Anemia Defisisensi Besi 1. Definisi

2.2.6. Anemia Defisisensi Besi 2.2.6.1. Definisi Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh depleted iron store sehingga penyediaan besi untuk eritropoiesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang. Kelainan ini ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer, besi serum menurun, TIBC total iron binding capacity meningkat, saturasi transferin menurun, ferritin serum menurun, pengecatan besi sumsum tulang negative dan adanya respon terhadap pengobatan dengan preparat besi Bakta, 2006.

2.2.6.2. Etiologi

1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun yang dapat berasal dari : • saluran cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon, divertikulitis, hemoroid, da infeksi cacing tambang. • saluran genitalia wanita : menorrhagia atau metrorhagia • saluran kemih : hematuria • saluran napas : hemoptoe 2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi bioavailabilitas besi yang tidak baik makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging. 3. Kebutuhan besi meningkat : prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan. Universitas Sumatera Utara 4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi dan kolitis kronik Bakta, 2006.

2.2.6.3. Patogenesis

Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi makin menurun. Jika cadangan kosong maka keadaan ini disebut iron depleted state. Apabila kekurangan besi berlanjut terus maka penyediaan besi untuk eritropoiesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut sebagai iron deficient erytropoiesis. Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer sehingga disebut sebagai iron deficiency anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gaejala lainnya Bakta, 2006.

2.2.6.4. Gejala Klinis

Gejala anemia dibagi menjadi gejala umum, gejala penyakit dasar, dan gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Gejala umum anemia dapat dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun dibawah 7-8 grdL. Gejalanya yaitu badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Gejala khas akibat defisiensi besi tidak dijumpai pada anemia jenis lain, yaitu koilonychia, atrofi pupil lidah, stomatitis angularis, disfagia, dan atrofi mukosa gaster. Gejala penyakit dasar yaitu gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut Bakta, 2006.

2.2.6.5. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti disertai pemeriksaan laboraturium yang tepat. Secara laboratorik untuk menegakkan diagnosis anemia defisisensi Universitas Sumatera Utara besi dapat dipakai kriteria diagnosis anemia defisisensi besi modifikasi dari kriteria Kerlin et al sebagai berikut : Anemia hipokromik mikrositer pada apusan darah tepi, atau MCV 80 fl dan MCHC 31 dengan salah satu dari a, b, c, atau d. 1. dua dari tiga parameter di bawah ini : a. Besi serum 50 mgdL b. TIBC 350 mgdL c. Saturasi transferin 2. ferritin serum 20 µgdL 3. pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia Perl’s stain menunjukkan cadangan besi butir-butir hemosiderin negatif 4. dengan pemberian sulfas ferosus 3x200 mghari atau preparat besi lain yang setara selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin lebih dari 2 grdL Bakta, 2006.

2.2.6.6. Penatalaksanaan

Terapi kausal tergantung penyebabnya, misalnya pengobatan terhadap menoragia, pemberian preparat besi, dan pengobatan lain, meliputi diet, vitamin C, dan transfusi darah Bakta, 2006.

2.2.7. Cara Mengukur Hemoglobin