remnant
. Hipoksia menyebabkan peningkatan ekspresi antigen dan pelepasan sitokin pada tubulus yang merangsang pembentukan kolagen intrarenal. Tidak ada
alat yang dapat mengukur aliran darah atau oksigen intrarenal, sehingga hal ini hanya dapat diukur secara tidak langsung. Hilangnya kapasitas konsentrasi urin
merupakan salah satu alat ukur yang paling sensitif untuk mengetahui kerusakan ginjal pada keadaan hipoperfusi Brezis, 1995.
2.4 Vitamin E
Vitamin E pertama sekali ditemukan sekitar awal 1920-an. Vitamin E
memiliki delapan struktur isomer tokoferol dan tokotrienols alpha α, beta β,
gamma dan delta δ tocopherol dan tocotrienol Brigelius,1999. Vitamin E
- tocoferol
merupakan vitamin larut dalam lemak dan merupakan antioksidan dan berfungsi penting dalam pemeliharaan integritas membran sel utama tubuh.
Defisiensi
-tocoferol
di manifestasikan pada gangguan neuromuskular, pembuluh darah dan sistem reproduksi, disfungsi membrane akibat degradasi
oksidatif pada lemak tak jenuh membran
phospholipid
dan atau gangguan proses kritikal seluler Terbelence, 2000.
Vitamin E merupakan pemutus rantai peroksida lemak pada membran. Vitamin E mengendalikan peroksida lemak dengan menyumbangkan ion hidrogen
ke dalam reaksi, sehingga mengubah radikal peroksil hasil peroksidasi lipid menjadi radikal tokoferol yang kurang reaktif, menyekat aktivitas tambahan yang
dilakukan oleh peroksida, sehingga memutus reaksi berantai dan bersifat membatasi kerusakan Burton, 1994; Bregelius-Fohe, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian tentang efek antioksidan vitamin E pada hewan percobaan menggunakan dosis vitamin E berdasarkan berat badan hewan percobaan atau
jumlah vitamin E yang dicampurkan dalam diet. Sureda 2005 menunjukkan bahwa pemberian vitamin E memberikan perbaikan pada eritrosit, limfosit, tetapi
tidak pada neutrophil. Lipid dan zat asam thiobarbituric rekatif TBARS dalam plasma dan dalam serat otot pada tikus yang terbentuk dengan olah raga berat
selama empat minggu dapat diturunkan dengan pemberian suplemen vitamin E. Verma
et al
., 2001 mendapatkan pemberian vitamin E 2 mghari per oral selama 45 hari mampu meningkatkan aktivitas enzim
superoxide dismutase
,
glutathione peroxidase
, dan
catalase
, serta menurunkan kadar MDA testis mencit yang dipaparkan aflatoksin 25 ghari per oral selama 45 hari. Zhang 1997 meneliti
pemberian vitamin E dengan dosis 2 mghari per oral selama 90 hari mampu menghambat terjadinya proses lipid peroksidasi, apoptosis, perubahan DNA, dan
kanker pada ginjal mencit yang dipapari zat besi. Obianime; Roberts I.I 2009 mendapatkan adanya efek antioksidan yang sama antara vitamin C dan Vitamin E
pada jaringan histologi ginjal dan testis mencit yang di papari kadmium. Dalam hal ini pemberian vitamin E 1,51 mghari peroral selama empat 30 hari dapat
melindungi jaringan ginjal dan testis pada mencit yang terpapar kadmium yang dapat bertindak sebagai radikal bebas dan bersifat hepatotoksik.
Secara klinis, vitamin E juga bermanfaat melindungi membran dasar glomerulus ginjal dan menghambat proses pengentalan darah agregrasi platelet
Saran
et al.,
2003. Jika kekurangan vitamin E, dapat terjadi nefritis dimana tubulus tidak dapat dilewati urine yang ditandai dengan degenerasi basal yang
Universitas Sumatera Utara
progresif. Jika hal ini berkepanjangan maka tubulus akan hancur, namun penambahan vitamin E akan memperbaiki kondisi ini. Vitamin E membantu sel
bertahan hidup dengan penurunan kebutuhannya akan oksigen, mencegah jaringan parut dan kerusakan ginjal oleh karena bahan kimia beracun serta meningkatkan
aliran urine Crawford, 2010.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi FMIPA USU Medan mulai dari Februari 2011 sampai dengan Maret 2011.
3.2 Variabel Penelitian 3.2.1 Variabel independen
a. Latihan fisik maksimal
b. Vitamin E