tampak papila mengalami nekrosis koagulativa, disertai kalsifikasi distrofik Price, 2005. Junqueira, 2008. Korteks mengalami atrofi, fibrosis intertisial, dan
sebukan sel radang. Dinding pembuluh darah kecil dalam papila dan submukosa saluran kemih menunjukkan gambaran khas penebalan membran basal yang
positif pada pulasan PAS Wijaya, 1996.
2.3.1 Tubulus Proksimal
Tubulus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran yang lurus di medula ginjal pars desendens Ansa Henle. Tubulus kontortus
proksimal terdapat banyak pada korteks ginjal dengan diameter sekitar 60 μm dan panjang sekitar 14 mm. Tubuluskontortus proksimal terdiri dari pars konvulata
yang berada di dekatkorpuskulus ginjal dan pars rekta yang berjalan turun di medula dan korteks, kemudian berlanjut menjadi lengkung Henle di medulla
Gartner dan Hiatt, 2007. Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat glomerulus 80-85 dengan cara reabsorpsi melalui transport dan pompa
natrium. Glukosa, asam amino dan protein seperti bikarbonat, akan diresorpsi. Epitel yang melapisi tubulus ini adalah selapis kuboid atau silindris yang
menunjang dalam mekanisme absorbsi dan ekskresi. Sel-sel epitel ini memiliki sitoplasma asidofilik yang disebabkan oleh adanya mitokondria panjang dalam
jumlah besar. Apeks sel memiliki banyak mikrovili dengan panjang sekitar 1 μm, yang membentuk suatu
brush border
Guyton dan Hall, 2007; Junqueira
Universitas Sumatera Utara
e
t.al
.,2005.
Gambar 2. Histologi Ginjal Nornal Eroschenko, 2003
Pada medula bagian luar, ruas tebal desenden, dengan garis tengah luar sekitar 60 μm, secara mendadak menipis sampai sekitar 12 μm dan berlanjut
sebagai ruas tipis desenden. Lumen ruas nefron ini lebar karena dindingnya terdiri atas sel epitel gepeng yang intinya hanya sedikit menonjol ke dalam lumen. Bila
ruas tebal asenden lengkung Henle menerobos korteks, struktur histologisnya tetap terpelihara tetapi menjadi berkelok-kelok disebut tubulus kontortus distal,
yaitu bagian terakhir nefron. Tubulus ini dilapisi oleh sel-sel epitel selapis kuboid Junqueira
et al
., 2005. Sel epitel tubulus sangat peka terhadap anoksia dan rentan terhadap toksin. Beberapa faktor memudahkan tubulus mengalami toksik,
termasuk permukaan bermuatan listrik yang luas untuk reabsorbsi tubulus, sistem transpor aktif untuk ion dan asam organik, dan kemampuan melakukan pemekatan
secara efektif, selain itu kadar sitokrom P450 yang tinggi untuk mendetoksifikasi atau mengaktifkan toksikan Cotran
et al.
, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Mekanisme kerusakan ginjal akibat hipoksia