Evaluasi Pelaksanaan Program
Bagan 1.2 Model Proses Implementasi Kebijakan
Komunikasi antar organisasi dan pengukuhan aktivitas
Standar dan sasaran kebijakan
Karakteristik organisasi
komunikasi antar
Sikap Kinerja
organisasi
pelaksana kebijakan
Sumber daya
Kondisi sosial, ekonomi dan politik
(Sumber : Samodra Wibawa, 1994:21) Menurut model ini, kinerja kebijakan pada dasarnya merupakan penilaian atas tingkat ketercapaian standar dan sasaran. Oleh karena dijadikan sebagai kriteria evaluasi dan pedoman konkret bagi pelaksana maka standar dan sasaran ini harus dirumuskan secara spesifik dan konkret. Kebijakan juga menuntut adanya sumber daya, baik berupa dana maupun insentif lain. Kinerja kebijakan akan rendah jika dana yang dibutuhkan tidak disediakan secara memadai.
Kejelasan standar dan sasaran tidak menjamin implementasi kebijakan yang efektif jika tidak ada komunikasi antar organisasi dan aktivitas pengukuhan, terlebih bila pelaksanaan kebijakan merupakan kerjasama dari beberapa organisasi. Dengan komunikasi maka pelaksana dapat memahami apa yang diidealkan oleh suatu kebijakan yang menjadi tanggung jawab mereka.
Variabel di atas berkaitan erat dengan karakteristik yang dimiliki, organisasi atasan ataupun koordinator program dapat mengkondisikan Variabel di atas berkaitan erat dengan karakteristik yang dimiliki, organisasi atasan ataupun koordinator program dapat mengkondisikan
Kondisi ekonomi, sosial, politik juga berpengaruh terhadap efektivitas implementasi kebijakan baik kondisi sosial ekonomi sasaran maupun dukungan opini publik dan elit politik. Sikap pelaksana dibentuk oleh kelima variabel diatas. Kognisi, netralitas, dan objektivitas pelaksana sangat mempengaruhi bentuk respon pelaksana. Kejelasan tujuan dan karakteristik pelaksana sangat mempengaruhi sikap dan loyalitas pelaksana terhadap organisasi (Samodra Wibawa, 1994:21)
Mazmanian dan Sabatier merumuskan model mengenai implementasi kebijakan yang merupakan fungsi dari tiga variabel, yaitu: (1) karakteristik masalah, (2) struktur manajemen program yang tercermin dalam berbagai macam peraturan yang mengoperasionalkan kebijakan, dan (3) faktor-faktor di luar peraturan. Kerangka berpikir mereka pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan model Meter dan Horn ataupun model Grindle, dalam hal perhatiannya terhadap dua persoalan mendasar yakni kebijakan dan lingkungan kebijakan. Hanya saja pemikiran Sabatier dan Mazmanian ini terkesan menganggap bahwa suatu implementasi akan efektif apabila birokrasi pelaksananya mematuhi apa yang telah digariskan Mazmanian dan Sabatier merumuskan model mengenai implementasi kebijakan yang merupakan fungsi dari tiga variabel, yaitu: (1) karakteristik masalah, (2) struktur manajemen program yang tercermin dalam berbagai macam peraturan yang mengoperasionalkan kebijakan, dan (3) faktor-faktor di luar peraturan. Kerangka berpikir mereka pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan model Meter dan Horn ataupun model Grindle, dalam hal perhatiannya terhadap dua persoalan mendasar yakni kebijakan dan lingkungan kebijakan. Hanya saja pemikiran Sabatier dan Mazmanian ini terkesan menganggap bahwa suatu implementasi akan efektif apabila birokrasi pelaksananya mematuhi apa yang telah digariskan
Selanjutnya, faktor yang mempengaruhi proses implementasi suatu kebijakan adalah: kondisi sosial ekonomi, perhatian pers terhadap masalah kebijakan, dukungan publik, sikap dan sumber daya kelompok sasaran, dan dukungan kewenangan. Sedangkan daya dukung peraturan yang mempengaruhi proses implementasui adalah: teori kausal yang memadai, sumber kejelasan/konsistensi tujuan, kewenangan yang mencukupi, integrasi organisasi pelaksana, diskresi pelaksana, rekruitmen dari pejabat pelaksana, dan akses formal pelaksana ke organisasi.
Bagan 1.3
Model Implementasi Kebijakan Menurut Mazmanian dan Sabatier
Karakteristik Masalah
1. Ketersediaan teknologi dan teori teknis
2. Keragaman perilaku kelompok sasaran
3. Sifat populasi
4. Derajat perubahan perilaku yang diharapkan
Daya Dukung Peraturan Variabel Non Peraturan
1. Kejelasan/konsistensi
1. Kondisi sosio ekonomi dan
(Sumber : Samodra Wibawa, 1994:26)
Adang Setiana (2009:5) menyebutkan mengenai nilai-nilai dasar yang menjadi landasan atau acuan setiap pengambilan keputusan dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan, yang diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan Program Raskin. Adapun prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut :
a. Keberpihakan kepada Rumah Tangga Sasaran. Ini bermakna bahwa program atau kebijakan ini mengusahakan agar kelompok sasaran a. Keberpihakan kepada Rumah Tangga Sasaran. Ini bermakna bahwa program atau kebijakan ini mengusahakan agar kelompok sasaran
b. Transparansi. Ini bermakna membuka akses informasi kepada pemangku kepentingan Program Raskin, terutama Rumah Tangga Sasaran, yang harus mengetahui dan memahami adanya kegiatan Program Raskin serta dapat melakukan pengawasan secara mandiri.
c. Partisipatif. Ini bermakna mendorong masyarakat terutama Rumah Tangga Sasaran untuk berperan secara aktif dalam setiap tahapan pelaksanaan Program Raskin, mulai dari tahap perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan dan pengendalian.
d. Akuntabilitas. Ini bermakna bahwa setiap pengelolaan kegiatan Program Raskin harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat setempat maupun kepada semua pihak yang berkepentingan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku atau yang telah disepakati.