Pencegahan Hepatitis B A.
Dosis yang direkomendasikan untuk anak -anak dan dewasa: 0,06 mlkg dan dosis 0,5 ml untuk infeksi virus hepatitis B perinatal yaitu
infant yang lahir dari ibu dengan HBsAgnya yang positif. 2. Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B menggunakan HBsAg yang diproduksi dari yeast Saccharomyces cerevisiae dengan teknologi recombinant DNA dan
digunakan sebagai
immunisasi preexposure
dan profilaksis
postexposure. Ada dua vaksin hepatitis B monovalent yang tersedia, digunakan untuk
dewasa dan anak-anak yaitu Recombivax HB Merck and Co., Inc. dan Engerix B SmithKline Beecham Biologicals . Pemberiannya secara bertahap sebanyak
tiga dosis, diberikan intramuskular pada musk ulus deltoid. Kombinasi Hepatitis B Immune Globulin dan vaksinasi hepatitis B
dimulai dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, diikuti dengan tiga dosis imunisasi yang jadwalnya dimulai pada
usia 1-2 bulan, telah terbukti melindungi
85-95 dari
bayi yang
ibunya positif
untuk kedua HBsAg dan HBeAg Geeta, and Riyaz, 2013.
Tabel 2.2 Jadwal dan Rute Pemberian Vaksinasi Hepatitis B
Vaksinasi Jadwal
Pemberian Rute
Pemberian Keterangan
Bayi 0, 1, dan 6
bulan paha anterolateral
pada bayi baru lahir dan bayi 1
tahun usia intramuskuler ke
daerah
deltoid pada anak-anak ≥
usia 1 tahun Pemberian
imunoglobulin hepatitis
B berkontribusi untuk mencegah infeksi neonatus
Tingkat seroprotection
antibodi terhadap
HBsAg anti-HBs hamper mendekati 100
pada anak-anak
Dewasa sehat
0,1, dan 6 bulan
intramuskuler ke
daerah deltoid
Tingkat seroprotection
antibodi terhadap
HBsAg anti-HBs hampir 95 pada orang dewasa muda yang sehat.
Diberikan setelah terpapar hepatitis B sebagai profilaksis
Dewasa dengan
faktor resiko
0,1,2, dan 6 bulan
intramuskuler ke
daerah deltoid
Diberikan pada orang yang sudah lanjut usia, obesitas,
perokok berat
atau immunocompromised, termasuk mereka yang
terinfeksi HIV serta pasien imunodefisiensi menjalani
hemodialisis atau
terapi imunosupresan
karena mereka
memiliki respon yang suboptimal letika divaksin asi.
Memerlukan dosis yg lebih be sar dan suntikan vaksin lainnya
Dewasa petugas
kesehatan 0,1, dan 2
bulan. Diikuti
dosis penguat
pada bulan ke-12
intramuskuler ke
daerah deltoid
Perlindungan yang cepat yaitu bagi pekerja perawatan kesehatan yang terkena hepatitis B
virus atau berhubungan seksual dengan orang yang rentan terkena hepatitis B akut
Sumber: Franco, et al., 2012. Tempat injeksi dan cara pemberian merupakan faktor penting dalam
mencapai respon yang optimal. Suntikan intradermal dan administrasi di gluteus tidak dianjurkan. Vaksin hepatitis B dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping
umumnya ringan, sementara , dan terbatas pada tempat suntikan eritema, pembengkakan, indurasi. Reaksi sistemik kelelahan, demam ringan, sakit kepala,
mual, nyeri perut jarang terjadi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, keamanan vaksin hepatitis B telah dipertanyakan, namun studi ekstensif
menyimpulkan bahwa tidak ada alasan untuk mengubah kebijakan vaksinasi.
Vaksinasi hepatitis B tidak kontraindikasi apabila diberikan pada wanita hamil atau menyusui. Satu-satunya kontraindikasi absolut yang diketahui adalah adanya
hipersensitifitas terhadap komponen dari vaksin atau riwayat anafilaksis dengan dosis sebelumnya Franco, et al., 2012.
Menurut Lubis 2008, Rekomendasi Pemberian vaksin hepatitis B yaitu: A.
Preexposure 1. Seluruh infants
2. Remaja 11-12 tahun 3. Petugas kesehatan yang beresiko terpapar dengan dar ah atau
penggunaan jarum suntik 4. Staf pada perawatan cacat mental
5. Pasien hemodialisa 6. Homoseksual laki-laki yang aktif
7. Heteroseksual laki-laki dan wanita yang aktif 8. Pecandu obat obat suntik
9. Penerima donor darah 10. Anak-anak yang diadopsi dari negara endemik virus hepatitis B
B. Postexposure
1. Infants yang lahir dari ibu dengan virus hepatitis B positif Penelitian menunjukkan bahwa antibodi yang di induksi oleh vaksin
bertahan selama periode minimal 10 -15 tahun dan bahwa durasi anti -HBs berhubungan dengan tingkat puncak tercapainya antibodi setelah vaksinasi primer
dilakukan. Penelitian lebih lanjut terhadap vaksin telah menunjukkan bahwa konsentrasi antibodi biasanya menurun dari waktu ke waktu, tetapi infeks i secara
klinis jarang terjadi. Bukti juga menunjukkan bahwa individu yang berhasil divaksinasi yang telah kehilangan antibodi dari waktu ke waktu biasanya
menunjukkan respon yang cepat bila di berikan dengan dosis vaksin tambahan atau bila terkena birus hepatitis B. Ini berarti bahwa memori imunologi HBsAg dapat
hidup lebih lama daripada deteksi anti-HBs, dimana memberikan perlindungan jangka panjang terhadap penyaki t akut Franco, et al., 2012.
Imunisasi rutin untuk pekerja kesehatan terhadap infeksi hepatitis B adalah cara yang efektif untuk melindungi mereka. Vaksin hepatitis B sangat efektif,
vaksin juga relatif murah dan tersedia secara luas. Beberapa yang perlu diperhatikan adalah:
1. Melakukan imunisasi pada petugas kesehataan pada awal mereka masuk kerja.
2. Uji serologi pre-vaksinasi tidak terlalu diperlukan, tetapi mungkin menghemat sumber daya jika memungkinkan dan jika prevalensi
kekebalan tinggi. 3. Menggunakan jadwal tiga suntikan yaitu pada 0, 1 dan 6 bulan
4. Jika memungkinkan, mengkontrol tingkat antibodi antara dua sampai enam
bulan setelah dosis terakhir diberi. 5. Jangan mengambil booster secara rutin sebagai perlindungan seumur
hidup WHO, 2011. Untuk pasien immunocompromised, dilakukan pemeriksaan rutin dan
administrasi booster saat kadar antibodi anti -HBs turun di bawah 10 mIU mL . Antibodi terhadap antigen permukaan hepatitis B terutama ditargetkan untuk
mengikat asam amino daerah hidrofilik, disebut sebagai determinan HBsAg. Vaksinasi hepatitis B memberikan perlindungan terhadap infeksi d ari semua
genotipe virus hepatitis B dan bertanggung jawab untuk kekebalan tubuh. Beberapa yang perlu diperhatikan dalam memahami vaksinasi hepatitis B:
1. Setiap orang yang tinggal dengan atau memiliki hubungan seksual
dengan seseorang yang tertular hepatitis B kronik harus divaksinasi. 2.
Vaksinasi diberikan pada mereka yang berisiko tinggi tertular hepatitis B, seperti perawat; mereka yang tingkah laku seksualnya
rentan terhadap virus hepatitis B prostitusi, lelaki heteroseksual dengan banyak pasangan, lelaki homoseksual; orang yang kerap
memerlukan transfusi darah atau produk darah seperti pasien cuci darah karena ginjal atau hemofilia, atau mereka yang tinggal di
daerah di mana transfusi darah tidak disaring.
3. Vaksin diindikasikan untuk bayi baru lahir yang ibunya memiliki
antigen permukaan HBV positif 4.
Vaksin diberikan untuk pekerja kesehatan pasc a pajanan yang sebelumnya tidak diimunisasi.
5. Booster diberikan pada orang yang t idak membentuk antibodi
permukaan HBV HBVsAb pada 6 -8 minggu setelah melengkapi paket vaksinasi.
6. Hiperimunoglobulin diindikasikan untuk bayi baru lah ir dari ibu yang
merupakan karier antigen permukaan hepatitis B yang juga antigen e HBV HBVeAb negatif.
Paket yang dipercepat dapat diberikan dalam situasi pasca pajanan
minggu 0,2,4, dan 8. Interferon dosis rendah telah terlihat dapat mengurangi insidensi hepatoma pada pasien dengan sirosis Franco, et al., 2012.
B .
Universal Precaution
Standar Precaution merupakan hal pokok dalam universal precaution tindakan pencegahan terhadap darah dan cairan tubuh, yang dibuat untuk
mengurangi resiko transmisi pat ogen yang dapat ditularkan melalui darah dan body substance isolation dibuat untuk mengurangi resiko transmisi patogen
melalui cairan tubuh, serta diaplikasikan pada semua pasien yang dirawat di rumah sakit, tanpa memandang diagnosis atau status infeksinya. Soedarmo, et al..
2012. Dasar kewaspadaan universal ini meliputi, pengelolaan alat kesehatan,
cuci tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diantaranya sarung tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang
lain, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan, pengelolaan limbah Depkes RI, 2003.
Perlengkapan pelindung pribadi termasuk sarung tangan, kacamata , masker, gaun dan celemek plastik. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Memastikan kecukupan pasokan alat pelindung diri di semua area 2. Melibatkan perawat atau petugas kesehatan lainn ya dalam pemilihan
alat pelindung diri dimana peralatan yang kualitasnya buruk dan tidak nyaman dipakai tidak akan digunakan
3. Melatih perawat atau petugas kesehatan lainnya dalam penggunaan yang benar dari alat pelindung diri
4. Menetapkan perawat yang sudah
senior atau yang sudah
berpengalaman sebagai model untuk mempromosikan alat pelindung diri.
5. Memantau kepatuhan dan penggunaan yang tidak tepat dari alat pelindung diri WHO, 2011.
Menurut WHO 2011, Standard Precaution merupakan suatu praktek kontrol infeksi yang diperlukan terhadap semua pasien di fasilitas pelayanan
kesehatan dengan dasar pencegahan “standar” termasuk praktek kerja yang mendasar, untuk memberikan proteksi tingkat tinggi terhadap pasien, pekerja
kesehatan, dan pengunjung. Hal -hal yang merupakan praktek dari standard precaution adalah:
1. Mencuci tangan dan antiseptik tangan kebersihan tangan.
2. Menggunakan alat pelindung diri saat bersentuhan dengan darah,
cairan tubuh, ekskresi, dan sekresi. 3.
Penanganan yang tepat terhadap alat yang digu nakan untuk merawat pasien dan kain-kain kotor.
4. Mencegah luka akibat jarum atau alat-alat tajam.
5. Kebersihan lingkungan dan pengelolaan zat -zat yang tumpah
6. Penanganan sampah dengan tepa t