Gambaran Umum dan Profil PT. BRI (Persero) Tbk. Sejarah PT. BRI (Persero) Tbk.

4.1 Gambaran Umum dan Profil PT. BRI (Persero) Tbk. Sejarah PT. BRI (Persero) Tbk.

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau yang sering dikenal dengan BRI adalah salah satu dari empat bank persero milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Tiga diantaranya adalah PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT. Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk., dan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

Pada awalnya, proses terbentuknya Bank BRI ini dipelopori oleh seorang priyayi yang bernama Raden Bei Aria Wirjaatmadja. yang berpikir untuk membuat sebuah lembaga bagi pegawai Pangreh Pradja agar tidak terjerat oleh hutang dengan bunga yang tinggi, sehingga didirikan De poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden pada tahun 1894 yang dikelola dan diperuntukkan untuk kalangan priyayi untuk mendapatkan pinjaman. Kemudian dengan bantuan Asisten Residen Banyumas, E. Sieburgh menjadikannya sebuah lembaga yang resmi dan berganti nama menjadi Hulp-en Spaarbank der Indlandsche Bestuur Ambtenaren (Bank Bantuan dan Simpanan Milik Pegawai Pangreh Praja Berkebangsaan Pribumi), suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal

16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

Dalam perkembangannya, lembaga ini selanjutnya dijadikan bank sentral untuk lembaga perkreditan di pedesaan. Pemerintah Hindia Belanda kemudian mendirikan kas sentral lewat Keputusan Raja Belanda No. 118 pada tanggal 10 juli 1912 dengan nama lembaga Centraale Kas Voor Het Volkskredietweswen. Namun, pendirian kas sentral ini justru membuat bank-bank rakyat kurang berkembang kemudian parlemen memutuskan untuk membentuk Algemene Volkskreditbank (AVB) untuk melakukan penggabungan antara bank rakyat (Volksbank lokal) guna menghindari kesulitan finansial akibat kebangkrutan.

Pada masa penjajahan Jepang tahun 1942, Algemene Volkskreditbank (AVB) ditutup dan selanjutnya diubah menjadi Syomin Giko oleh Gunseikan (penguasa tertinggi pemerintahan militer Jepang) dan cabang-cabangnya hanya dibuka pada daerah yang ditempati oleh bala tentara Jepang saja. Lembaga keuangan ini kemudian dimanfaatkan oleh pemerintah Jepang untuk mendukung biaya perang.

Sesaat setelah Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Syomin Giko berubah menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan secara de faco BRI dikuasai oleh pegawai Indonesia. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Kegiatan BRI sempat terhenti sementara waktu pada masa perang mempertahankan kemerdekaan tahun 1948, namun kemudian aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat.

Pada tanggal 25 September 1956, berdasarkan Surat Dewan Moneter No. SEKR/BANK BRI/328, tanggal 25 September 1956 status BRI serikat meningkat menjadi bank devisa yang didukung dengan jaringan kantor cabang di banyak Pada tanggal 25 September 1956, berdasarkan Surat Dewan Moneter No. SEKR/BANK BRI/328, tanggal 25 September 1956 status BRI serikat meningkat menjadi bank devisa yang didukung dengan jaringan kantor cabang di banyak

Pada tahun 1960, presiden pertama Indonesia memprakarsai penggabungan BRI dengan Bank Tani Negara dan Nederlandsche Handels Maatschappij (NHM) yaitu perusahaan Belanda yang telah dinasionalisasikan. Ketiga lembaga keuangan tersebut digabung menjadi satu dengan nama Bank Tani dan Nelayan (BKTN) melalui PERPU No. 41 tahun 1960. BKTN ini dimaksudkan untuk menyokong revolusi agraria yang dicetuskan pada tanggal 24 September 1960 yang bertugas membantu usaha-usaha koperasi pada umumnya serta kaum tani dan nelayan pada khususnya.

Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, Bank Indonesia dikembalikan fungsinya sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum.

Masa Orde Baru tahun 1968, Preside Soeharto mencanangkan program rehabilitasi, stabilisasi, dan program pembangunan dimana BRI terlibat secara aktif melalui UU No. 21 Tahun 1968 pasal 7. Dalam pasal tersebut ditegaskan bahwa BRI diarahkan kepada perbaikan ekonomi rakyat dan pembangunan ekonomi nasional dengan jalan melakukan usaha bank umum dengan mengutamakan pemberian kredit sektor koperasi, tani, dan nelayan. Selain itu BRI sebagai lembaga keuangan pemerintah juga ditugaskan untuk membantu petani dan nelayan dalam mengembangkan usahanya; membantu koperasi dalam menjalankan kegiatan bidang kerajinan, perindustrian rakyat, dan perusahaan rakyat dan perdagangan rakyat.

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100 persen di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Perubahan tersebut dituangkan dalam akta pendirian No. 113 tanggal 31 Juli tahun 1992

Pada tanggal 3 Oktober 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk melakukan privatisasi terhadap PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (Persero) dengan menjual 30 persen saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini. Bank BRI melakukan pencatatan perdana sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 10 November 2003.

Kegiatan Bank BRI dedasarkan pada bisnis yang berfokus pada golongan masyarakat kecil. Fokus ini masih konsisten sampai saat ini melalui pemberian Kegiatan Bank BRI dedasarkan pada bisnis yang berfokus pada golongan masyarakat kecil. Fokus ini masih konsisten sampai saat ini melalui pemberian

Visi-Misi dan Kaitannya Terhadap Sektor UMKM

Adapun Visi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (Persero) Tbk., yaitu “Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah”.

Visi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (Persero) Tbk. kemudian dijabarkan dalam tiga misi perusahaan, yaitu :

1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.

2. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance.

3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak- pihak yang berkepentingan (stakeholder)

Jumlah Kantor PT. BRI (Persero) Tbk.

Dalam rangka menggali lebih dalam potensi bisnis di segmen mikro serta sekaligus memperluas jangkauan pelayanan kepada segmen mikro, PT. BRI (Persero) Tbk. telah melakukan pembangunan jaringan kantor perseroan dengan

dukungan teknologi informasi yang semakin handal melalui penambahan unit kerja baru dan pembangunan berbagai kantor, baik kantor wilayah, kantor unit, kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor kas, dan lain-lain. Pembangunan yang dilakukan melalui penambahan terhadap kantor unit kerja cukup signifikan dari tahun ke tahun sehingga. Pada tahun 2004 jumlah kantor unit kerja PT. BRI (Persero) Tbk hanya berkisar 4544 unit, yang terdiri dari 1 kantor pusat, 13 kantor wilayah, 333 kantor cabang, 148 kantor cabang pembantu dan 4049 kantor unit lainnya, dan pada tahun itu juga jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) hanya berkisar sekitar 582 unit saja. Kemudian pada tahun 2005 jumlah kantor unit kerja mengalami penambahan menjadi 4681 kantor unit kerja yang terdiri dari 1 kantor pusat, 13 kantor wilayah, 354 kantor cabang, 201 kantor cabang pembantu, dan 4112 kantor unit lainnya, sementara jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) mengalami penambahan hampir tiga kali lipat menjadi 1420 unit. Pembangunan cukup signifikan pada tahun 2007 yakni menjadi 4922 kantor unit kerja yang dirinci sebanyak 14 kantor wilayah, 341 kantor cabang, 230 kantor cabang pembantu, penambahan unit kerja baru yaitu 12 kantor inspeksi, 24 kantor kas dan sisanya sekitar 4300 kantor unit. Pertumbuhan pembangunan terbesar terjadi pada tahun 2009, dimana jumlah kantor unit kerjanya bertambah signifikan menjadi 6412 (bertumbuh sekitar 30,27 persen dari tahun 2007) unit yang terdiri dari 17 kantor wilayah, 402 kantor cabang, 1013 kantor kas, dan 4979 kantor cabang pembantu dan kantor unit.

Pada tahun 2011 jumlah kantor unit kerja bertambah menjadi 7976 (bertumbuh sekitar 24,39 persen dari tahun 2009) yang terdiri dari 18 kantor wilayah, 427 kantor cabang, 502 kantor cabang pembantu, 481 kantor kas, 5 Pada tahun 2011 jumlah kantor unit kerja bertambah menjadi 7976 (bertumbuh sekitar 24,39 persen dari tahun 2009) yang terdiri dari 18 kantor wilayah, 427 kantor cabang, 502 kantor cabang pembantu, 481 kantor kas, 5

10000 I 9000 a BR 8000

U tor 5000 n

a 4000

Jumlah Kantor unit kerja

Sumber: BI-Statistik Perbankan Indonesia, Laporan Keuangan BRI

Gambar 4. Perkembangan jumlah kantor unit kerja BRI tahun 2003-2012

Sejak akhir tahun 2009, BRI telah mengembangkan kebijakan baru terkait pembangunan dalam unit kerja, yaitu dengan melakukan pengadaan unit kerja baru yang disebut teras BRI. Teras BRI adalah suatu perpanjangan tangan BRI Unit untuk menggarap pasar tradisional dan pengusaha mikro lainnya disekitar pasar tradisional. Dengan adanya Teras BRI ini maka Bank BRI benar-benar telah masuk ke grass root economy yang belum banyak disentuh oleh perbankan. Hal ini sesuai dengan visi dan misi BRI yang melakukan fokus pelayanan terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah.

Peran PT. BRI (Persero) Tbk. dalam Pembangunan Ekonomi

Pada masa krisis ekonomi global tahun 2008, sistem perekonomian dunia mengalami kemunduran. Krisis global ini berawal dari kredit macet di Amerika Serikat dan menghancurkan keuangan negara adidaya tersebut. Sistem perekonomian dunia yang pada waktu itu sebagai pemegang kuat dalam perekonomian dunia adalah sistem perekonomian liberal/kapitalis dimana Amerika Serikat adalah negara terbesar yang menganut sistem perekonomian tersebut. Hal ini menjadikan krisis kredit macet tersebut merambat ke semua negara yang menganut sistem perekonomian liberal/kapitalis. Satu per satu negara kapitalis mengalami resesi, tidak terkecuali Indonesia yang merupakan salah satu mitra dagang Amerika Serikat. Indonesia pada waktu itu mengalami penurunan yang signifikan terhadap kuantitas ekspor terhadap Amerika Serikat.

Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun tersebut masih mampu melewati perlambatan ekonomi global dan dalam kondisi yang terbilang cukup baik, tidak seperti negara-negara lain yang justru mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Setelah diselidiki, kondisi Indonesia yang masih mampu bertahan ditengah krisis global disebabkan adanya sektor yang menopang perekonomian Indonesia yaitu sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).

Berkembang pesatnya sektor UMKM tidak terlepas dari peran serta lembaga keuangan perbankan di Indonesia. Salah satu bank yang sangat mendukung eksistensi dari UMKM itu sendiri adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang sesuai dengan misinya merupakan lembaga keuangan yang Berkembang pesatnya sektor UMKM tidak terlepas dari peran serta lembaga keuangan perbankan di Indonesia. Salah satu bank yang sangat mendukung eksistensi dari UMKM itu sendiri adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang sesuai dengan misinya merupakan lembaga keuangan yang

Peran BRI tidak berhenti sampai disitu. Dalam rangka menggali lebih dalam potensi bisnis sekaligus memperluas jangkauan pelayanan kepada segmen mikro, BRI sebagai salah satu lembaga pembiayaan yang mengutamakan pelayanan terhadap sektor mikro telah melakukan berbagai upaya terkait pelayanan prima kepada masyarakat secara umum dan kepada sektor UMKM secara khusus. Pada akhir tahun 2009, BRI meluncurkan kebijakan baru dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat, yaitu Teras BRI yang diutamakan bagi pengusaha skala mikro yang beroperasi di dalam pasar tradisional. Teras BRI ini ditujukan untuk menjangkau pedagang di pasar tradisional yang sebelumnya belum tersentuh oleh layanan perbankan secara optimal.

Selain itu, pembangunan dan peningkatan jaringan kerja sebagai salah satu upaya pemberian pelayanan prima kepada masyarakat terus dilakukan. Hingga saat ini, unit kerja BRI sudah tersebar di hampir seluruh pelosok negrei. Pada tahun 2012, total unit kerja mencapai 9.052 unit yang semuanya terhubung secara real time online . Selain terus mengembangkan layanan jaringan kerja konvensional, BRI juga terus mengembangkan layanan e-banking dengan jumlah ATM yang mencapai 14.292 yang merupakan jaringan ATM terbesar di Indonesia dan jaringan e-Channel sebanyak 59.241 dan dapat diakses masyarakat melalui internet, telepon, pesan singkat (Short Massage Service/SMS), maupun melalui layanan ATM, Cash Deposit Machine (CDM), Electronic Data Capture (EDC), dan Kios. Hal ini menjadikan BRI sebagai salah satu bank papan atas dengan Selain itu, pembangunan dan peningkatan jaringan kerja sebagai salah satu upaya pemberian pelayanan prima kepada masyarakat terus dilakukan. Hingga saat ini, unit kerja BRI sudah tersebar di hampir seluruh pelosok negrei. Pada tahun 2012, total unit kerja mencapai 9.052 unit yang semuanya terhubung secara real time online . Selain terus mengembangkan layanan jaringan kerja konvensional, BRI juga terus mengembangkan layanan e-banking dengan jumlah ATM yang mencapai 14.292 yang merupakan jaringan ATM terbesar di Indonesia dan jaringan e-Channel sebanyak 59.241 dan dapat diakses masyarakat melalui internet, telepon, pesan singkat (Short Massage Service/SMS), maupun melalui layanan ATM, Cash Deposit Machine (CDM), Electronic Data Capture (EDC), dan Kios. Hal ini menjadikan BRI sebagai salah satu bank papan atas dengan

Tidak hanya itu, dalam upaya mencapai komitmennya, yaitu bank yang berperan tinggi untuk menggerakkan dan meningkatkan perekonomian nasional, BRI telah meneribitkan KUR (Kredit Usaha Rakyat) sejak 9 maret 2007 dan BRI Unit yang dulu dikenal sebagai BRI Unit Desa sampai tahun 1984. KUR merupakan fasilitas pembiayaan yang khusus diperuntukkan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah yang usahanya layak namun tidak mempunyai agunan (pinjaman) yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan perbankan. Tujuan akhir KUR adalah meningkatkan perekonomian, pengentasan kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja. Sementara BRI unit adalah salah satu unit kerja dari BRI untuk melayani kegiatan usaha pada segmen mikro, tidak hanya melayani masyarakat pedesaan tapi juga perkotaan.

BRI sebagai perbankan tangguh nasional tidak terlepas dari kebijakan yang diterapkannya terkait bidang pengembangan bisnis untuk menghadapi persaingan global. Bidang pengembangan bisnis BRI terdiri dari tiga bidang, antara lain, pertama, pengembangan bisnis di bidang kredit yang berfokus pada pembiayaan UMKM dan kredit usaha besar yang diutamakan untuk BUMN dan sektor swasta khususnya agribisnis, infrastruktur, dan sektor-sektor usaha lain yang produktif. Kebijakan ini sesuai dengan Corporate plan BRI yang dikemukakan oleh Aviliani, seorang Komisaris Independen PT. BRI (Persero) Tbk., memberikan fokus pembiayaan pada segmen UMKM sebesar 80 persen dan secara sektoral memberikan fokus pembiayaan sebesar 40 persen pada sektor petanian/agribisnis. Hal ini justru sangat menunjang roda perekonomian Indonesia BRI sebagai perbankan tangguh nasional tidak terlepas dari kebijakan yang diterapkannya terkait bidang pengembangan bisnis untuk menghadapi persaingan global. Bidang pengembangan bisnis BRI terdiri dari tiga bidang, antara lain, pertama, pengembangan bisnis di bidang kredit yang berfokus pada pembiayaan UMKM dan kredit usaha besar yang diutamakan untuk BUMN dan sektor swasta khususnya agribisnis, infrastruktur, dan sektor-sektor usaha lain yang produktif. Kebijakan ini sesuai dengan Corporate plan BRI yang dikemukakan oleh Aviliani, seorang Komisaris Independen PT. BRI (Persero) Tbk., memberikan fokus pembiayaan pada segmen UMKM sebesar 80 persen dan secara sektoral memberikan fokus pembiayaan sebesar 40 persen pada sektor petanian/agribisnis. Hal ini justru sangat menunjang roda perekonomian Indonesia

Kedua, adalah pengembangan bisnis di bidang mobilisasi dana untuk meningkatkan kualitas layanan yang didukung Teknologi Informasi (TI) yang handal sehingga mampu meningkatkan perolehan DPK dengan tingkat pertumbuhan minimal sama atau di atas rata-rata pertumbuhan dana perbankan nasional, serta tetap mempertahankan komposisi dana murah (low-cost funding) sebagai sasaran pertumbuhan. Ketiga, pengembangan produk untuk menciptakan produk dan aktivitas baru guna menunjang pertumbuhan bisnis.