Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAH ASAN
sebesar 65.4 responden. Untuk mahasiswa dengan tingkat pengetahuan kategori sedang diperoleh sebesar 30.8 , sedangkan untuk kategori kurang diperoleh
3.8.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setiana D tahun 2011 pada 54 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang mengenai
pengetahuan, sikap dan praktik mahasiswa kedokteran terhadap pencegahan infeksi menunjukkan sebagian besar mahasiswa memiliki pengetahuan yang cukup terhadap
pencegahan infeksi 57,4. Penelitian lain yang dilakukan oleh Gioula G dkk
menunjukkan hanya 46,8 mahasiswa yang mengetahui tentang pencegahan infeksi hepatitis B
. Berdasarkan penelitian Novertha 2013
yang telah dilakukan di RS X pada bulan Desember - April 2013 terhadap 80 orang mahasiswa kepaniteraan klinik
sebagai responden mengenai tingkat pengetahuan dan praktik tentang pencegahan dan penularan infeksi hepatitis B
,
menunjukkan tidak ada satupun mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahua n yang baik, sebagian besar pengetahuan mahasiswa
termasuk dalam kategori cukup 67,5, dan 32,5 mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori buruk.
Perbedaan hasil tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan metode penelitian, kuesioner yang digu nakan dan juga perbedaan
sampel yang mengikutsertakan berbagai fakultas. Selain itu, perbedaan sistem perkuliahan di universitas yang berbeda akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
mahasiswa tentang hepatitis B. Distribusi frekuensi pengetahuan responden te ntang cara-cara penularan
hepatitis B Tabel 5.4, dari penelitian ini diperoleh bahwa 2 dari 3 pertanyaan mengenai cara-cara penularan hepatitis B lebih dari 80 dijawab responden
dengan benar. Sedangkan pertanyaan lainnya kurang dari 80 dijawab responde n dengan benar. Hasil penelitian berkaitan dengan cara penularan infeksi hepatitis B
yang dilakukan Gioula G dkk juga menunjukkan hal serupa dengan hasil penelitian ini, dimana 86.2 mahasiswa mengetahui cara penularan infeksi
hepatitis B. Penelitian lain yang dilakukan oleh Keseima dkk pada tahun 2011 tentang pengetahuan terhadap hepatitis B pada petugas kesehatan di ruang operasi
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai faktor risiko terinfeksi hepatitis B. 91,7 perca ya bahwa infeksi virus
hepatitis B dapat ditularkan melalui paparan perkutan , kontak antara selaput
lendir dengan darah, dan kontak kulit yang tidak utuh dengan jaringan yang berpotensi terinfeksi. Pengetahuan mengenai penularan hepatitis B dapat
diperoleh melalui sosialisasi dalam perkuliahan. Selain melalui sosialisasi, informasi juga dapat diperoleh melalui poster, buku, dan media informasi lainnya.
Kurangnya kesadaran serta minat dalam pencarian informasi mengenai cara pencegahan infeksi hepatitis B ju ga mempengaruhi tingkat pengetahuan
mahasiswa. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tent ang kelompok–kelompok
yang berisiko terinfeksi hepatitis B Tabel 5.5, dari penelitian ini diperoleh bahwa mayoritas dari responden menjawab pertanyaan meng enai kelompok-
kelompok yang berisiko tinggi dengan benar yaitu 74 orang 94.9.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Noubiap dkk tahun 2012 pada 111 orang mahasiswa
kedokteran mengenai
tingkat pengetahuan terhadap vaksinasi hepatitis B dan pelaksanaan vaksinasi pada mahasiswa kedokteran di Kamerun menunjukan
78.4 responden mengetahui bahwa mer eka merupakan kelompok yang beri siko tinggi terinfeksi hepatitis B dibandingkan dengan populasi umumnya. Penelitian
lain yang dilakukan oleh Robotin dkk pada tahu n 2013 tentang dampak dari program pendidikan kedokteran yang berkelanjutan terhadap pengetahuan
hepatitis B pada penyedia perawatan primer di Australia menunjukkan bahwa 60 responden mengetahui kelompok -kelompok yang lebih berisiko terinfeksi
hepatitis B yaitu orang dengan keadaan imunitas yang rendah, homoseksual dan pemakai jarum suntik narkoba. Pengetahuan responden ten tang kelompok-
kelompok yang berisiko terinfeksi hepatitis B mungkin bisa di dapat dari perkuliahan serta dari beberapa buku -buku yang di baca oleh responden mengenai
infeksi. Mahasiswa harus secara aktif membaca buku, atau membaca sumber - sumber informasi yang lainnya karena tidak semua materi dapat disampaikan
dalam perkuliahan. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang universal precaution
Tabel 5.6, dari penelitian ini diperoleh bahwa semua pertanyaan mengenai universal precaution lebih dari 80 dijawab benar oleh responden.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mohammadi dkk tahun 2010 pada 138 responden
tentang pengetahuan, praktik dan paparan terhadap infeksi hepatitis B
menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab dengan benar pertanyaan mengenai
universal precaution meliputi pertanyaan mengenai
pemakaian sarung tangan sebelum memeriksa pasien 95.7 serta pemb uangan jarum suntik habis pakai pada te mpatnya 57. Pengetahuan dapat dipengaruhi
oleh pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain, semakin banyak pengalaman seseorang maka semakin baik pengetahuannya. Pengalaman setiap
orang berbeda-beda sehingga tingkat pengetahuan antar individupun berbeda pula. Pengalaman bisa diperoleh pada saat melakukan skill lab ataupun pada kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi di kampus. Baiknya pengetahuan mahasiswa mengenai hal di atas dapat disebabkan kar ena mahasiswa telah
mendapatkan materi tersebut saat dibangku perkuliahan dan melalui program skill lab sehingga mahasiswa memiliki informasi dan pengalaman mengenai hal
tersebut. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang vaksinasi Hepatitis B
Tabel 5.7, dari penelitian ini diperoleh bahwa 4 dari 6 pertanyaan mengenai vaksinasi hepatitis B lebih dari 80 dijawab responden dengan benar, sedangkan
2 pertanyaan lainnya mengenai vaksinasi hepatitis B kurang dari 80 dijawab responden dengan benar. Penelitian yang dilakukan oleh Robotin dkk tentang
pada tahun 2013 menunjukkan bahwa 90 responden dapat mengidentifikasikan secara tepat kelompok-kelompok yang memerlukan vaksinasi hepatitis B, tetapi
dalam penelitian ini ditemukan lebih dari setengah respo nden juga
merekomendasikan kelompok -kelompok
yang berisiko
rendah untuk
mendapatkan vaksinasi hepatitis B. Penelitian lain yang dilakukan oleh Wah dkk tentang kesadaran dan pengetahuan tentang infeksi hepatitis B serta pencegahan
dan penggunaan vaksinasi hepatitis B terhadap populasi Cina di Hong Kong menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui hepatitis B dapat
dicegah dengan vaksinasi hepatitis B dan bukan dengan diet yang seimbang secara tunggal. Penelitian yang dilakukan oleh Noubiap dkk tenta ng tingkat pengetahuan
terhadap vaksinasi hepatitis B dan pelaksanaan vaksinasi pada mahasiswa kedokteran di Kamerun menunjukkan 97.3 responden sadar akan eksistensi dari
vaksinasi hepatitis B tetapi, pengetahuan mereka mengenai vaksin sangat kurang jawaban benar sebanyak 44.6, serta hanya 36.9 responden mengetahui
bahwa vaksinasi hepatitis B adalah aman. Mahasiswa kedokteran yang nantinya akan menjadi bagian dari petugas kesehatan seharusnya memiliki pengetahuan
yang baik mengenai pencegahan infeksi h epatitis B mengingat sebelumnya telah dibekali ilmu dan pengetahuan selama perkuliahan. Dalam proses perkuliahan
mahasiswa dituntut lebih aktif dalam memperoleh informasi karena dosen tidak mengajarkan semua materi, namun pada kenyataannya beberapa mahasis wa
memiliki kesadaran yang
kurang dalam pencarian informasi lebih lanjut.