Dasar Hukum Keberatan Pajak Hak Mengajukan Keberatan

ElektronikNTTE dan Nomor Transaksi Penerimaan ASP NTPA, serta nama perusahaan Penyedia Jasa AplikasiASP, yang tertera pada hasil cetakan surat permohonan, dalam hal e-filling dilakukan melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider ASP. 5. Surat Pemberitahuan Untuk Hadir adalah surat yang disampaikan kepada Wjib Pajak yang berisi mengenai pemberian kesempatan kepada Wajib Pajak untuk hadir dalam waktu yang telah ditetapkan guna memberikan keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai hasil penelitian keberatan dari tim peneliti keberatan. 6. Prosedur Persetujuan Bersama Mutual Agreement Procedure yang selanjutnya disebut MAP adalah prosedur administrasi yang diatur dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda P3B untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam penerapan P3B. 7. Persetujuan Bersama adalah hasil yang telah disepakati dalam penerapan P3B oleh pejabat yang berwenang dari Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Negara Mitra atau yurisdiksi mitra P3B sehubung dengan MAP yang telah dilaksanakan.

G. Dasar Hukum Keberatan Pajak

1. Pasal 25 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagimana telah diubah terakhir kali menjadi Undang- undang Nomor 16 Tahun 2009. Universitas Sumatera Utara 2. Peratuan Menteri Keuangan Nomor 194PMK.032007 yang diubah menjadi 9PMK.033013 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan. 3. Surat Edaran Nomor 11PJ2014 tentang Petunjuk Pelasksanaan Penyelesaian Keberatan Pajak Penghasilan, Pajak Penambahan Nilai, dan atau Pajak Penjualan Barang Mewah. 4. Peraturan Direktorat Jendeal Pajak Nomor PER-49PJ2009 5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2022 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan. Dengan adanya peraturan dan Undang-undang yang menjadi landasan hukum keberatan pajak di Indonesia ini, maka menjadi pondasi yang kuat bagi Wajib Pajak.

H. Hak Mengajukan Keberatan

Dalam pelaksanaan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan perpajakan kemungkinan terjadi bahwa Wajib Pajak merasa kurang atau tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotonganpemungutan keberatan. Hal keberatan diatur dalam pasal 25 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009. Adapun pihak yang dapat mengajukan keberatan, antara lain: a. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. b. Bagi Wajb Pajak Badan yang bersangkutan. c. Bagi pihak yang dipotongdipungut oleh pihak ketiga Universitas Sumatera Utara d. Bagi kuasa yang ditunjuk oleh mereka dengan surat kuassa khusus keberatan.

I. Jangka Waktu Pengajuan Keberatan

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9PMK.032013, keberatan pajak harus diajukan dalam jangka waktu 3 tiga bulan sejak tanggal SKPKB, SKPLB, SKPN atau sejak tanggal dilakukannya pemotonganpemungutan oleh pihak ketiga. 1. Untuk Surat Keberatan yang langsung disampaikan ke KPP, maka jangka waktu 3tiga bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, atau sejak dilakukan pemotonganpemungutan oleh pihak ketiga sampai saat keberatan diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak. 2. Untuk Surat Keberatan yang disampaikan melalui pos, jangka waktu 3tiga bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKLB, SKPN atau sejak dilakukannya pemotonganpemungutan oleh pihak ketiga sampai dengan tanggal tanda bukti pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

Sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem self assessment dimana dengan sistem ini Wajib Pajak diberikan kepecayaan untuk menghitung dan melunasi sendiri pajak yang terutang. Perhitungan paak yang terutang ini didasasri pada ketentuan perpajakan yang berupa Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan, dan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak. Disisi lain, otoritas pajak dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak diberikan tugas untuk melakukan pengujian dan pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak terhadap ketentuan perpajkan. Dalam konteks inilah kita bias memahami mengapa perlu dilakukan pemeriksaan pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada sebagian Wajib Pajak. Hasil pemriksaan pada umumnya berbentuk Surat Ketetapan Pajak SKP dimana SKP berfungsi untuk melakukan koreksi atas perhitungan yang dilakukan oleh Wajib Pajak atau bisa juga untuk mengkonfirmasikan kebenaran perhitungan oleh Wajib Pajak. Jenis-jenis SKP ini adalah Surat Ketetapan Pajak Kurang BayarSKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang BayarSKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar TambahanSKPKBT, dan Surat Ketetapan Pajak NihilSKPN. Dalam proses penetapan pajak melalui pemeriksaan sering timbul sengketa pajak antara Wajib Pajak dan pejabat pajak. Sengketa ini bisa disebabkan oleh perbedaan penafsiran atas ketentuan perpajakan, perbedaan pemahaman atas Universitas Sumatera Utara ketentuan perpajakan, perbedaan sudut pandang dalam menilai suatu fakta, bisa juga karena ketidakseakatan dalm hal proses pembuktian. Untuk menyelesaikan sengketa seperti ini, Undang-undang KUP memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk melakukan keberatan sebagai upaya untuk mencari keadilan atas permasalahan perpajakan tersebut.

A. Tata Cara Pengajuan Keberatan oleh Wajib Pajak