Analisis Deskriptif Rasio Keuangan PT. BRI (Persero) Tbk. Laba Bersih PT. BRI (Persero) Tbk. Tahun 2003-2012

4.2 Analisis Deskriptif Rasio Keuangan PT. BRI (Persero) Tbk. Laba Bersih PT. BRI (Persero) Tbk. Tahun 2003-2012

Laba bersih yang dimaksudkan adalah pendapatan yang diperoleh dari pendapatan bersih operasional dan pendapatan bersih non-operasional setelah dikurangi pajak. Pendapatan bersih operasional yaitu penjumlahan dari pendapatan bunga bersih (pendapatan bunga dikurang beban bunga) dengan pendapatan bersih operasional lain selain bunga. Sementara pendapatan Laba bersih yang dimaksudkan adalah pendapatan yang diperoleh dari pendapatan bersih operasional dan pendapatan bersih non-operasional setelah dikurangi pajak. Pendapatan bersih operasional yaitu penjumlahan dari pendapatan bunga bersih (pendapatan bunga dikurang beban bunga) dengan pendapatan bersih operasional lain selain bunga. Sementara pendapatan

Berikut ini adalah grafik perkembangan laba bersih PT. BRI (Persero) Tbk. selama periode 2003-2012.

r) a

il y 5000,00

0,00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Tahun

Sumber: Laporan Keuangan BRI Gambar 5. Perkembangan laba bersih PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. tahun 2003-2012

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa perolehan laba bersih PT. BRI (Persero) Tbk. mengalami peningkatan yang berkelanjutan dari tahun 2003-2012, meski dimulai dengan penurunan perolehan laba pada awal periode triwulan kedua tahun 2003 dan untuk beberapa periode tertentu mengalami penurunan yang tidak signifikan. Secara rata-rata, peningkatan yang terbesar berada pada tahun 2010 yaitu sebesar 56,98 persen dari perolehan laba bersih tahun sebelumnya atau sebesar Rp 7.308,30 Milyar pada tahun 2009 menjadi Rp 11.472,40 Milyar pada tahun 2010. Peningkatan terbesar pada tahun ini berada pada triwulan IV, dimana peningkatan yang terjadi mencapai dua kali lipat dari periode sebelumnya (triwulan III tahun 2010) yaitu sebesar 205,9 persen atau Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa perolehan laba bersih PT. BRI (Persero) Tbk. mengalami peningkatan yang berkelanjutan dari tahun 2003-2012, meski dimulai dengan penurunan perolehan laba pada awal periode triwulan kedua tahun 2003 dan untuk beberapa periode tertentu mengalami penurunan yang tidak signifikan. Secara rata-rata, peningkatan yang terbesar berada pada tahun 2010 yaitu sebesar 56,98 persen dari perolehan laba bersih tahun sebelumnya atau sebesar Rp 7.308,30 Milyar pada tahun 2009 menjadi Rp 11.472,40 Milyar pada tahun 2010. Peningkatan terbesar pada tahun ini berada pada triwulan IV, dimana peningkatan yang terjadi mencapai dua kali lipat dari periode sebelumnya (triwulan III tahun 2010) yaitu sebesar 205,9 persen atau

ROA PT. BRI (Persero) Tbk. Tahun 2003-2012

Return on Assets (ROA) BRI merupakan perbandingan laba yang diperoleh oleh BRI (baik laba operasional dan laba nonoperasional) dengan seluruh sumber daya input atau total aset yang dimiliki BRI. Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen BRI dalam memperoleh daya pendapatan atau keuntungan (laba) secara keseluruhan karena memperhitungkan nilai aset yang dimiliki.

(% I 5,00 BR 4,00

i R O 3,00 la 2,00

Ni 1,00 0,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2003

Tahun

Sumber: Laporan Keuangan BRI Gambar 6. Perkembangan return on assets (ROA) PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. tahun 2003-2012

Nilai pencapaian ROA yang terendah terjadi pada awal periode 2003 yang hanya mencapai 3,19 persen, sementara nilai terbesar terjadi pada tahun 2005 Nilai pencapaian ROA yang terendah terjadi pada awal periode 2003 yang hanya mencapai 3,19 persen, sementara nilai terbesar terjadi pada tahun 2005

Meskipun perkembangan nilai ROA BRI tidak terlalu signifikan dan cenderung konstan, namun pencapaian nilai ROA BRI selalu berada di atas rata- rata pencapaian nilai ROA perbankan nasional di seluruh Indonesia, dan BRI merupakan bank persero dengan nilai ROA terbesar dibandingkan bank-bank persero lainnya. Nilai ROA BRI telah memenuhi persyaratan minimum yang ditetapkan oleh BI sebagai kriteria minimum bank dengan kategori sehat, yaitu sebesar 1,5 persen.

NIM PT. BRI (Persero) Tbk. Tahun 2003-2012

Nilai rasio ini mencerminkan besarnya pendapatan bunga bersih (net interest income ) yang diperoleh dari rata-rata aktiva produktif yang dijalankan

oleh Bank BRI. Dari Gambar 7 diketahui bahwa pada periode awal tahun 2003 hingga periode triwulan kedua tahun 2004 terjadi peningkatan nilai rasio NIM yang cukup tajam dari 8,39 persen pada triwulan I tahun 2003 hingga mencapai 12,18 persen pada triwulan II tahun 2004. Peningkatan nilai ini juga terus oleh Bank BRI. Dari Gambar 7 diketahui bahwa pada periode awal tahun 2003 hingga periode triwulan kedua tahun 2004 terjadi peningkatan nilai rasio NIM yang cukup tajam dari 8,39 persen pada triwulan I tahun 2003 hingga mencapai 12,18 persen pada triwulan II tahun 2004. Peningkatan nilai ini juga terus

Berikut ini adalah grafik perkembangan nilai Net Interest Margin (NIM) PT. BRI (Persero) Tbk. selama periode 2003-2012.

6,00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Sumber: Laporan Keuangan BRI Gambar 7. Perkembangan net interest margin (NIM) PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. tahun 2003-2012

Peningkatan rasio NIM BRI yang paling besar terjadi pada triwulan IV tahun 2003 ke triwulan I tahun 2004, dimana rasio ini mengalami peningkatan hingga 2,05 persen. Peningkatan rasio ini terjadi akibat menurunnya nilai aset

produktif BRI dari 87.128 Milyar pada triwulan IV tahun 2003 menjadi 84.255 Miliyar pada triwulan I tahun 2004 karena kredit sebagai akun penopang aset produktif terbesar mengalami penurunan, sementara pendapatan bersih bunganya (NII) mengalami peningkatan sebesar 297 Milyar. Namun, hal ini tidak direspon dengan pertumbuhan laba bersih BRI pada periode yang sama, dimana pertumbuhan laba bersih meski positif tapi mengalami penurunan dari 59,18 persen pada triwulan IV tahun 2003 menjadi 28,09 persen pada triwulan I tahun 2004. Hal ini mengindikasikan bahwa lebarnya selisih bunga pinjaman dan simpanan kemungkinan besar diakibatkan oleh peningkatan bunga pinjaman pada periode ini. Kondisi ini juga menyebabkan penyaluran aktiva produktif seperti kredit mengalami penurunan sehingga lebih membebankan masyarakat yang akhirnya justru berpengaruh negatif terhadap perolehan laba bersih BRI.

Berdasarkan ketentuan BI (Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23./DPNP tanggal 31 Mei 2004), predikat kesehatan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. dari segi perolehan NIM berada pada kategori sangat sehat dengan peringkat pertama dari tahun 2003-2012. Peringkat ini didasarkan pada nilai pencapaian NIM yang lebih dari 3 persen dari seluruh periode penelitian. Namun disisi lain, nilai rasio ini masih terlampau besar dan melebihi nilai rasio NIM yang diharapkan oleh BI, yaitu 5,5 persen, dimana hal ini cukup membebankan masyarakat.

CER PT. BRI (Persero) Tbk. Tahun 2003-2012

Rasio ini merupakan rasio indikator efisiensi keuangan bank yang mencerminkan besarnya pengeluaran operasional non-bunga yang dikeluarkan Rasio ini merupakan rasio indikator efisiensi keuangan bank yang mencerminkan besarnya pengeluaran operasional non-bunga yang dikeluarkan

Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa secara rata-rata pertumbuhan nilai CER dari tahun 2003-2012 bernilai negatif dan memiliki trend yang menurun. Hal ini menunjukkan bahwa BRI sebagai salah satu perbankan yang berhasil menekan biaya operasional nonbunganya sehingga juga mencerminkan semakin efisiennya kinerja keuangan dalam jangka panjang.

I (% R BR 55,00 E

C i 50,00

la

Ni 45,00 40,00

35,00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Sumber: Laporan Keuangan BRI Gambar 8. Perkembangan cost efficiency ratio (CER) PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. tahun 2003-2012

Penurunan terbesar terhadap rasio ini terjadi pada triwulan pertama tahun 2004 yang hampir mencapai sepertiga dari nilai CER periode sebelumnya (triwulan IV tahun 2003), yaitu sebesar -31,7 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada periode ini BRI melakukan efisiensi yang signifikan melalui penekanan yang Penurunan terbesar terhadap rasio ini terjadi pada triwulan pertama tahun 2004 yang hampir mencapai sepertiga dari nilai CER periode sebelumnya (triwulan IV tahun 2003), yaitu sebesar -31,7 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada periode ini BRI melakukan efisiensi yang signifikan melalui penekanan yang

Nilai rasio CER terendah yang dapat dicapai oleh BRI terjadi pada triwulan pertama tahun 2011 dengan nilai mencapai 36,02 persen. Hal ini berarti bahwa BRI hanya mengeluarkan biaya operasional non-bunganya sebesar 36,02 persen dari total pendapatan bunga bersih (net interset margin) setelah ditambah dengan pendapatan operasional non-bunganya.

Nilai rasio CER PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. dari tahun 2004-2012 telah memenuhi kriteri sangat ideal berdasarkan standard nilai CER ideal yang ditentukan oleh Timothy & Scott. Hal ini ditunjukkan dari nilai rasio CER PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. yang berada dibawah 55 persen dari tahun 2004-2012.

LDR PT. BRI (Persero) Tbk. Tahun 2003-2012

Loan to Deposit Ratio atau sering disebut rasio likuiditas mencerminkan seberapa besar jumlah kredit yang disalurkan dari total sumber dana pihak ketiga (DPK) yang diperoleh BRI dari masyarakat. Peningkatan nilai rasio ini mengindikasikan peningkatkan pendapatan BRI, karena semakin besar nilai kredit yang disalurkan. Namun di sisi lain justru mengindikasikan bahwa BRI semakin tidak likuid karena semakin banyak meminjamkan seluruh dana yang dimilikinya Loan to Deposit Ratio atau sering disebut rasio likuiditas mencerminkan seberapa besar jumlah kredit yang disalurkan dari total sumber dana pihak ketiga (DPK) yang diperoleh BRI dari masyarakat. Peningkatan nilai rasio ini mengindikasikan peningkatkan pendapatan BRI, karena semakin besar nilai kredit yang disalurkan. Namun di sisi lain justru mengindikasikan bahwa BRI semakin tidak likuid karena semakin banyak meminjamkan seluruh dana yang dimilikinya

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III LDR 2003

Sumber: Laporan Keuangan BRI Gambar 9. Perkembangan loan to deposit ratio (LDR) PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. tahun 2003-2012

Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa perkembangan nilai LDR BRI memiliki trend meningkat dari tahun 2003-2012. Periode awal tahun 2003 hingga triwulan III tahun 2005 nilai rasio likuiditas BRI mengalami kenaikan dengan pertumbuhan yang cukup konstan. Namun setelah peridoe tersebut rasio ini secara rata-rata mengalami penurunan hingga akhir tahun 2007. Kemudian rasio ini mengalami perkembangan yang cukup berfluktuatif hingga akhir periode 2012. Nilai rasio likuiditas BRI yang diproksi dari LDR terendah terjadi pada awal tahun 2003 yang hanya mencapai 57,18 persen saja dan yang tertingi terjadi pada triwulan II tahun 2011.

Penurunan yang terbesar terhadap rasio ini terjadi pada triwulan IV tahun 2010 yaitu mencapai 15,52 persen dari triwulan sebelumnya atau dari 88,8 persen pada triwulan II Itahun 2010 menjadi 75,17 persen pada triwulan IV tahun 2010. Sementara peningkatan yang terbesar terjadi pada periode I tahun 2011, yaitu mencapai 14,07 persen atau dari 75,17 persen pada triwulan IV tahun 2010 menjadi 85,75 persen pada triwulan I tahun 2011. Penurunan rasio ini pada triwulan IV disebabkan pada triwulan IV tahun 2010 meskipun DPK dan kredit sama-sama mengalami peningkatan dari periode sebelumnya Namun peningkatan perolehan DPK lebih besar dibandingkan peningkatan penyaluran kredit yaitu sebesar 29,82 persen untuk peningkatan perolehan DPK dan 10,41 persen peningkatan penyaluran kredit. Sementara untuk periode awal tahun 2011 baik perolehan DPK dan penyaluran kredit sama-sama mengalami penurunan, namun penurunan perolehan DPK lebih besar dibandingkan penyaluran kredit. Penurunan penyaluran kredit hanya 1,32 persen dari periode sebelumnya sementara penurunan perolehan DPK mencapai 12,91 persen.

Menurut ketentuan BI (Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23./DPNP tanggal

31 Mei 2004), rasio likuiditas PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. yang diproksi dari nilai LDR dari tahun 2003 hingga triwulan III tahun 2004 berada pada kategori sangat likuid yaitu berkisar antara 50 persen-75 persen. Kemudian pada periode selanjutnya rasio ini berada pada kategori likuid hingga triwulan II tahun 2008, yaitu berkisar antara 75 persen – 85 persen, dan sejak triwulan III tahun 2008 hingga tahun 2012, rasio ini cenderung fluktuatif dan cenderung berada pada kategori cukup likuid. Hal ini menunjukkan rasio likuiditas PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. semakin berkurang likuiditasnya seiring berjalannya waktu.

NPL PT. BRI (Persero) Tbk. Tahun 2003-2012

Nilai rasio ini mencerminkan seberapa besar nilai kredit bermasalah (kredit macet) yang terjadi dari seluruh penyaluran kredit yang disalurkan kepada pihak ketiga (masyarakat) oleh BRI. Semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin giatnya upaya BRI dalam menekan terjadinya masalah penarikan kembali kredit dari masyarakat yang jatuh tempo dan sekaligus menunjukkan bahwa masyarakat yang melakukan peminjaman kredit terhadap BRI semakin mampu dalam membayar kembali pinjaman yang dilakukannya.

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III NPL 2003

Sumber: Laporan Keuangan BRI Gambar 10. Perkembangan non performing loan (NPL) PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. tahun 2003-2012

Berdasarkan Gambar 10, perkembangan Non Performing Loan (NPL) mengalami trend yang menurun dari tahun 2003-2012. Dimulai pada periode awal tahun 2003, NPL BRI berada pada 6,91 persen sampai akhir periode 2012 NPL BRI dapat ditekan hingga menjadi 1,78 persen saja. Hal ini membuktikan bahwa Berdasarkan Gambar 10, perkembangan Non Performing Loan (NPL) mengalami trend yang menurun dari tahun 2003-2012. Dimulai pada periode awal tahun 2003, NPL BRI berada pada 6,91 persen sampai akhir periode 2012 NPL BRI dapat ditekan hingga menjadi 1,78 persen saja. Hal ini membuktikan bahwa

Penurunan nilai rasio NPL yang terbesar terjadi pada periode triwulan IV tahun 2010 yang dapat ditekan sebesar 35,05 persen pada triwulan IV tahun 2010 atau dari 4,28 persen pada triwulan II I tahun 2010 menjadi 2,78 persen pada triwulan

IV tahun 2010 dan pada tahun yang sama penyaluran kredit oleh BRI mengalami pertumbuhan yang positif. Hal ini berarti bahwa penurunan yang cukup tajam terhadap rasio NPL ini diakibatkan oleh upaya BRI yang besar dalam menekan terjadinya kredit bermasalah baik kredit yang kurang lancar, kredit yang diragukan, sampai kredit macet.

Berdasarkan ketentuan BI tentang rasio NPL bank yang ideal, diketahui bahwa sejak tahun 2003 hingga tahun 2007 triwulan II, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. masih belum memenuhi kriteria bank dengan rasio NPL yang ideal Namun sejak periode tahun 2007 triwulan II, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. rasio aktiva produktif yang diproksi dari nilai NPL telah mencapai standard yang ideal berdasarkan kriteria BI. Hal ini menunjukkan tingkat kesehatan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. semakin membaik seiring berjalannya waktu dari sisi aktiva produktifnya