BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Zakat dan Infak Sedekah
a. Zakat
Dari segi bahasa, zakat berarti tumbuh, bersih, berkah, berkembang dan baik. Sedangkan dari segi istilah, zakat berarti mengeluarkan sejumlah harta tertentu
yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan istilah sangat nyata
dan erat sekali, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan mensucikan orang yang mengeluarkannya dan
menumbuhkan pahala. Sedangkan dalam istilah ekonomi, zakat merupakan tindakan pemindahan kekayaan dari golongan
kaya kepada golongan tidak punya. Z
akat produktif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahik sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi yaitu untuk menumbuhkembangkan
tingkat ekonomi dan potensi produktifitas mustahik.
b. Infak Sedekah
Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu harta untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infak
adalah mengeluarkan sebagian harta atau pendapatan penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya, infak
Universitas Sumatera Utara
tidak mengenal nisab. Jika zakat harus diberikan kepada mustahik tertentu 8 asnaf, maka infak boleh diberikan kepada siapapun juga, misalnya untuk kedua
orang tua atau anak yatim. Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang suka
bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Menurut terminologi syariat, pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga
hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi, dan sedekah memiliki arti lebih luas dari sekedar material, misalnya
senyum itu sedekah. Dari hal ini yang perlu diperhatikan adalah jika seseorang telah berzakat tetapi masih memiliki kelebihan harta, sangat dianjurkan sekali
untuk berinfak atau bersedekah.
2. Tujuan Zakat dan Infak Sedekah
Adapun tujuannya antara lain yaitu: a.
Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan.
b. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para mustahik
penerima zakat. c.
Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama Muslim dan manusia pada umumnya.
d. Menghilangkan sifat kikir atau serakah pada pemilik harta.
Universitas Sumatera Utara
e. Membersihkan sifat iri dan dengki kecemburuan sosial dari hati orang-
orang miskin. f.
Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu masyarakat.
g. Mengembangkan rasa tanggungjawab sosial pada diri seseorang, terutama
pada mereka yang mempunyai harta. h.
Mendidik manusia untuk berdisplin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.
3. Golongan yang Berhak Menerima Zakat dan Infak Sedekah
Golongan yang berhak menerima zakat telah diatur dalam ajaran syariat Islam, yakni ada 8 golongan. Ketentuan ini diatur dalam Al Qur’an surat At-Taubah ayat
60. Ulama berbeda pendapat mengenai penyaluran dari 8 golongan ini, ada yang berpendapat bahwa dana zakat harus dibagikan menurut 8 golongan tersebut sesuai
dengan bagiannya, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya, dana zakat dibagikan sesuai dengan prioritasnya asalkan ia tidak keluar dari 8 golongan
tersebut. Sedangkan untuk infak, peraturan bagi kategori kelompok penerima lebih luas
daripada zakat, artinya distribusi infak dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkannya.
4. Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
a. Pengertian Organisasi Pengelola Zakat
Organisasi Pengelola Zakat merupakan sebuah institusi yang bergerak dibidang pengelolaan dana zakat, infak dan sedekah. Keberadaan organisasi
pengelola zakat di Indonesia diatur oleh beberapa peraturan peundang- undangan, yaitu: UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat,
Keputusan Menteri Agama No. 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999, dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
dan Urusan Haji No. D291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.
Dalam peraturan peundang-udangan di atas, diakui adanya dua jenis organisasi pengelola zakat, yaitu:
1 Badan Amil Zakat, adalah organisasi pengelolaan zakat yang dibentuk
oleh pemerintah. 2
Lembaga Amil Zakat, adalah organisasi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah.
b.Tugas Organisasi Pengelola Zakat
Zakat sebagai sarana pemberdayaan umat harus diorganisir secara profesional dan modern. Hal ini berkaitan dengan tugas pokok amil zakat yaitu:
1 Pengumpulan Collecting
Di zaman modern ini sistem pengumpulan zakat juga harus menggunakan cara-cara modern. Salah satunya adalah dengan mengusahakan sistem
fundraising. LAZ jangan hanya menunggu orang yang mau membayar
Universitas Sumatera Utara
zakatnya, tetapi harus proaktif menjemputnya. Fundraising adalah salah satu langkahnya. Fundraising bisa dilakukan dengan cara presentasi secara
langsung, bisa juga dengan menggunakan aneka media seperti; surat, barang cetakan brosur, leaflet dan poster, penerbitan buku, bulletin, majalah dan
koran, atau iklan dalam media cetak atau elektronik. Dengan cara ini diharapkan dana yang didapat bisa lebih besar sehingga langkah-langkah
pemberdayaan ekonomi umat dalam rangka mengentaskan kemiskinan bisa lebih mudah direalisasikan.
2 Pengelolaan Managing
Dana zakat, infak dan sedekah yang telah terhimpun harus dikelola dengan baik. Dana zakat yang masuk income harus bisa diolah dan
diberdayakan, sehingga tidak ada kesan segera setelah dana zakat itu masuk, dana langsung keluar dibagikan kepada mustahik. Inovasi kreatif inovatif
harus senantiasa dilakukan sehingga manfaat dari dana tersebut benar-benar bisa dirasakan secara optimal oleh umat. Dana zakat yang terkumpul
mungkin bisa diinvestasikan, dijadikan modal usaha qardul hasan untuk kalangan bawah, dibelikan kepada barang yang menghasilkan dan
pengoperasiannya diserahkan kepada para mustahik, yang penting bisa menghasilkan dan menambah kas dana zakat. Dengan cara ini diharapkan
dana zakat yang ada bisa mempunyai dampak rambatan yang luas multiplier effect terhadap kehidupan ekonomi masyarakat. Untuk pemanfaatan dana
zakat, bentuk inovasi distribusi dikategorikan dalam empat bentuk antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a Bersifat konsumtif tradisional, yaitu zakat dibagikan kepada mustahik
untuk dimanfaatkan secara langsung seperti zakat fitrah yang diberikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat
maal yang dibagikan kepada para korban bencana alam. b
Bersifat konsumtif kreatif, yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula, seperti diberikan dalam bentuk alat-alat
sekolah atau beasiswa pendidikan. c
Bersifat produktif tradisional, dimana dana zakat diberikan dalam bentuk barang-barang yang produktif seperti kambing, sapi, mesin
jahit dan lain-lain. Pemberian dalam bentuk ini akan dapat menciptakan suatu usaha yang membuka lapangan kerja bagi fakir
miskin. d
Bersifat produktif kreatif, yaitu dana zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk membangun proyek sosial atau menambah
modal pedagang pengusaha kecil. Dua jenis pemanfaatan dana zakat yang terakhir ini adalah langkah inovatif
dalam rangka memberdayakan dan meningkatkan perekonomian umat.
3 Pendistribusian Distributing
Secara garis besar model pendistribusian dana zakat ini dibedakan dalam 2 macam sesuai dengan kelompok penerimanya, yaitu:
a Kelompok pertama, yaitu penerima zakat yang masih produktif.
Kelompok pertama ini adalah fakir miskin dari kalangan anak jalanan,
Universitas Sumatera Utara
ibnu sabil, muallaf, gharim dan sabilillah. Kelompok ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah.
b Kelompok kedua, yaitu penerima zakat yang tidak produktif.
Kelompok ini adalah fakir miskin dari kalangan orang-orang uzur, jompo, orang gila, dan orang yang tidak ada kemungkinan untuk
bekerja lagi. Apabila ketiga tugas pokok amil zakat ini dilakukan dengan baik dan
profesional maka zakat sebagai sarana pemberdayaan ekonomi umat akan lebih terasa manfaatnya. Oleh karena itu, LAZ yang baik dan profesional
adalah bagian dari solusi untuk mengentaskan kemiskinan dikalangan umat.
5. Zakat dan Infak Dalam Perpektif Sosial Ekonomi
Dalam konteks sosial ekonomi, institusi zakat dan infak memiliki berbagai implikasi ekonomi penting baik di tingkat mikro maupun makro. Di tingkat mikro, zakat dan infak
memiliki implikasi ekonomi terhadap perilaku konsumsi dan tabungan individu serta perilaku produksi dan investasi perusahaan tanpa berpengaruh negatif pada insentif
bekerja. Sedangkan di tingkat makro, zakat dan infak memiliki implikasi ekonomi terhadap efisiensi alokatif, penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, stabilitas
makro ekonomi, distribusi pendapatan, pengentasan kemiskinan dan jaring pengaman sosial.
Dengan perspektif ini maka implikasi ekonomi zakat dan infak sebagaimana yang dibahas di atas, baru dapat kita saksikan secara nyata ketika zakat dan infak diterapkan
Universitas Sumatera Utara
secara komprehensif dan simultan dengan fitur-fitur sistem ekonomi Islam lainnya seperti pelarangan riba, uang sebagai alat tukar dan bukan komoditas, kepemilikkan tanah dan
alat-alat produksi yang berkeadilan, implementasi equity financing secara luas dan lain- lain.
Ketika zakat dan infak diterapkan namun riba terus berjalan, maka dampak zakat dan infak terhadap pengentasan kemiskinan akan terlihat menjadi minimal bahkan tidak ada
sama sekali. Hal ini dikarenakan dampak riba terhadap peningkatan kemiskinan adalah ekstensif, seperti melalui eksploitasi pemilik modal terhadap peminjam maupun melalui
inflasi yang ditimbulkannya secara makro. Hal ini menjelaskan mengapa peningkatan dana zakat dan infak seolah tidak berkorelasi dengan jumlah orang miskin yang cenderung
terus meningkat.
6. Zakat dan Infak untuk Usaha Produktif
Pendayagunaan zakat dan infak dapat didefinisikan sebagai upaya pemberdayaan penerima zakat dan infak sebagai sasaran dengan memproduktifkan dana zakat dan infak.
Namun dalam penyalurannya, lembaga penyalur zakat harus mampu melakukan inovasi agar zakat dan infak bisa lebih berdaya guna. Inovasi ini penting supaya dana yang
dihimpun memiliki daya manfaat agar kaum dhuafa bisa mandiri, serta dampak yang luas dan jangka panjang dengan harapan pada tahun berikutnya mustahik telah berubah
menjadi muzakki. Keberhasilan zakat dan infak dalam mengentaskan kemiskinan disebabkan zakat dan
infak tidak saja diperuntukkan bagi kepentingan konsumtif, tetapi lebih banyak untuk kepentingan produktif. Penyaluran dan penggunaan dana untuk kepentingan produktif
Universitas Sumatera Utara
bisa diberikan dalam bentuk bantuan modal usaha kepada mereka yang masih punya kemampuan bekerja dan berusaha. Tentunya, disertai pula dengan dukungan teknik dan
manajemen bagi kaum ekonomi lemah, sehingga mereka bisa mandiri dan terlepas dari kemiskinan.
Untuk itu, zakat dan infak produktif pada tahap awal harus mampu mendidik mustahik sehingga benar-benar siap untuk berubah. Karena tidak mungkin kemiskinan itu dapat
berubah kecuali dimulai dari perubahan mental si miskin itu sendiri. Orang miskin harus dibebaskan terlebih dahulu dari kemiskinan jiwanya sehingga tidak mudah untuk
meminta-minta dan membuat jiwa si miskin menjadi kaya dan siap untuk berusaha.
7. Pengaruh Zakat dan Infak Terhadap Perekonomian
Zakat dapat dijadikan instrumen utama kebijakan fiskal suatu negara, begitupula dengan infak. Jika dikelola dengan baik, zakat dan infak akan menjadi salah satu solusi
dari sasaran akhir perekonomian suatu negara. Yakni terciptanya kesejahteraan bagi masyarakat. Paling tidak ada beberapa efek jika zakat dan infak dikelola dengan baik
antara lain:
a. Zakat dan infak mendorong pemilik modal mengelola hartanya. Jika
seseorang menginvestasikan hartanya, maka ia tidak dikenakan kewajiban zakat mal. Hal ini dipandang mendorong produktifitas, karena uang yang
selalu diedarkan dimasyarakat akhirnya perputaran uang beredar bertambah. Akhirnya perekonomian suatu negara akan berjalan lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
b. Meningkatkan etika bisnis. Kewajiban zakat dikenakan pada harta yang
diperoleh dengan cara yang halal. Zakat dan infak memang menjadi pembersih harta, tetapi tidak membersihkan harta yang diperoleh secara
batil. Maka hal ini akan mendorong pelaku usaha agar memperhatikan etika bisnis.
c. Pemerataan pendapatan. Pengelolaan zakat dan infak yang baik dan alokasi
yang tepat sasaran akan mengakibatkan pemerataan pendapatan. Hal inilah yang dapat memecahkan permasalahan utama bangsa Indonesia
kemiskinan. Kemiskinan di Indonesia tidak terjadi karena sumber pangan yang kurang, tetapi distribusi bahan makanan itu yang tidak merata,
sehingga banyak orang yang tidak memiliki kemudahan akses yang sama terhadap bahan pangan tersebut. Dengan zakat, distribusi pendapatan itu
akan lebih merata dan tiap orang akan memiliki akses lebih terhadap distribusi pendapatan.
d. Pengembangan sektor Riil. Salah satu cara pendistribusian zakat dan infak
dapat dilakukan dengan memberikan bantuan modal usaha bagi para mustahik. Pendistribusian zakat dan infak dengan cara ini akan memberikan
2 efek yaitu meningkatkan penghasilan mustahik dan juga akan berdampak pada ekonomi secara makro. Usaha yang dilakukan tersebut merupakan
usaha untuk meningkatkan sektor riil, menggerakkan pertumbuhan dan aktifitas perekonomian. Hal ini sangat erat kaitannya dengan daya saing
kompetitif dan komparatif suatu bangsa. Ukuran produktifitas suatu bangsa
Universitas Sumatera Utara
dapat dilihat dari kemampuan sektor riil-nya dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.
e. Sumber dana pembangunan. Banyak kaum dhuafa yang sangat sulit
mendapatkan fasilitas kesehatan, pendidikan, maupun sosial ekonomi. Lemahnya fasilitas ini akan sangat berpengaruh dalam kehidupan kaum
termarjinal. Kesehatan dan pendidikan merupakan modal dasar agar SDM yang dimiliki oleh suatu negara berkualitas tinggi. Peran dana zakat dan
infak sebagai sumber dana pembangunan fasilitas kaum dhuafa akan mendorong pembangunan ekonomi jangka panjang. Dengan peningkatan
kesehatan dan pendidikan diharapkan akan memutus siklus kemiskinan antar generasi
8. Pengertian Pendapatan Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dua segi, yaitu:
a. Menurut Ilmu Ekonomi
Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan
yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama
satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal
Universitas Sumatera Utara
periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
Definisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan perubahan lebih dari total harta kekayaan badan usaha pada awal periode, dan
menekankan pada jumlah nilai statis pada akhir periode. Secara garis besar pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah perubahan
penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang.
b. Menurut Ilmu Akuntansi
Banyak konsep pendapatan didifinisikan dari berbagai literatur akuntansi dan teori akuntansi. Pendapatan diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan
dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi untuk mempertahankan diri dan pertumbuhan. Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan pendapatan
secara keseluruhan disebut earning process. Secara garis besar earning process menimbulkan 2 akibat yaitu pengaruh positif atau pendapatan dan keuntungan
dan pengaruh negatif atau beban dan kerugian. The activity of earning process creates two effect, possitive stream revenues and gains and negative stream
expenses and loses. Selisih dari keduanya nantinya menjadi laba atau income dan rugi atau less.
Pendapatan umumnya digolongkan atas pendapatan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan dan pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan
normal perusahaan. Pendapatan dari kegiatan normal perusahaan biasanya diperoleh dari hasil penjualan barang ataupun jasa yang berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
kegiatan utama perusahaan. Pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan normal perusahaan adalah hasil di luar kegiatan utama perusahaan yang sering
disebut hasil non operasi. Pendapatan non operasi biasanya dimasukkan ke dalam pendapatan lain-lain, misalnya pendapatan bunga dan deviden.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian
eneliti Tahun Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1 ngaruh Pendayagunaan Zakat
Produktif terhadap Pemberdayaan Mustahiq pada
LAZ Yayasan Solo Peduli Surakarta
ila Sartika 2008
dependen: Dana Zakat
Produktif
ependen: ndapatan
Mustahik mlah dana yang disalurkan
berpengaruh secara signifikan terhadap
pendapatan mustahik
Sumber: Peneliti 2011 Perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu dari Sartika 2008 yaitu adanya tambahan
dalam variabel penelitian. Sartika meneliti bagaimana pengaruh pendayagunaan zakat produktif terhadap pemberdayaan mustahiq pada LAZ Yayasan Solo Peduli Surakarta,
Universitas Sumatera Utara