaan di rumah yang positif semua guru melaksanakan karena memang indikator inilah yang sangat diharapkan dalam penerapan life skills

dalam pembelajaran. Dan semua guru juga menekan-kan pada pembelajaran yang mengintegrasimenekan-kan life skills serta dalam mengajar sesuai alokasi waktu yang ada.

Dalam penggunaan media pembelajaran selain kapur dan papan tulis baru 5 guru yang sudah terampil menggunakan dan memanfaatkan benda di sekeliling siswa untuk dijadikan media pembelajaran sekaligus melibatkan siswa dalam pembuatan atau penggunaanya. 3 guru yang lain hanya menggunakan papan tulis dan kapur dalam pembelajaran.

Pembelajaran yang memicu keterlibatan siswa membutuhkan kreativitas guru dalam pengelolaanya.


(22)

Ada beberapa indikator dalam kegiatan pembelajaran yang memicu keterlibatan siswa. Observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran di MI Miftakhul Huda yang telah mengimplementasikan life skills dapat dilihat secara keseluruhan pada Tabel 4.6.

Indikator dalam kegiatan pembelajaran yang memicu keterlibatan siswa di antaranya menumbuh-kan partisipasi aktif dalam pembelajaran, merespon partisipasi siswa, memfasilitasi interaksi siswa-siswa dan siswa-guru, bersikap terbuka terhadap respon siswa, menunjukan antar pribadi yang kondusif, me-numbuhkan antusiasisme siswa dalam pembelajaran.

Tabel 4.6

Tabel Observasi Implementasi Integrasi Pendidikan

Life Skills Dalam Pembelajaran No Tindakan Guru Dalam Pembelajaran

Melak-sanakan Tidak

I Pra pembelajaran

Memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media

7 1

Memeriksa kesiapan siswa 6 2

II Membuka pembelajaran

Melakukan kegiatan apersepsi 6 2

Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai 8 0

III Kegiatan pembelajaran

A Penguasaan materi pembelajaran

Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan

6 2

Mengaitkan materi dengan relitas kehidupan 7 1

Menggunakan unsur kebahasaan 8 0

B Pendekatan strategi pembelajaran


(23)

 

yang akan dicapai

Melaksanakan pembelajaran sesuai perkembangan siswa

7 1

Melaksanakan pembelajaran secara runtut 8 0

Menguasai kelas 6 2

Melaksanakan pembelajaran kontekstual 7 1

Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif

8 0 Melaksanakan sesuai alokasi waktu yang

direncanakan

8 0 Menekankan pada pembelajaran yang

menintegrasikan life skill

8 0

C Pemanfaatan media pembelajaran

Menunjukan ketrampilan menggunakan media pembelajaran

5 3

Menghasilkan pesan yang menarik 6 2

Melibatkan siswa dalam pembuatan dan penggunaan media pembelajaran

5 3 D Pembelajaran yang memicu keterlibatan siswa

Menumbuhkan partisipasi aktif dalam pembelajaran 7 1

Merespon positif partisipasi siswa 7 1

Memfasilitasi interaksi guru-siswa dan siswa-siswa 6 2

Bersikap terbuka terhadap respon siswa 7 1

Menunjukan hubungan antar pribadi yang kondusif 6 2

Menumbuhkan antusiasisme siswa dalam pembelajaran

7 1 IV Penutup

Melakukan refleksi dan membuat kesimpulan yang melibatkan siswa

8 0 Melaksanakan tindak lanjut, pengarahan, dan tugas

sebagai remidi/pengayaan

8 0

Sumber: Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran (2011)

Hasil dari observasi peneliti terhadap perilaku guru dalam menumbuhkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran antara lain dalam menumbuhkan


(24)

partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran ada 2 guru yang kurang melakukan. Dalam pembelajaran siswa hanya disuruh mencatat dan mendengarkan keterang-an dari guru. Sementara guru yketerang-ang lain ketika ada siswa yang aktif kurang meresponnya sehingga siswa ketakutan untuk aktif dalam pembelajaran yang di-ampu guru tersebut.

Instrumen terakhir dalam observasi terhadap implementasi integrasi life skills dalam pembelajaran adalah melakukan refleksi dan membuat kesimpulan yang melibatkan siswa, semua guru sudah melaku-kannya, serta melaksanakan pengarahan, dan tugas sebagai remidi atau pengayaan juga dilakukan oleh semua guru. Jadi meskipun dalam RPP ada yang belum mencantumkan tujuan pembelajaran yang me-nekankan aspek life skills namun dalam pelaksanaan pembelajaran sebagian besar guru sudah mampu untuk mengintegrasikan pendidikan life skills dengan baik.

3. Kesiapan Mengevaluasi Pembelajaran

Tahap terakhir dalam meneliti kesiapan guru adalah meneliti kesiapan guru dalam mengevaluasi pembelajaran. Dalam mengevaluasi pembelajaran guru tidak hanya mampu memberikan nilai pada siswanya tetapi dituntut mampu untuk melakukan 3 hal yaitu menetapkan indikator pencapaian, menetapkan teknik penilaian serta menginterpretasi hasil belajar sehingga guru dapat menentukan apakah siswa tersebut layak


(25)

 

untuk melanjutkan pelajaran berikutnya ataukah perlu mengulang pelajaran yang sudah diberikan.

Penelitian yang dilakukan peneliti adalah meng-observasi ada tidaknya dokumen evaluasi terkait ke-tiga hal tersebut serta pelaksanaanya. Dari hasil observasi terhadap kelengkapan dokumen evaluasi ternyata ada 1 guru yang tidak mencantumkan inter-pretasi hasil belajar siswa sehingga tidak diketahui tuntas atau tidaknya siswa mengikuti salah satu materi yang dijarkan. Sedangkan untuk menetapkan indikator pencapaian semua guru sudah mencantum-kan serta teknik penilaian juga sudah mencantummencantum-kan.

Adapun pelaksanaan evaluasi yang dilaksana-kan observasinya meliputi penetapan indikator penca-paian, penetapan teknik penilaian, instrumen penilai-an. Instrumen penilaian dalam pendidikan life skill dengan membuat blangko pembiasaan life skill yang isiannya dibantu oleh wali murid di rumah. Dalam pelaksanaanya semua guru sudah menetapkan indi-kator pencapaian, menetapkan teknik penilaian, mem-buat instrumen serta melakukan penilaian. Data leng-kapnya dapat dilihat di Tabel 4.7 di bawah ini.


(26)

Tabel 4.7

Hasil Observasi Terhadap Kesiapan Guru Dalam Mengevaluasi Pembelajaran

No Komponen evaluasi

Kelengkapan

dokumen Pelaksanaan Ada Tidak sanakan Melak Tidak

1 Penetapan indi kator

pencapaian

8 guru 0 guru 8 guru 0 guru

2 Penetapan teknik

penilaian

8 guru 0 guru 8 guru 0 guru

3 Interpretasi hasil belajar

7 guru 1 guru - -

4 Instrumen evaluasi - - 8 guru 0 guru

Sumber: Hasil observasi kesiapan mengevaluasi pembelajaran (2011)

4.2.3 Tahap Evaluasi Program

Tahap ini merupakan tahap ketiga atau terakhir dari strategi implementasi life skills menurut peneliti. Tahap ini pula yang digunakan peneliti untuk menge-tahui kendala yang dihadapi MI Miftakhul Huda Bengkal dalam mengimplementasikan pendidikan life skills. Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah menyebarkan angket kepada 8 guru, 1 kepala dan 30 wali murid. Kuesioner yang dibagikan walau-pun pertanyaannya agak berbeda dari ketiganya tetapi pada prinsipnya adalah sama yaitu tentang penerapan pendidikan life skills dalam pembelajaran, kendala yang dihadapi dan pendapat mereka jika integrasi pendidikan life skills dilanjutkan.

Dalam penelitian ini yang dilakukan hanya eva-luasi implementasi program saja dan tidak


(27)

melaksana- 

kan tindak lanjut. Tindak lanjut dapat dilakukan oleh MI Miftakhul Huda jika semua komponen baik itu kepala, guru, dan wali murid menghendaki program ini dilanjutkan tanpa campur tangan peneliti. Tindak lanjut yang dimaksud adalah melanjutkan program implementasi pendidikan life skills yang sudah dilak-sanakan dengan penyempurnaan terhadap hal-hal yang dirasa masih kurang. Pelaksanaan tindak lanjut diprakarsai oleh kepala madrasah sebagai pimpinan di MI Miftakhul Huda Bengkal.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa MI Miftakhul Huda Bengkal sudah mengimplementasikan

life skills dalam pembelajaran. Hal ini diketahui dari jawaban semua guru yang menyatakan bahwa MI Miftakhul Huda sudah mengimplementasikan pendi-dikan life skills dalam pembelajaran meskipun dalam pelaksanaanya 2 orang guru menyatakan pembuatan RPP menjadi lebih sulit dibanding RPP pembelajaran biasa, namun 6 guru menyatakan sama saja dengan RPP biasanya. Walaupun dalam pembuatan RPP ada 2 guru yang menyatakan kesulitan namun dalam pelak-sanaannya semua guru juga melaksanakan pembela-jaran life skills dan menyatakan tidak mengalami kesulitan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.8 di bawah ini.


(28)

Tabel 4.8

Hasil Penelitian Pendapat Guru Tentang Implementasi Life Skills

No Daftar pertanyaan Hasil penelitian

1 Apakah anda sudah mengintegrasikan

pendi-dikan life skills dalam pembelajaran?

Sudah: 8orang Belum: -

2 Apakah RPP yang anda buat juga sudah

mengintegrasikan pendidikan life skills?

Sudah: 6 guru Belum: 2 guru

3 Apakah dengan mengintegrasikan pendidikan

life skills dalam RPP, pembuatan RPP menjadi lebih sulit?

Lebih sulit: 2 guru Sama saja: 6 guru Lebih mudah: -

4 Apakah dengan mengintegrasikan pendidikan

life skills, proses pembelajaran yang anda

laksanakan menjadi lebih sulit?

Lebih mudah:- Sama saja: 8 guru Lebih sulit: -

5 Apakah dengan mengintegrasikan pendidikan

life skills, tujuan pembelajaran menjadi cepat

tercapai?

Lebih cepat: - Sama saja: 5 guru Lebih lama: 3 guru

6 Kendala apa yang anda hadapi ketika

mene-rapkan integrasi pendidikan life skills ini dalam pembelajaran baik itu saat persiapan, selama dan setelah pembelajaran?

Persiapan: 4 guru Pelaksanaan: - Evaluasi: 5 guru 7 Menurut anda apakah integrasi pendidikan life

skills dalam pembelajaran di MI Miftakhul

Huda ini perlu dilajutkan ?

Perlu: 7 guru Tidak perlu: - Terserah: 1 guru

Sumber: Hasil kuisioner pada guru (2011)

Kendala yang dihadapi guru sebagian besar adalah dalam tahap persiapan dan evaluasi. Dalam tahap persiapan sebagian guru (4 orang) kesulitan membedakan antara RPP yang sudah mengintegrasi-kan life skills dengan yang belum sehingga ketika membuat RPP sudah mengintegrasikan life skills atau belum guru-guru tersebut tidak begitu paham. Sedangkan guru yang lain ada yang mengatakan menambah pekerjaan pada awal-awal penerapan life skills tetapi mungkin pada tahun-tahun selanjutnya menjadi terbiasa. Pada tahap implementasi dari 8 orang guru menjawab tidak ada kendala yang berarti karena pelaksanaanya sama saja dengan pembelajaran


(29)

 

sebelum mengintegrasikan pendidikan life skills dan tidak menambah kesulitan dalam pembelajaran.

Keluhan yang disampaikan guru-guru (5 guru) adalah dalam tahap evaluasi yang agak berbeda dengan pembelajaran pada umumnya. Jika pada pem-belajaran biasa pencapaian tujuan cukup dengan mengadakan ulangan namun dengan integrasi life skills perlu ada pembiasaan baik di rumah maupun di sekolah dengan lembar pemantauan. Para guru me-nyatakan bahwa guru harus lebih tekun mengadakan pemantauan terhadap pencapaian aspek life skills

dengan pembiasaan yang butuh waktu agak lama dan tidak hanya denngan ulangan. Di samping itu ada beberapa wali murid yang kurang peduli terhadap kegiatan anaknya di rumah sehingga lembar peman-tauan tidak diisi dan hal ini akan sangat menyulitkan guru dalam menilai keberhasilan pembelajaran. Namun di samping keluhan diatas para guru juga menyampaikan bahwa anak-anak menjadi terbiasa melakukan pembiasaan tanpa harus ditegur guru.

Dari hasil penelitian pada kepala madrasah diketahui bahwa pendidikan life skills sudah dilaksa-nakan di MI Miftakhul Huda dan sudah sesuai renca-na sebesar 80%. Kendala yang dihadapi kepala Madrasah sebagai pimpinan di madrasah adalah menghadapi guru-guru yang masih agak bingung mengintegrasikan pendidikan life skills dalam mem-persiapkan dokumen pembelajaran. Hasil pengisian


(30)

kuisisoner oleh kepala madrasah dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9

Hasil Penelitian Pendapat Kepala MI tentang Implementasi Life Skills

No Daftar Pertanyaan Hasil Penelitian 1 Apakah anda sudah mengintegrasikan

pendidik-an life skills dalam pembelajaran?

sudah 2 Apakah pelaksanaan implementasi integrasi

pendidikan life skills yang dilaksanakan di MI

Miftakhul Huda Bengkal sudah sesuai dengan rencana?

Sudah 80%

3 Menurut anda apakah integrasi pendidikan life skills dalam pembelajaran di MI Miftakhul Huda

ini perlu dilajutkan?

perlu

4 Sebagai seorang manajer di MI ini kendala apa yang anda hadapi dalam pelaksanaan

implementasi integrasi pendidikan life skills

dalam pembelajaran?

Guru masih bingung, Tidak ada monitoring dari atasan

Sumber: Hasil penelitian pada kepala (2011)

Menurut kepala Madrasah, kebingungan guru dalam menyiapkan RPP bukan suatu kendala yang berat karena jika dilaksanakan lebih lanjut guru tersebut akan menjadi terbiasa. Kendala yang lebih jauh lagi justru tidak adanya pemantauan dari pengawas sehingga madrasah yang sudah melaksa-nakan atau belum melaksamelaksa-nakan implementasi life skills tidak ada bedanya. Jika pengawasan dilaksa-nakan lebih intensif lagi tentang pendidikan life skills

tentu saja pelaksanaan di lapangan akan lebih terorganisir.


(31)

 

Tabel 4.10

Hasil Penelitian Pendapat Wali Murid Tentang Implementasi Life Skills

No Daftar pertanyaan Hasil penelitian

1 Apakah anda sudah mengintegrasikan

pendidikan life skills dalam

pembelajaran?

Sudah: 30 orang Belum: -

Buktinya….. Adalembar pemanta uan

80%, tidak tahu 10%, tidak diisi 10%

2 Bagaimana putra putri bapak/ibu

melaksanakan kegiatan di rumah setelah dilaksanakan integrasi pendidikan life skills ?

Lebih semangat: 90% Sama saja:10% Lebih malas:- 3 Apakah bapak/ibu ikut menilai kegiatan

putra putri bapak/ibu di rumah?

Ikut menilai: 80% Tidak: 5%

Tidak menjawab:15%

4 Apakah bapak/ibu merasa kesulitan

menilai kegiatan putra putri bapak/ibu di rumah?

tidak: 80% Ya: 20%

5 Menurut anda apakah integrasi

pendidikan life skills dalam

pembelajaran di MI Miftakhul Huda ini perlu dilajutkan ?

Perlu: 80% Tidak perlu: 5% Terserah: 15%

Sumber: Hasil penelitian pada wali murid (2011)

Pada Tabel 4.10 kita akan dapat melihat rekapi-tulasi pendapat wali murid terhadap pelaksanaan implementasi pendidikan life skills di MI Miftakhul Huda Bengkal. Ada 5 pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner bagi wali murid di antaranya tentang implementasi life skills, tanggapan sikap anaknya di rumah, tentang pengisian blangko pemantauan dan tanggapan perlu dilanjutkan atau tidak implementasi


(32)

Ketika meminta pendapat orang tua tentang implementasi pendidikan life skills dalam pembela-jaran semua menyatakan bahwa di MI Miftakhul Huda sudah diimplementasikan buktinya sudah ada lembar pemantauan (80%), 10% tidak tahu dan 10% tidak diisi. Dari penelitian juga diketahui bahwa 90% siswa di rumah lebih semangat dalam menjalankan tugas dibanding sebelumnya. Dalam mengisi blangko pe-mantauan pembiasaan di rumah ada 3% wali murid yang tidak mau ikut menilai. Sedangkan 80% wali murid menyatakan ikut menilai dan tidak kesulitan dalam mengisi blangko penilaian. Bahkan dengan adanya lembar pemantauan para orang tua menjadi punya panduan bagaimana harus mengawasi anaknya di rumah dan mereka menjadi lebih dekat dengan anak-anak. Anak-anak juga menjadi mudah diatur oleh orang tua karena takut dilaporkan pada guru.

Beberapa hal yang menyulitkan bagi wali murid untuk mengisi lembar pemantauan antara lain: (1) Ada wali murid yang tidak bisa membaca sehingga mereka kesulitan untuk mengisi lembar pemantauan (2 orang). Dari 2 orang yang tidak bisa membaca karena memang tidak bisa membaca dan yang lain karena tuna netra; (2) Alasan yang lain orang tua sibuk bekerja sehingga tidak bisa mengawasi kegiatan anaknya (3 orang); (3) Orang tuanya tidak ada karena bercerai dan anak ikut kakeknya yang sudah tua sehingga tidak paham dengan lembar pemantauan.


(33)

 

Dari beberapa alasan tersebut menjadikan lembar pemantauan tidak terisi dengan baik.

Ketika pertanyaan lebih lanjut tentang perlu dilangsungkan atau tidak integrasi life skills dalam pembelajaran guru-guru (7 orang) menyatakan perlu dilanjutkan dan 1 orang menyatakan terserah pihak sekolah. Sedangkan kepala madrasah sendiri menya-takan perlu dilanjutkan integrasi life skills ini karena walaupun kesulitan tetapi ke depannya untuk me-numbuhkan kebiasaan baik pada siswa memang perlu ada pemantauan. Mendukung pendapat guru dan kepala, 80% wali murid menyatakan mendukung jika program ini dilanjutkan sedangkan 15% terserah sekolah dan 5% menyatakan tidak usah dilanjutkan.

4.3

Pembahasan

Pada bagian ini akan diuraikan pembahasan mengenai hasil analisis yang telah disajikan sebelum-nya. Pembahasan ini berupaya untuk menjelaskan rumusan masalah yang diajukan yakni strategi imple-mentasi pendidikan life skills, kesiapan guru dalam mengimplementasikan life skills kendala yang dihadapi MI Miftakhul Huda saat mengimplementasikan pendi-dikan life skills serta peran kepala dalam implementasi pendidikan life skills.

Strategi yang digunakan peneliti dalam mengim-plementasikan pendidikan life skills meliputi tahap


(34)

motivasi, tahap implementasi dan tahap evaluasi. Uraian dari masing-masing tahap pelaksanaan akan diuraikan pada pembahasan di bawah ini.

4.3.1 Tahap Motivasi

Pada tahap motivasi ini merupakan tahap untuk mempersiapkan segala sesuatu sebelum pendi-dikan life skills diimplementasikan baik itu materi atau kurikulumnya, kesiapan gurunya dan kesiapan ling-kungannya. Tahap motivasi ini meliputi penelitian terhadap tingkat pemahaman guru tentang pendidikan

life skills, diskusi dengan tim pengembang madrasah tentang materi yang akan disampaikan dalam imple-mentasi pendidikan life skills, pelatihan guru dalam pembuatan persiapan mengajar (rencana pelaksanaan pengajaran/RPP) yang diintegrasi pendidikan life skills,

sosialisasi dengan wali murid tentang akan dimple-mentasikan pendidikan life skills di MI Miftakhul Huda dan tugas yang harus dilakukan wali murid dalam mengimplementasikan pendidikan life skills tersebut.

Dari penelitian pemahaman guru diketahui bahwa semua guru dan kepala mengatakan bahwa pendidikan life skills merupakan pendidikan ketram-pilan yang dilaksanakan dalam pelajaran SBK (seni budaya dan ketrampilan). Tentang pelaksanaan imple-mentasi life skills ada 2 orang guru mengatakan sudah dalam pelajaran SBK tetapi pelaksanaanya seperti pelajaran biasa dan pernyataan ini didukung oleh


(35)

 

pernyataan kepala Madrasah tetapi sebagian besar guru yang lain menyatakan belum ada pelaksanaan pendidikan life skills secara khusus serta belum menerapkan pendidikan life skills karena belum disosialisasi sama sekali sehingga belum tahu strategi pelaksanaannya secara khusus.

Pernyataan bahwa belum ada strategi pelak-sanaan implementasi life skills juga dikuatkan oleh kepala Madrasah bahkan ada guru menyatakan belum tahu sama sekali tentang pendidikan life skills.

Pendapat yang berbeda-beda tentang implementasi pendidikan life skills terjadi karena guru-guru belum pernah mendapat sosialisasi tentang pendidikan life skills beserta strategi implementasinya sehingga mere-ka menafsirmere-kan sesuai pengetahuan guru itu sendiri. Hal inilah yang menjadi dasar bagi peneliti untuk mengadakan pelatihan bagi guru tentang pembuatan RPP yang terintegrasi life skills sekaligus menyamakan persepsi guru tentang pendidikan life skills sebagai suatu kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidup-an secara wajar tkehidup-anpa merasa tertekkehidup-an.

Secara proaktif dan kreatif mencari serta mene-mukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasi-nya (Depdiknas 2002). Dengan adamengatasi-nya pelatihan bagi guru diharapkan persepsi guru tentang pendidikan life skills menjadi sama dengan yang dikehendaki oleh Depdiknas dan ketika pendidikan life skills


(36)

dimple-mentasikan di MI Miftakhul Huda Bengkal guru sudah siap dalam menyiapkan pembelajaran, melaksanakan maupun mengevaluasi pembelajaran.

Kurikulum tentang pendidikan life skills di MI Miftakhul Huda juga belum ada. Hal ini karena pen-didikan life skills belum dilaksanakan di MI Miftakhul Huda, di samping tidak adanya sosialisasi dari atasan terkait pelaksanaan pendidikan life skills. Menyikapi belum adanya kurikulum, maka peneliti mengajak pada TPS/M untuk menetukan kurikulum yang akan diimplementasikan di MI Miftakhul Huda Bengkal. Kurikulum yang dimaksud adalah aspek life skills

yang dibutuhkan oleh siswa MI Miftakhul Huda sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat seki-tar. Dengan berdiskusi dengan TPS/M yang anggota-nya kepala, guru, komite dan tokoh masyarakat diha-rapkan aspek life skills yang ditanamkan benar-benar yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar.

Tahap motivasi terakhir adalah menyiapkan masyarakat dalam hal ini wali murid, karena dalam pelaksanaan evaluasi pendidikan life skills yang dirancang oleh peneliti membutuhkan bantuan dari wali murid. Hal yang dilakukan peneliti adalah sosiali-sasi kepada wali murid agar ketika blangko pengamat-an pembiasapengamat-an life skills diberikan pada wali murid, wali murid menjadi paham dan implementasi life skills


(37)

 

4.3.2 Tahap Implementasi

Tahap implementasi merupakan jawaban dari rumusan masalah nomer dua yaitu tentang kesiapan guru. Dari seluruh dokumen persiapan pembelajaran yang harus disiapkan oleh ternyata sebagian besar guru sudah membuat program dan hanya sedikit guru yang belum membuat dokumen-dokumen persiapan mengajar. Itu artinya guru-guru MI Miftakhul Huda Bengkal sudah mampu membuat persiapan mengajar untuk mengimplementasikan pendidikan life skills

dalam pembelajaran.

Observasi selanjutnya adalah observasi terhadap dokumen RPP yang meliputi tujuan, bahan pengajar-an, metode, penggunaan media, alat evaluasi yang kesemuanya diharapkan mengacu pada aspek life skills. Dari hasil observasi diperoleh data bahwa dokumen RPP yang dibuat oleh guru-guru masih ada yang belum sesuai dengan aspek life skills yang diha-rapkan namun sebagian besar guru sudah membuat RPP dengan benar. Benar yang dimaksud adalah bahwa semua komponen yang harus ada dalam RPP seperti tujuan, bahan, metode, media dan alat evaluasi semuanya mengacu pada aspek life skills.

Dalam observasi terhadap pelaksanaan pembela-jaran diperoleh data bahwa semua guru sudah melak-sanakan pembelajaran yang mengintegrasikan pendi-dikan life skills walaupun dalam komponen RPP ada guru yang tidak mencantumkan tujuan pembelajaran


(38)

yang mengacu pada aspek life skills namun ternyata dalam pelaksanaannya guru-guru tersebut sudah mampu melaksanakan pembelajaran yang menginte-grasikan pendidikan life skills dalam pembelajaran.

Dalam observasi kesiapan guru dalam menge-valuasi pembelajaran juga dapat diketahui semua guru sudah melaksanakan evaluasi dan semua sudah mem-buat dokumen untuk evaluasi pembelajaran walaupun masih ada satu orang guru yang belum membuat interpretasi hasil belajar.

Sesuai dengan pendapat Nasution (2003) bahwa kesiapan seorang guru meliputi 3 hal yaitu kesiapan merencanakan pembelajaran, kesiapan melaksanakan pembelajaran, dan kesiapan mengevaluasi pembelaja ran. Dalam kesiapan merencanakan pembelajaran seorang guru harus mempersiapkan unsur-unsur antara lain:

(1) merumuskan tujuan pelajaran yang hendak dicapai, (2) memilih dan mengembangkan materi pembelajaran yang dapat digunakan untuk dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan, (3) meru-muskan kegiatan belajar mengajar, (4) merenca-nakan metode dan teknik yang digumerenca-nakan untuk mencapai tujuan, (5) merencanakan media dan sumber belajar, (6) penilaian untuk mengetahui tujuan pembelajaran tercapai atau tidak.

Sementara itu kesiapan melaksanakan pembela-jaran meliputi tiga hal yaitu membuka pembelapembela-jaran, menyampaikan materi dan menutup pembelajaran. Sedangkan mengevaluasi pembelajaran meliputi


(39)

 

menetapkan indikator penilaian, menetapkan teknik penilaian dan interpretasi hasil.

Dari teori yang ada dibandingkan kondisi yang dilakukan guru di MI Miftakhul Huda dapat diketahui bahwa sebagian besar guru (7 guru) sudah melaksa-nakan hal-hal yang harus dilakukan oleh guru. Dapat dikatakan bahwa guru-guru sudah siap untuk meng-implementasikan life skills dalam pembelajaran. Walaupun masih ada guru yang belum melakukan persiapan guru, baik kesiapan guru dalam merencana kan pembelajaran, kesiapan melaksanakan jaran maupun kesiapan untuk mengevaluasi pembela-jaran. Sebagian besar guru sudah melaksanakan per-siapan pembelajaran dengan baik karena perper-siapan guru dalam implementasi life skills hampir sama dengan persiapan guru pada pembelajaran yang sudah dilaksanakan dalam pembelajaran sehari-hari hanya perlu ada penyesuaian pada aspek life skills dalam pelaksanaanya terutama dalam evaluasi pembelajar-annya.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa se-bagian besar guru sudah siap untuk mengimplemen-tasikan pendidikan life skills, baik itu dalam perenca-naan pembelajaran, pelaksaperenca-naan pembelajaran mau-pun evaluasi pembelajaran sehingga jika implementasi pendidikan life skills diteruskan maka guru-guru sudah siap.


(40)

4.3.3 Tahap Evaluasi Program

Tahap evaluasi program merupakan tahap ter-akhir dalam strategi implementasi life skills yang digunakan peneliti untuk mengetahui kendala yang dihadapi MI Miftakhul Huda dalam mengimplemen-tasikan life skills. Dalam tahap ini peneliti menyebar angket pada kepala madrasah, 8 orang guru dan 30 wali murid.

Dari jawaban kepala, guru dan wali murid semua menyatakan bahwa di MI Miftakhul Huda sudah mengimplementasikan pendidikan life skills

sedangkan pelaksanaanya menurut kepala madrasah sudah sesuai rencana. Hal ini didukung pernyataan guru yang menyatakan bahwa ada 6 guru yang sudah mengintegrasikan life skills dalam RPP mereka.

Adapun kendala yang dihadapi oleh MI Miftakhul Huda saat mengimplementasikan life skills

adalah sebagai berikut: (1) Ada guru yang masih ke-sulitan dalam pembuatan RPP yang mengintegrasikan

life skills; (2) Tidak ada monitoring pelaksanaan pendidikan life skills di madrasah oleh instansi terkait. (3) Dalam evaluasi pemantauan pembiasaan butuh waktu lebih lama sekitar 1 bulan untuk melaksanakan pembiasaan pada anak baik di rumah atau di sekolah. (4) Dalam merespon pemantauan pembiasaan tidak semua orang tua mampu dan bersedia untuk mengisi lembar pemantauan sehingga akan menyulitkan guru memberi nilai karena aspek life skills harus dinilai


(41)

 

pada pelaksanaan kehidupan sehari-hari di rumah sehingga sangat membutuhkan bantuan orang tua dalam melakukan evaluasi atau pemantauan.

Dari uraian tentang kendala yang dialami saat mengimplementasikan life skills pada bab II dapat di-ketahui bahwa kendala yang dialami dalam mengim-plementasikan pendidikan life skills meskipun agak berbeda tetapi ada hal yang dominan yaitu keterba-tasan kemampuan tenaga pendidik baik itu dalam per-siapan pembelajaran atau saat implementasi pembe-lajaran. Di samping itu keterbatasan sarana dan prasarana juga menjadi kendala dalam setiap imple-mentasi life skills. Dalam pembelajaran waktu dan materi juga menjadi kendala yaitu materi yang banyak dengan waktu yang relatif sedikit sehingga menjadikan pembelajaran life skills belum mencapai tujuan yang diharapkan.

Sementara kendala di MI Miftakhul Huda saat mengimplementasikan life skills juga hamper sama dengan kendala-kendala pada penelitian-penelitian sebelumnya yaitu keterbatasan kemampuan tenaga pendidik khususnya dalam memahami RPP. Hal ini dapat terjadi di MI Miftakhul Huda karena pelatihan yang dilaksanakan baru satu kali dan langsung pelaksanaan program sehingga guru-guru masih agak bingung. Implikasi dari kendala ini adalah dalam pembuatan RPP terkesan asal-asalan atau tidak ada beda dengan RPP pembelajaran biasanya yang pada


(42)

akhirnya implementasi life skills hanya akan menjadi slogan tanpa realita di lapangan. Solusi yang ditawar-kan jika program ini dilanjutditawar-kan di MI Miftakhul Huda Bengkal adalah perlu bimbingan yang intensif dari kepala madrasah atau tutor dari sesama guru untuk membetulkan pembuatan dokumen RPP. Pembahasan RPP yang terintegrasi life skills dalam kelompok kerja guru (KKG) juga merupakan solusi lain yang bisa dilakukan jika program implementasi life skills dilan-jutkan di MI Miftakhul Huda Bengkal.

Kendala yang lain yaitu butuh waktu yang relatif lama dalam evaluasi aspek life skills. Hal ini terjadi karena dalam pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari butuh waktu yang relatif lama dan tidak bisa dipadatkan seperti materi pelajaran. Implikasi dari kendala ini adalah guru menjadi terlalu banyak beban akhirnya malah semua tujuan pembelajaran tidak tercapai. Solusi untuk mengantisipasi masalah ini adalah jangan terlalu banyak aspek life skills yang harus dicapai dalam satu semester sehingga aspek life skills yang menjadi tujuan benar-benar dapat tercapai. Walaupun materi pembelajaran yang harus diselesai-kan dalam satu semester relatif banyak tetapi tidak harus setiap materi ada tujuan aspek life skills. Aspek

life skills yang dijadikan tujuan pembelajaran dalam satu semester cukup 5 atau 6 aspek pembiasaan saja tetapi hasilnya benar-benar maksimal dan menjadi kebiasaan siswa. Solusi yang lain adalah dengan penganggaran dana untuk operasional program baru


(43)

 

termasuk peningkatan kesejahteraan guru sehingga dengan peningkatan kerja yang diiringi peningkatan kesejahteraan akan meningkatkan semangat kerja guru.

Kendala yang ketiga adalah kurangnya monitor-ing dari atasan. Hal ini dapat terjadi di MI Miftakhul Huda karena memang menurut kepala madarasah tidak ada monitoring dari atasan (pengawas) yang khusus memonitoring tentang pelaksanaan pendidik-an life skills sehingga kepala akan menekan pada guru-guru tidak sampai hati. Implikasi dari kendala ini adalah tidak dilaksanakannya implementasi life skills karena tidak ada monitoring. Solusi yang bisa dilakukan perlu untuk mengatisipasi kendala yang ketiga adalah kepala perlu memberi pengertian pada guru bahwa implementasi pendidikan life skills bukan kebutuhan pengawas tetapi kebutuhan siswa dan sekolah sehingga tujuan pelaksanaanya bukan untuk dinilai atasan tetapi untuk mencapai tujuan pembela-jaran bagi siswa. Di samping itu kepala MI juga perlu menjalin hubungan dengan pengawas secara intensif agar melakukan monitoring yang terhadap proses implementasi pendidikan life skills.

Dari beberapa kendala di atas ada satu kendala yang dialami MI Miftakhul Huda Bengkal yang tidak dialami oleh penelitian sebelumnya yaitu kesulitan mengevaluasi keberhasilan aspek life skills karena orang tua siswa kurang respon dalam menilai


(44)

pem-biasaan anaknya di rumah. Hal ini dapat terjadi karena pada penelitian yang sudah ada tidak melibat-kan orang tua pada tahap evaluasi sedangmelibat-kan di MI Miftakhul Huda melibatkan orang tua siswa dalam evaluasi pembelajaran. Implikasi dari kurang respon orang tua akan menyulitkan guru dalam menilai aspek

life skills karena dalam penelitian ini pemantauan dari orang tua mutlak diperlukan. Langkah antisipasi ken-dala ini aken-dalah dengan pendekatan dengan wali murid yang tidak bersedia mengisi lembar pemantauan dengan kunjungan ke rumah-rumah. Kunjungan ini dapat dilakukan oleh kepala atau guru kelas atau kedua-duanya. Jika sudah tahu pasti penyebab keti-dakbersediaan orang tua mengisi lembar pemantauan, kepala dan guru dapat memberikan solusi yang tepat sesuai dengan alasan wali murid yang bersangkutan.

Meskipun ada banyak kendala yang dialami namun ketika ditanya mengenai implementasi pendi-dikan life skills perlu dilanjutkan atau tidak kepala menjawab bahwa implementasi pendidikan life skills perlu dilanjutkan. Sebagian besar guru-guru juga menjawab agar implementasi integrasi life skills dilan-jutkan dan sebagian kecil saja yang menjawab terse-rah mau dilanjutkan atau tidak. Ini artinya tidak ada guru yang tidak setuju kalau integrasi pendidikan life skills dalam pembelajaran dilanjutkan.

Tanggapan wali murid tentang kelanjutan imple-mentasi pendidikan life skills, wali murid terbagi men-jadi 3 kelompok yaitu kelompok pertama yang


(45)

menya- 

takan implementasi life skills perlu dilanjutkan, kelompok kedua yang menyatakan terserah saja dan kelompok terakhir yang hanya sebesar 5% dari selu-ruh responden menyatakan tidak perlu dilanjutkan. Jadi dapat diketahui, bahwa sebagian besar wali murid juga mendukung jika program implementasi pendidikan life skills dilanjutkan di MI Miftakhul Huda di waktu yang akan datang, walaupun ada juga yang tidak menyetujuinya. Implikasi dari keinginan dari guru, kepala dan wali murid untuk melanjutkan implementasi life skills bagi MI Miftakhul Huda sendiri jika akan melanjutkan program tinggal merencanakan program implementasi lebih lanjut dalam skala lebih besar lagi karena semua komponen pendukung sudah menyetujui jika program implementasi dilanjutkan.

4.3.4 Peran Kepala Madrasah Dalam Implementasi

Life Skills

Dalam implementasi pendidikan life skills selain guru yang berfungsi sebagai ujung tombak pembela-jaran, kepala madrasah juga mempunyai peran dan fungsi yang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan implementasi suatu program baru. Kepala madrasah disamping menjalankan fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan program dan evaluasi juga mempunyai berbagai peran di antaranya sebagai pendidik, sebagai manajer, sebagai


(46)

administrator, sebagai supervisor dan sebagai wira-usahawan.

Dalam penelitian ini peneliti berada dalam posisi seorang manajer sehingga dalam pelaksanaanya selalu bersama dengan kepala karena jika program imple-mentasi life skills ini dilanjutkan maka seluruh peran peneliti adalah menjadi peran kepala MI. Penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan berimplikasi kepada kepala sekolah yang harus menjalankan fungsi-fungsi manajemen juga menjalankan peran dengan lebih baik lagi. Karena dari program imple-mentasi yang telah dilaksanakan masih ditemukan banyak kendala baik itu yang dialami oleh guru, kepala maupun wali murid. Jika program implemen-tasi life skills ini akan dilanjutkan, di tangan kepala sebagai pemegang manajemenlah yang akan menentu-kan berhasil atau tidaknya program ini.

Dalam penelitian ini peneliti bersama kepala MI menjalan fungsi manajemen sebagai perencana artinya yang mempunyai gagasan atau rencana. Fungsi mana-jemen yang kedua yaitu pengorganisasian. Dalam fungsi ini peneliti bersama dengan kepala mengor-ganisasi tentang bagaimana menyusun kurikulum life skills, bagaimana mempersiapkan gurunya, bagaimana berkoordinasi dengan wali murid. Fungsi ketiga adalah fungsi pelaksanaan program. Dalam menjalankan fungsi ini kepala bersama peneliti melakukan obser-vasi untuk memantau sejauh mana program berjalan baik sesuai rencana, baik itu yang berupa dokumen


(47)

 

maupun pelaksanaan dalam pembelajaran. Fungsi manajemen yang terakhir adalah evaluasi. Fungsi ini dijalankan dengan menyebarkan kuesioner untuk mengevaluasi jalannya imlplementasi dan kendala yang dialami. Evaluasi ini akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun program berikutnya.

Beberapa fungsi manajemen yang telah dijalan-kan antara peneliti dengan kepala menurut kepala MI sudah berjalan sesuai dengan rencana sebesar 80%. Hal ini berarti fungsi mamanjemen sudah berjalan dengan baik walaupun belum sesuai rencana 100% implikasinya jika program dijalankan tanpa peneliti, maka kepala dapat menjalankan fungsi manajemen seperti yang sudah dilaksanakan dengan sedikit per-baikan untuk mengatasi kendala yang ada serta pe-rencanaan langkah untuk memastikan bahwa program berjalan sesuai dengna rencana.

Selain fungsi-fungsi manajemen yang diuraikan, kepala juga mempunyai beberapa peran dalam meng-implementasikan pendidikan life skills ini yaitu sebagai pendidik, manajer, administrator, supervisor, dan wira usaha. Kepala sebagai pendidik yang dimaksud adalah ketika guru-guru belum tahu dengan RPP yang terin-tegrasi life skills peneliti yang berperan sebagai kepala yang memberikan pelatihan tentang pembuatan RPP. Ketika dalam pelaksanaan program ada masalah yang tidak dipahami guru maka kepala MI lah yang akan membetulkan atau memberi masukan. Di samping itu


(48)

pemberian sosialisasi kepada wali murid juga dalam rangka menjalankan perannya sebagai pendidik yang mengajak orang tuanya untuk mengawasi anaknya melakukan pembiasaan baik di rumah.

Peran kedua kepala adalah sebagai manajer yang artinya dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru (Depdiknas 2006). Dalam implementasi life skills peneliti belum menemu-kan pelaksanaan tugas kepala untuk pemeliharaan dan pengembangan profesi guru sehingga peran seba-gai manajer ini menurut peneliti belum dilaksanakan oleh kepala. Hal ini karena program implementasi life skills ini merupakan program baru sehingga program pemeliharaan dan pengembangan profesi guru belum direncanakan baru pada proses pengajaran materi baru dengan pelatihan pembuatan RPP. Implikasi dari belum dilaksanakan peran manajer oleh kepala MI sehingga jika implementasi life skills ini dilanjutkan perlu merencanakan program pemeliharaan dan pengembangan kompetensi guru.

Peran selanjutnya adalah kepala sebagai admi-nistrator. Depdiknas (2006) menjelaskan bahwa kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru. Namun dalam implementasi life skills ini peneliti bersama kepala MI belum menganggarkan dana untuk peningkatan kompetensi guru maupun untuk


(49)

imple- 

mentasi sebuah program baru. Hal ini karena penerap-an program baru ini tidak begitu bpenerap-anyak membutuh-kan waktu dan tenaga sehingga belum membutuhmembutuh-kan dana tambahan. Implikasinya ada guru yang menge-luh untuk evaluasi membutuhkan waktu relatif lama walaupun baru satu aspek life skills yang dijadikan tujuan, jika nanti dilanjutkan dengan tujuan aspek life skills yang lebih banyak tentunya lebih banyak keluh-an. Untuk mengantisipasi keluhan guru, disamping sudah diuraikan di atas jika program ini dilanjutkan cukup 5 atau 6 aspek life skills yang menjadi tujuan untuk mengantisipasi lamanya waktu evaluasi, perlu juga ditambah dengan perencanaan peningkatan ang-garan untuk operasional program baru yang di dalam-nya untuk menambah kesejahteraan guru disamping untuk operasional yang lain.

Sementara peran sebagai supervisor adalah untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melak-sanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung (Depdiknas 2006). Dalam penelitian ini peneliti bersa-ma kepala MI sudah menjalankan perannya sebagai supervisor buktinya sudah mengobservasi dokumen persiapan mengajar guru serta mengobservasi pelaksa-naan pembelajaran integrasi life skills. Implikasinya jika terjadi kekurangan yang dilakukan oleh guru


(50)

dalam membuat persiapan mengajar, pelaksanaan maupun evaluasi dapat langsung diketahui dan di-perbaiki. Jika program implementasi ini dilanjutkan maka kepala perlu melanjutkan peran ini.

Peran kepala selanjutnya adalah peran kepala sebagai pimpinan. Ini berhubungan dengan tipe kepe-mimpinan yang dijalankan oleh seorang kepala dan berkaiatan erat dengan kepribadian kepala yang di-uraikan oleh Mulyasa (2004) yang meliputi (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani meng-ambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emo-si yang stabil, dan (7) teladan.

Menurut hemat penulis kepala belum diketahui menjalankan peran sebagai pimpinan atau tidak. Hal ini karena kepribadian dan tipe kepemimpinan mem-butuhkan penelitian tersendiri untuk menetukannya dan peneliti tidak meneliti sampai tipe kepemimpinan dan kepribadian kepala.

Peran selanjutnya adalah peran kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja karena iklim yang kon-dusif akan memungkinkan setiap guru lebih termoti-vasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompeten-sinya (Mulyasa 2004). Berdasarkan uraian di atas peneliti menilai kepala MI sudah menjalankan peran sebagai pencipta iklim kerja yang kondusif buktinya kepala selalu member motivasi kepada guru untuk meningkatkan kinerja, kepala memberitahukan hasil


(51)

 

kerja guru, kepala memberi pujian bagi guru yang berprestasi dan memberi masukan dan bimbingan bagi guru yang kurang atau salah dalam menjalankan tugas. Implikasinya adalah guru menjadi bersemangat walaupun implementasi program baru akan menam-bah beban kerja bagi guru. Saran tindak lanjut jika program ini dilanjutkan adalah bagi guru yang ber-prestasi tidak hanya pujian tetapi perlu adanya peng-hargaan yang berupa materi sehingga guru lebih ber-semangat lagi.

Peran terakhir yang dapat dijalankan kepala dalam implementasi pendidikan life skills adalah peran wirausaha. Kepala sekolah dengan sikap kewira-uhasaan yang kuat akan berani melakukan perubah-an-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi guru-nya (Depdiknas 2006). Dalam penelitian ini kepala sudah berperan sebagai wirausaha dengan bukti mau mengimplementasikan pendidikan life skills dalam pembelajaran walaupun tidak ada pantauan dari atas-an itu merupakatas-an sebuah pembaharuatas-an yatas-ang inovatif dengan proses pembelajaran siswa dan kompetensi guru. Implikasi dari peran wirausaha yang dimiliki oleh kepala MI perlu ada dukungan dari semua pihak baik guru, komite maupun masyarakat khususnya orang tua agar pembaharuan yang inovatif dapat terealisasi demi kemajuan Madrasah.


(52)

Beberapa uraian tentang peran kepala seperti yang diuraikan dalam bab II yang meliputi peran seba-gai: (1) educator (pendidik), (2) manajer, (3) adminis-trator, (4) supervisor (penyelia), (5) leader (pemimpin), (6) pencipta iklim kerja, dan (7) wirausahawan (Depdiknas 2006), namun dalam implementasi life skills di MI Miftakhul Huda hanya menjalankan peran kepala sebagai pendidik, supervisor, pencipta iklim kerja yang kondusif dan sebagai wirausaha. Implikasi dari peran yang dijalankan kepala dalam mengimple-mentasikan life skills adalah dengan dijalankan kem-bali bagi peran yang sudah dijalankan sedangkan peran kepala yang belum dijalankan hendaknya perlu dijalankan perlu dilanjutkan agar fungsi dan peran kepala dalam pembelajaran dapat optimal kecuali untuk peran pemimpin. Peran kepala sebagai pemim-pin hanya dapat diketahui dengan penelitian lanjut untuk mengetahui sudah dijalankan atau belum peran kepala sebagai pemimpin karena tidak bisa diketahui hanya dengan suatu tindakan tertentu.


(1)

  maupun pelaksanaan dalam pembelajaran. Fungsi manajemen yang terakhir adalah evaluasi. Fungsi ini dijalankan dengan menyebarkan kuesioner untuk mengevaluasi jalannya imlplementasi dan kendala yang dialami. Evaluasi ini akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun program berikutnya.

Beberapa fungsi manajemen yang telah dijalan-kan antara peneliti dengan kepala menurut kepala MI sudah berjalan sesuai dengan rencana sebesar 80%. Hal ini berarti fungsi mamanjemen sudah berjalan dengan baik walaupun belum sesuai rencana 100% implikasinya jika program dijalankan tanpa peneliti, maka kepala dapat menjalankan fungsi manajemen seperti yang sudah dilaksanakan dengan sedikit per-baikan untuk mengatasi kendala yang ada serta pe-rencanaan langkah untuk memastikan bahwa program berjalan sesuai dengna rencana.

Selain fungsi-fungsi manajemen yang diuraikan, kepala juga mempunyai beberapa peran dalam meng-implementasikan pendidikan life skills ini yaitu sebagai pendidik, manajer, administrator, supervisor, dan wira usaha. Kepala sebagai pendidik yang dimaksud adalah ketika guru-guru belum tahu dengan RPP yang terin-tegrasi life skills peneliti yang berperan sebagai kepala yang memberikan pelatihan tentang pembuatan RPP. Ketika dalam pelaksanaan program ada masalah yang tidak dipahami guru maka kepala MI lah yang akan membetulkan atau memberi masukan. Di samping itu


(2)

pemberian sosialisasi kepada wali murid juga dalam rangka menjalankan perannya sebagai pendidik yang mengajak orang tuanya untuk mengawasi anaknya melakukan pembiasaan baik di rumah.

Peran kedua kepala adalah sebagai manajer yang artinya dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru (Depdiknas 2006). Dalam implementasi life skills peneliti belum menemu-kan pelaksanaan tugas kepala untuk pemeliharaan dan pengembangan profesi guru sehingga peran seba-gai manajer ini menurut peneliti belum dilaksanakan oleh kepala. Hal ini karena program implementasi life

skills ini merupakan program baru sehingga program

pemeliharaan dan pengembangan profesi guru belum direncanakan baru pada proses pengajaran materi baru dengan pelatihan pembuatan RPP. Implikasi dari belum dilaksanakan peran manajer oleh kepala MI sehingga jika implementasi life skills ini dilanjutkan perlu merencanakan program pemeliharaan dan pengembangan kompetensi guru.

Peran selanjutnya adalah kepala sebagai admi-nistrator. Depdiknas (2006) menjelaskan bahwa kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru. Namun dalam implementasi life skills ini peneliti bersama kepala MI belum menganggarkan dana untuk


(3)

  mentasi sebuah program baru. Hal ini karena penerap-an program baru ini tidak begitu bpenerap-anyak membutuh-kan waktu dan tenaga sehingga belum membutuhmembutuh-kan dana tambahan. Implikasinya ada guru yang menge-luh untuk evaluasi membutuhkan waktu relatif lama walaupun baru satu aspek life skills yang dijadikan tujuan, jika nanti dilanjutkan dengan tujuan aspek life

skills yang lebih banyak tentunya lebih banyak

keluh-an. Untuk mengantisipasi keluhan guru, disamping sudah diuraikan di atas jika program ini dilanjutkan cukup 5 atau 6 aspek life skills yang menjadi tujuan untuk mengantisipasi lamanya waktu evaluasi, perlu juga ditambah dengan perencanaan peningkatan ang-garan untuk operasional program baru yang di dalam-nya untuk menambah kesejahteraan guru disamping untuk operasional yang lain.

Sementara peran sebagai supervisor adalah untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melak-sanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung (Depdiknas 2006). Dalam penelitian ini peneliti bersa-ma kepala MI sudah menjalankan perannya sebagai supervisor buktinya sudah mengobservasi dokumen persiapan mengajar guru serta mengobservasi pelaksa-naan pembelajaran integrasi life skills. Implikasinya jika terjadi kekurangan yang dilakukan oleh guru


(4)

dalam membuat persiapan mengajar, pelaksanaan maupun evaluasi dapat langsung diketahui dan di-perbaiki. Jika program implementasi ini dilanjutkan maka kepala perlu melanjutkan peran ini.

Peran kepala selanjutnya adalah peran kepala sebagai pimpinan. Ini berhubungan dengan tipe kepe-mimpinan yang dijalankan oleh seorang kepala dan berkaiatan erat dengan kepribadian kepala yang di-uraikan oleh Mulyasa (2004) yang meliputi (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani meng-ambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emo-si yang stabil, dan (7) teladan.

Menurut hemat penulis kepala belum diketahui menjalankan peran sebagai pimpinan atau tidak. Hal ini karena kepribadian dan tipe kepemimpinan mem-butuhkan penelitian tersendiri untuk menetukannya dan peneliti tidak meneliti sampai tipe kepemimpinan dan kepribadian kepala.

Peran selanjutnya adalah peran kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja karena iklim yang kon-dusif akan memungkinkan setiap guru lebih termoti-vasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompeten-sinya (Mulyasa 2004). Berdasarkan uraian di atas peneliti menilai kepala MI sudah menjalankan peran sebagai pencipta iklim kerja yang kondusif buktinya kepala selalu member motivasi kepada guru untuk meningkatkan kinerja, kepala memberitahukan hasil


(5)

  kerja guru, kepala memberi pujian bagi guru yang berprestasi dan memberi masukan dan bimbingan bagi guru yang kurang atau salah dalam menjalankan tugas. Implikasinya adalah guru menjadi bersemangat walaupun implementasi program baru akan menam-bah beban kerja bagi guru. Saran tindak lanjut jika program ini dilanjutkan adalah bagi guru yang ber-prestasi tidak hanya pujian tetapi perlu adanya peng-hargaan yang berupa materi sehingga guru lebih ber-semangat lagi.

Peran terakhir yang dapat dijalankan kepala dalam implementasi pendidikan life skills adalah peran wirausaha. Kepala sekolah dengan sikap kewira-uhasaan yang kuat akan berani melakukan perubah-an-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi guru-nya (Depdiknas 2006). Dalam penelitian ini kepala sudah berperan sebagai wirausaha dengan bukti mau mengimplementasikan pendidikan life skills dalam pembelajaran walaupun tidak ada pantauan dari atas-an itu merupakatas-an sebuah pembaharuatas-an yatas-ang inovatif dengan proses pembelajaran siswa dan kompetensi guru. Implikasi dari peran wirausaha yang dimiliki oleh kepala MI perlu ada dukungan dari semua pihak baik guru, komite maupun masyarakat khususnya orang tua agar pembaharuan yang inovatif dapat terealisasi demi kemajuan Madrasah.


(6)

Beberapa uraian tentang peran kepala seperti yang diuraikan dalam bab II yang meliputi peran seba-gai: (1) educator (pendidik), (2) manajer, (3) adminis-trator, (4) supervisor (penyelia), (5) leader (pemimpin), (6) pencipta iklim kerja, dan (7) wirausahawan (Depdiknas 2006), namun dalam implementasi life

skills di MI Miftakhul Huda hanya menjalankan peran

kepala sebagai pendidik, supervisor, pencipta iklim kerja yang kondusif dan sebagai wirausaha. Implikasi dari peran yang dijalankan kepala dalam mengimple-mentasikan life skills adalah dengan dijalankan kem-bali bagi peran yang sudah dijalankan sedangkan peran kepala yang belum dijalankan hendaknya perlu dijalankan perlu dilanjutkan agar fungsi dan peran kepala dalam pembelajaran dapat optimal kecuali untuk peran pemimpin. Peran kepala sebagai pemim-pin hanya dapat diketahui dengan penelitian lanjut untuk mengetahui sudah dijalankan atau belum peran kepala sebagai pemimpin karena tidak bisa diketahui hanya dengan suatu tindakan tertentu.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Komite Sekolah di Sekolah Dasar Masehi Temanggung T2 942011046 BAB IV

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Derajat Pelaksanaan Kewirausahaan Kepala Sekoalh Taman Kanak-Kanak di Dinas Pendidikan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung T2 942011076 BAB IV

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Integrasi Life Skills dalam Pembelajaran di MI Miftakhul Huda Bengkal Kranggan Temanggung

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Integrasi Life Skills dalam Pembelajaran di MI Miftakhul Huda Bengkal Kranggan Temanggung T2 942010018 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Integrasi Life Skills dalam Pembelajaran di MI Miftakhul Huda Bengkal Kranggan Temanggung T2 942010018 BAB II

0 0 50

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Integrasi Life Skills dalam Pembelajaran di MI Miftakhul Huda Bengkal Kranggan Temanggung T2 942010018 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Integrasi Life Skills dalam Pembelajaran di MI Miftakhul Huda Bengkal Kranggan Temanggung

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Christian Entrepreneurship T2 912010027 BAB IV

0 1 50

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evidence dalam Membuktikan Adanya Kartel di Indonesia T2 BAB IV

0 0 4

METODE BELAJAR KELOMPOK DAN BELAJAR INDIVIDU SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDIAQIDAH AKHLAK PADA SISWA MI MIFTAKHUL HUDA BENGKAL KRANGGAN TEMANGGUNG TAHUN AJARAN 20072008 SKRIPSI

0 0 72