Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Defenisi Konsep

Dengan demikian seorang pemimpin harus dapat mengarahkan bawahannya untuk dapat mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Di kantor Kelurahan Sei Putih Tengah Kecamatan Medan Petisah, didalam kegiatan sehari-harinya menggunakan unsur manusia sebagai faktor produksi yang utama disamping faktor produksi lainnya, seperti uang, mesin, materi, metode kerja dan lain sebagainya. Sebagai sebuah organisasi yang berhubungan dengan masyarakat, kantor lurah harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat itu sendiri. Akan timbul reaksi dari penilaian yang bersifat negatif dari masyarakat terhadap kinerjaprestasi kerja pagawai kantor lurah jika pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat. Kepemimpinan merupakan kemampuan pimpinan dalam mempengaruhi pegawai supaya mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan dapat meningkatkan prestasi kerja seoptimal mungkin. Berdasarkan uraian-uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk mengambil judul: “Pengaruh Kepemimpinan Lurah terhadap Peningkatan Prestasi Kerja Pegawai Studi Pada Kantor Lurah Sei Putih Tengah Kecamatan Medan Petisah, Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diurikan diatas maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini: “Bagaimana Pengaruh Kepemimpinan Lurah Terhadap Peningkatan Prestasi Kerja Pegawai di Kantor Lurah Sei Putih Tengah?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1. untuk mendapatkan informasi dan kejelasan mengenai berbagai kegiatan kepemimpinan dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai di kantor Lurah Sei Putih Tengah, Medan. Universitas Sumatera Utara 2. Untuk mengetahui bagaimana prestasi kerja pegawai di kantor Lurah Sei Putih Tengah, Medan. 3. Untuk mengetahui Pengaruh Kepemimpinan Lurah terhadap prestasi pegawai di kantor Lurah Sei Putih Tengah, Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitaan ini adalah : 1. bagi penulis dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan penelitaan ilmiah dan menambah wawasan berfikir serta sekaligus memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 2. Bagi kantor Lurah Sei Putih Tengah, Medan, dapat menjadi masukan yang Positif dalam hal kepemimpinan terhadap prestasi kerja pegawai 3. Bagi jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP USU, dapat melengkapi ragam penelian yang sudah ada dan sebagai bahan tambahan bacaan atau refrensi

1.5. Kerangka Teori

Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini penulis mengutip pendapat dari beberapa ahli dan memberikan sedikit pemahaman dari beberapa teori-teori yang diperoleh, sehingga mempermudah penulis memahami dan memberikan kesimpulan melalui bacaan yang telah tersedia. 1.5.1 Kepemimpinan 1.5.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain agar mau ikut berperan serta dalam rangka menuju sasaran yang telah ditentukan bersama. Dimana defenisi kepemimpinan akhirnya dikategorikan menjadi tiga elemen Susanto A.B; Koesnadi Kardi, 2003:115, yakni: 1. Kepemimpinan merupakan proses; 2. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi hubungan antara pimpinan dan bawahan; Universitas Sumatera Utara 3. Kepemimpinan merupakan ajakan kepada orang lain. Oteng Sutisna 1982 mendefenisikan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mengambil inisiatif dalam situasi sosial untuk menciptakan bentuk dan prosedur baru, merancang dan mengatur perbuatan, dan dengan berbuat begitu membangkitkan kerja sama kearah tercapainya tujuan. Melalui pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan harus mampu mempengaruhi perilaku orang lain kearah tercapainya suatu tujuan, dimana untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya hubungan yang baik sehingga apa yang hendak dicapai dapat dikomunikasikan secara baik pula antara pemimpin dengan bawahannya.

1.5.1.2. Fungsi Kepemimpinan

Secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, kelima fungsi kepemimpinan itu adalah sebagai berikut : a. Fungsi Instruktif, fungsi ini berlangsung satu arah, pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya pada orang- orang yang dipimpin. b. Fungsi Konsultatif, fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meskipun pelaksanaannya sangat tergantung kepada pihak pemimpin. c. Fungsi partisipasi, fungsi ini tidak hannya sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud pelaksanaanya hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan dan sasama orang yang dipimpin. d. Fungsi Delegasi, fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan pimpinan. e. Fungsi Pengendalian, fungsi ini cenderung bersifat komunikasi satu arah, meskipun tidak mustahil dilakukan dengan komunikasi dua arah. Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang suksesefektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal Nawawi, 2004 : 74 Universitas Sumatera Utara

1.5.1.3 Modal Utama Seorang Pemimpin.

Agar dapat berhasil baik dalam memimpin bawahan pegawai ada modal utama yang harus dimiliki oleh pemimpin. Menurut Kouzes dan Posner dalam penelitiaanya dengan 20.000 responden yang ada di empat benua menemukan beberapa sifat-sifat kepemimpinan yang diharapkan oleh bawahan, dan secara konsisten dipilih sebagai empat syarat kepemimpinan yang paling penting, yaitu sebagai berikut: 1. Honest kejujuran Jelas sekali bahwa kalau kita bersedia mengikuti seseorang, kita semula ingin meyakinkan diri bahwa pemimpin tersebut layak memperoleh kepercayaan. Kejujuran juga berhubungan dengan nilai etika. Kita menghargai pemimpin yang mempunyai pendirian tentang prinsip yang penting, dan menolak pemimpin yang tidak yakin pada diri mereka sendiri. 2. Forward Looking mempunyai pandangan jauh kedepan Pemimpin diharapkan mempunyai rasa terhadap arah dan perhatian terhadap masa depan organisasi. Yang dimaksud dengan kemampuan memandang ke depan ini adalah kemampuan seorang pemimpin untuk menetapkan atau memilih tujuan. Seorang pemimpin diharapkan punya orientasi yang baik menuju masa depan. 3. Inspiring inspirasi Kita mengharapkan seorang pemimpin yang antusias, penuh semangat, dan berpandangan positif tentang masa depan, mereka diharapkan mampu memberikan inspirasi. Tidak cukup hanya mempunyai impian tentang masa depan, tetapi juga dapat menyampaikan wawasan dengan cara tertentu yang antusias, berenergi. Selain itu, sikap positif dari pemimpin dapat mengubah konteks pekerjaan sehingga lebih bermakna. 4. Content cakap Kecakapan pemimpin tidak harus mengacu pada kemampuan pemimpin dalam teknologi, inti operasi. Bahkan, jenis kecakapan yang dituntut rasanya bervariasi sesuai dengan kedudukan pemimpin dan keadaan organisasi. Yang lebih penting pemimpin harus mempunyai waktu untuk Universitas Sumatera Utara belajar dan bekerja sebelum membuat perubahan dan keputusan yang berpengaruh pada setiap orang dalam organisasi. Namun bagaimanapun, selalu ada kecenderungan yang menunjukkan perlunya kecakapan teknis pemimpin Usman, 2006, 264

1.5.1.4 Tipe Kepemimpinan

Dilihat dari sudut gaya manajerialnya, para pemimpin dalam berbagai bentuk organisasi dapat digolongkan dalam lima tipe Siagian, 2003:34, yaitu sebagai berikut: 1. Tipe Otokratik Seorang pemimpin dapat dikategorikan pada tipe otokratik apabila, antara lain, ia: a. menganggap organisasi sebagai milik pribadi b. mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi c. manganggap bawahan sebagai alat semata-mata d. tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat e. terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya f. dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan approach yang mengandung unsur paksaan dan mengandung punitif hukuman. Dari sifat-sifat tersebut di atas jelas terlihat bahwa tipe pemimpin yang demikian tidak tepat untuk suatu organisasi modern di mana hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat yang menjadi bawahan itu harus dihormati. 2. Tipe Militeristik Perlu ditekankan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristik tidak identik dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang tergolong tipe militeristik ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat, antara lain: a. dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; Universitas Sumatera Utara b. dalam menggerakkan bawahan sering bergantung kepada pangkat dan jabatannya. c. senang kepada formalitas berlebih-lebihan; d. menuntut disiplin tinggi dan kaku terhadap bawahan; e. sukar menerima kritikan dari bawahannya; f. menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan. Terlihat pula dari sifat-sifat tersebut bahwa seorang pemimpin yang militeristik bukanlah seorang pemimpin yang ideal. 3. Tipe Paternalistik Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistik adalah seseorang yang: a. menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; b. bersikap terlalu melindungi over protective; c. jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; d. jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif; e. jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya; f. sering bersikap mahatahu. Harus diakui bahwa untuk keadaan tertentu, seorang pemimpin yang demikian sangat diperlukan, akan tetapi sifat-sifatnya yang negatif mengalahkan sifat- sifatnya yang positif. 4. Tipe Kharismatik Hingga sekarang, para sarjana belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki kharisma. Yang tampak adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karena pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Universitas Sumatera Utara Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab-musibab seseorangn menjadi pemimpin yang kharismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib supernatural powers. 5.Tipe Demokratik Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang Demokratiklah yang paling tepat untuk organisasi modern, karena: a. dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia; b. selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi para bawahannya; c. ia senang menerima saran, pendapat, bahkan kritikan dari bawahannya; d. selalu berusaha mengutamakan kerja sama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; e. dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berani bertindak meskipun mungkin berakibat pada kesalahan yang kemudian dibimbing dan diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, akan tetapi lebih berani untuk bertindak di masa depan; f. selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; g. berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demoratik bukanlah suatu hal yang mudah untuk dicapai. Akan tetapi karena pemimpin yang demikianlah yang paling ideal, tipe demikian itu yang perlu dikembangkan.

1.5.2 Prestasi kerja.

Menurut Bernadin dan Russel dalam Achmad S Ruky, 2001 15 Prestasi kerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi perkerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. Universitas Sumatera Utara Menurut Sedarmayanti 2004 : 176 Prestasi Kerja kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Untuk mencapai prestasi kerja, seorang karyawan pegawai perlu memenuhi dua syarat pokok terlebih dahulu, yaitu : 1. Memiliki “kemampuan” untuk berprestasi Kemampuan dalam sesuatu bidang hanya bisa dimiliki oleh seseorang apabila dia memiliki bakat termasuk pula inteligensi kecerdasan yang mencukupi. Bakat biasanya dikembangkan dengan pemberian kesempatan penambahan pengetahuaan baik melalui pendidikan, latihan atau pengelaman kerja. Sebenarnya setiap manusia mempunyai bakat yang berbeda dalam hal intensitasnya dan oleh karenanya program-program kepegawaian yang efektif perlu mempertimbangkan faktor bakat dari pegawainya. Disamping bakat dan pengetahuan yang merupakan syarat utama terbentuknya suatu kemampuan, terdapat pula factor minat dan kepribadian yang mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kemampuan, yaitu dalam hal terciptanya kepuasan kerja. 2. Memiliki Motivasi “kemauan” untuk berprestasi. Motivasi kerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : a Pengaruh Lingkungan Fisik Setiap karyawan pegawai tentu menghendaki lingkungan fisik yang baik untuk bekerja, lampu yang terang, ventilasi udara yang baik, sejuk, bebas dari gangguan suara berisik, dan sebagainya. Dan memang perbaikan kondisi fisik akan meningkatkan motivasi kerja, hanya saja tidak berbanding lurus. Apabila kondisi relatif telah terpenuhi, maka perbaikan dari kondisi tersebut tidak efektif Lagi sebagai motivator, perhatian pegawai tidak tertuju lagi pada perbaikan kondisi tersebut, tetapi pada kondisi atau hal yang lain. Universitas Sumatera Utara b Pengaruh Lingkungan Sosial Tehadap Motivasi Hubungan dan pengelompokan dengan karyawan pengawai lain secara informal berdasarkan kualifikasi masing-masing tidak dapat dicegah adanya dalam suatu organisasi. Selama tujuan daripada kelompok informal itu hanya untuk menyalurkan kebutuhan sosial, hal ini tidak perlu dikhawatirkan, bahkan perlu dibina. Disamping itu hal-hal yang bersifat normal, seperti struktur organisasi, peraturan-peraturan kepegawaian jelas mempengaruhi masing-masing individu yang berbeda dalam kepribadiaanya. c Kebutuhan Pribadi Pada dasarnya setiap karyawanpegawai dalam hidupnya dikuasai oleh kebutuhan tertentu yang mendorong dia untuk bekerja. Manusia memang memiliki 1001 macam kebutuhan. Setiap orang kebutuhan hidupnya berbeda, baik macam kebutuhan maupun prioritasnya, hal ini ditentukan oleh berbagai faktor, mulai dari latar belakang pendidikan, adat istiadat, lingkungan sosial dan strata sosial Rivai, 2004 : 245 . Untuk mengetahui sejauh mana prestasi kerja pegawai maka pertanyaan diadakan penilaian prestasi kerja pegawai, adapun kegunaan dari penilaian prestasi kerja pegawai Handoko, 2000 : 135 yaitu : 1. Perbaikan prestasi kerja 2. Penyesuaian –penyesuaian konpensasi 3. Keputusan-keputusan penempatan 4. Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan 5. Perencanaan dan pengembangan karier 6. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing. Prestasi kerja yang baik atau jelek memcerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia. 7. Ketidak akuratan informasional. Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam informasi analisis jabatan, rencana- Universitas Sumatera Utara rencana sumber daya manusia, atau komponen-komponen lain sistem informasi manajemen personalia.

1.5.3. Hubungan Kepemimpinan dan Peningkatan Prestasi Kerja.

Kepemimpinan dari seorang pemimpin dalam meningkatkan prestasi kerja pegawainya apabila ia dapat mempengaruhi, menggerakkan, membimbing, memberikan motivasi dan semangat kerja pada pegawainya agar mereka mau melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepada mereka dengan hasil semaksimal mungkin, dan pegawai dalam melaksanakan tugasnya dengan sukarela dan tampa paksaan. Seorang pegawai yang produktif dibawah pimpinan A, belum seproduktif dibawah pimpinan B, walaupun tugasnya tidak berubah. Seorang pemimpin perlu mengenal pribadinya sendiri, mengenal bawahan, dan situasi yang dihadapi, kemudian menyesuaikan corak kepemimpinannya, agar dia dapat berfungsi sebagai pemimpin secara efektif. Apabila pegawai atau bawahan sudah berada dalam pengaruh kepemimpinan yang demikian, maka akan mudah membawa mereka pada sikap kerja yang baik, harmonis dan bertanggung jawab. Dengan demikian maka akan tercapai prestasi kerja pegawai secara maksimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut.

1.6 Defenisi Konsep

Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu Simangarimbun, 1989 : 34. Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kepemimpinan adalah kemapuan atau keterampilan seseorang dalam menduduki suatu jabatan sebagai pimpinan dengan cara mempengaruhi dan memotivasi bawahannya agar mereka mau bekerja atau berprilaku demi mencapai tujuan yang telah ditentukan atau tujuan yang dikehendaki. Universitas Sumatera Utara 2. Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Prestasi kerja dapat tercapai apabila timbul suatu motivasi pada pegawai seperti mengejar karakter yang lebih baik, sehingga pegawai melaksanakan tugas yang diembankan secara maksimal.

1.7 Defenisi Operasional