3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kecamatan Banjarsari

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kecamatan Banjarsari

No. Tingkat Pendidikan

Jumlah

1 Tidak Sekolah

2 Belum Tamat SD

3 Tidak Tamat SD

4 Tamat SD

5 Tamat SLTP

6 Tamat SLTA

7 Tamat Akademi/PT

100 Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa penduduk Kecamatan Sumber : Monografi Data Dinamis Kecamatan Banjarsari Tahun Banjarsari yang berpendidikan sampai dengan SD sebesar 69.813 jiwa

Jumlah

atau 50,6%. Jumlah ini lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berpendidikan SLTP keatas yaitu sebesar 68.372 jiwa atau 49,4%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Banjarsari relatif rendah. Dengan rendahnya tingkat atau 50,6%. Jumlah ini lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berpendidikan SLTP keatas yaitu sebesar 68.372 jiwa atau 49,4%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Banjarsari relatif rendah. Dengan rendahnya tingkat

Dengan adanya Program Raskin di Kecamatan tersebut diharapkan akan mampu mengurangi beban pengeluaran bagi mereka yang tergolong sebagai keluarga miskin yang berpenghasilan rendah, atau biasa disebut dengan Rumah Tangga Sasaran (RTS). Hal ini dikarenakan adanya pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Penyaluran beras bersubsidi ini dapat membantu sebagian besar masyarakat miskin sehingga beban pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pangan dapat dikurangi. Selain itu, Program Raskin diharapkan akan mampu mencegah penurunan konsumsi energi dan protein bagi penduduk miskin dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

2. Sumber Daya Alam

Kecamatan Banjarsari merupakan daerah urban serta tidak memiliki sumber daya alam sehingga potensi pertanian menjadi kecil kontribusinya, akibatnya kebutuhan bahan pangan sangat tergantung dari pasokan dari daerah sekitarnya. Potensi pertambangan relatif kecil/ tidak ada kecuali galian C yang meliputi pasir dan kerikil.

3. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia sebagai pengolah sumber daya alam dan sumber daya buatan sehingga mencapai tingkat produktivitas yang optimal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan penduduk Banjarsari pada tahun 2007 0,48% dengan tingkat kepadatan penduduk 10.888 jiwa/km2. Jumlah penduduk Kecamatan Banjarsari tahun 2007 adalah 161.492 terdiri dari 79.843 laki-laki dan 81.649 perempuan.

4. Perekonomian Daerah

Inflasi pada tahun 2008 bisa terkendali dalam angka satu digit sebesar 3,28 persen, lebih rendah 2,9 persen dibanding tahun 2007 sebesar 6,18 persen. PDRB menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp.6.884.188.000.000,- atau meningkat dari tahun 2007 sebesar Rp.6.394.202.990.000,-

Berdasarkan harga konstan tahun 2000, nilai PDRB tahun 2008 adalah sebesar Rp.4.308.617.530.000,- kondisi PDRB tersebut mencerminkan kinerja ekonomi tahun 2008. Dari indikator pendapatan per kapita tahun 2008 sebesar Rp.13.452.747,- lebih tinggi dari tahun 2007 sebesar Rp.12.466.812,- ini menggambarkan bahwa kemampuan daya beli masyarakat semakin meningkat.

Namun demikian, masih ada kendala dalam meningkatkan perekonomian daerah di Kecamatan Banjarsari. Hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah pengangguran dan kemiskinan. Dua faktor ini saling berkaitan satu dengan yang lain dalam mempengaruhi kehidupan beberapa Namun demikian, masih ada kendala dalam meningkatkan perekonomian daerah di Kecamatan Banjarsari. Hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah pengangguran dan kemiskinan. Dua faktor ini saling berkaitan satu dengan yang lain dalam mempengaruhi kehidupan beberapa

Maka dari itu, perlu adanya program penanggulangan kemiskinan yang bertujuan untuk menekan angka kemiskinan di wilayah Banjarsari sehingga perekonomian daerah yang meningkat dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, karena terdapat kemerataan kesejahteraan. Hal ini sudah diperhatikan oleh pemerintah pusat dengan mengeluarkan berbagai macam program perlindungan sosial sebagai hasil kebijakan untuk mengentaskan kemiskinan. Salah satu program penanggulangan kemiskinan tersebut adalah Program Raskin (Program Beras untuk Keluarga Miskin).

B. Deskripsi Program Raskin

Dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan yang menjadi hak setiap warga negara, sejak tahun 1998 pemerintah menetapkan kebijakan penyediaan dan penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin. Penyaluran beras bersubsidi ini telah membantu sebagian besar masyarakat miskin sehingga beban pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pangan dapat dikurangi.

Program Raskin merupakan salah satu program pemerintah pusat yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan, khususnya untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin yang terdaftar sebagai Rumah Tangga Sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Sedangkan sasarannya adalah berkurangnya beban pengeluaran 18,5 Program Raskin merupakan salah satu program pemerintah pusat yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan, khususnya untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin yang terdaftar sebagai Rumah Tangga Sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Sedangkan sasarannya adalah berkurangnya beban pengeluaran 18,5

1. Sosialisasi dan Sasaran Sosialisasi Program Raskin adalah kegiatan penunjang program untuk

memberikan informasi yang lengkap sekaligus pemahaman yang sama dan benar kepada seluruh pemangku kepentingan terutama kepada pelaksana, masyarakat umum, dan khususnya kepada Rumah Tangga Sasaran penerima manfaat. Informasi dan pemahaman yang sama dan benar dimaksud meliputi latar belakang, kebijakan pemerintah, tujuan, sasaran, pengelolaan, pengorganisasian, pengawasan, dan pelaporan serta hak-hak kewajibannya masing-masing.

Sosialisasi program di Kecamatan Banjarsari dilakukan berkoordinasi dengan pihak kelurahan, RT dan RW. Pada rapat RT atau RW yang diadakan setiap bulan diberitahukan bahwa keluarga miskin yang terdaftar sebagai Rumah Tangga Sasaran berdasarkan data BPS akan mendapatkan bantuan Sosialisasi program di Kecamatan Banjarsari dilakukan berkoordinasi dengan pihak kelurahan, RT dan RW. Pada rapat RT atau RW yang diadakan setiap bulan diberitahukan bahwa keluarga miskin yang terdaftar sebagai Rumah Tangga Sasaran berdasarkan data BPS akan mendapatkan bantuan

Adapun sasarannya adalah keluarga miskin yang terdaftar sebagai Rumah Tangga Sasaran (RTS) berdasarkan 14 kriteria Rumah Tangga Miskin yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang biasanya digunakan dalam program penanggulangan kemiskinan. Di Kecamatan Banjarsari pendataannya dilakukan oleh petugas Badan Pusat Statistik (BPS), aparat kelurahan dan mitra kerja yang terdiri dari beberapa anggota masyarakat yang telah diberikan pelatihan untuk menjadi tim pendata. Kemudian hasil dari pendataan Rumah Tangga Miskin oleh Badan Pusat Statistik tersebut diserahkan kepada tiap-tiap kelurahan di Kecamatan Banjarsari dalam bentuk buku yang berisi daftar Rumah Tangga Sasaran yang ditetapkan sebagai penerima manfaat Raskin. Sementara untuk Kecamatan Banjarsari jumlah kelompok sasarannya adalah 7.148 KK yang terbagi dalam 13 kelurahan dan tiap kelurahan jumlah sasarannya juga berbeda.

2. Bentuk Bantuan Program Raskin ini memberikan bantuan kepada Rumah Tangga

Sasaran berupa penjualan beras murah yang disubsidi oleh pemerintah. Pihak kelurahan setiap awal bulan akan menerima kiriman beras dari Perum BULOG Subdivre III Surakarta. Jumlah kiriman beras adalah sesuai dengan kuota alokasi yang telah ditentukan untuk tiap kelurahan. Beras bersubsidi tersebut dikirim dalam bentuk karungan, dan setiap karung beratnya adalah 15 kg. Beras tersebut akan dijual kepada kelompok sasaran, yaitu keluarga miskin Sasaran berupa penjualan beras murah yang disubsidi oleh pemerintah. Pihak kelurahan setiap awal bulan akan menerima kiriman beras dari Perum BULOG Subdivre III Surakarta. Jumlah kiriman beras adalah sesuai dengan kuota alokasi yang telah ditentukan untuk tiap kelurahan. Beras bersubsidi tersebut dikirim dalam bentuk karungan, dan setiap karung beratnya adalah 15 kg. Beras tersebut akan dijual kepada kelompok sasaran, yaitu keluarga miskin

3. Penyaluran Beras Penyaluran/penjualan beras dilakukan tiap bulan kepada Rumah

Tangga Sasaran di kelurahan. Petugas teknis penyaluran beras Raskin di kelurahan adalah pegawai kelurahan dengan dibantu oleh petugas dari BULOG. Sebelumnya Rumah Tangga Sasaran ini akan menerima Kartu Raskin untuk pembelian beras Raskin oleh pihak kelurahan ataupun RT/RW. Dalam Kartu Raskin tersebut terdapat daftar isian untuk diisi nama Kepala Keluarga penerima manfaat Raskin beserta tanggal pembelian beras. Jangka waktu yang diberikan kepada Rumah Tangga Sasaran untuk membeli beras Raskin adalah selama enam hingga sepuluh hari. Hal ini juga disesuaikan dengan keadaan Rumah Tangga Miskin yang membutuhkan waktu untuk mempersiapkan uang pembelian beras tersebut.

4. Penyetoran Dana Setelah pelaksana distribusi di kelurahan menyelesaikan penjualan

beras bersubsidi, pelaksana distribusi tersebut wajib menyetorkan uang hasil penjualan beras ke petugas kecamatan. Petugas yang berhak menerima dana pembayaran beras Raskin di kecamatan adalah Sekretaris Camat atau pegawai kecamatan yang ditunjuk sebagai Ketua Tim Koordinasi Raskin Kecamatan. Setelah itu petugas penerima dana tersebut harus menyetorkan uang hasil beras bersubsidi, pelaksana distribusi tersebut wajib menyetorkan uang hasil penjualan beras ke petugas kecamatan. Petugas yang berhak menerima dana pembayaran beras Raskin di kecamatan adalah Sekretaris Camat atau pegawai kecamatan yang ditunjuk sebagai Ketua Tim Koordinasi Raskin Kecamatan. Setelah itu petugas penerima dana tersebut harus menyetorkan uang hasil

5. Pelaporan Pelaporan hasil pelaksanaan program dilakukan setiap bulan oleh

pihak BULOG Subdivre Surakarta dan Kecamatan Banjarsari. Untuk pelaksana di Kecamatan Banjarsari, laporan tertulis tersebut diserahkan ke Pemerintah Kota Surakarta dimana yang berwenang menerima adalah Bapermas, PP, PA dan KB Pemkot Surakarta. Laporan tersebut sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan Banjarsari.

Dengan dilaksanakannya Program Raskin di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta, penulis bermaksud menguraikan bagaimana efektivitas pelaksanaan program beras bersubsidi untuk keluarga miskin tersebut di Kecamatan Banjarsari dalam upaya pengentasan kemiskinan sesuai dengan program pemerintah yang Pro Rakyat.

C. Tim Koordinasi Raskin di Kecamatan Banjarsari

Dalam Program Raskin di Kecamatan Banjarsari ini dibentuk Tim Koordinasi Raskin yang terdiri dari aparat kecamatan, kelurahan, dan institusi kemasyarakatan setempat termasuk TP-PKK yang ditunjuk oleh Lurah. Lurah dan Perangkat Wilayah dibantu Lembaga Kemasyarakatan dan anggota masyarakat lain termasuk Rumah Tangga Sasaran bertanggungjawab dan bertugas menyampaikan Raskin kepada Rumah Tangga Sasaran.

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan ini merupakan pelaksana Program Raskin di kecamatan, yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab Tim Koordinasi Raskin Kecamatan ini merupakan pelaksana Program Raskin di kecamatan, yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam rangka membantu masyarakat miskin dari dampak krisis global yang mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat, pemerintah mengeluarkan suatu program yang diberi nama “Program Perlindungan dan Bantuan Sosial” yang salah satunya adalah di bidang pangan. Program ini diberi nama Program Beras untuk Keluarga Miskin (Program Raskin). Sasaran Program Raskin Tahun 2009 adalah Rumah Tangga Sangat Miskin, Miskin dan Hampir Miskin hasil pendataan ulang BPS pada tahun 2008 yang selanjutnya disebut “Rumah Tangga Sasaran” (RTS).

Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan Nasional yang menetapkan kebijakan penyediaan dan penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan rawan pangan, maka diharapkan pelaksanaan Program Raskin dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan Program Raskin dilakukan di seluruh wilayah di Indonesia dengan berdasarkan kuota alokasi beras Raskin yang telah ditetapkan pemerintah. Kuota tersebut diberlakukan selama satu tahun bergulirnya Program Raskin. Salah satu kecamatan yang mendapatkan jatah beras Raskin di wilayah Kota Surakarta adalah Kecamatan Banjarsari.

Program Raskin di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta dilaksanakan di seluruh kelurahan yang terdapat di wilayah kecamatan ini. Peneliti memilih Kecamatan Banjarsari karena di kecamatan ini terdapat keluarga miskin dengan jumlah terbanyak diantara kecamatan lainnya di Kota Surakarta. Pembahasan mengenai efektivitas Program Raskin dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pertama, pembahasan mengenai implementasi yang terdiri dari tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Bagian kedua, pembahasan mengenai indikator-indikator penentu efektivitas Program Raskin. Bagian ketiga, dibahas mengenai hambatan- hambatan yang muncul dalam pelaksanaan program tersebut beserta upaya pemecahannya.

Secara lebih jelas pembahasan tentang efektivitas Program Raskin di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta tersebut dapat dilihat pada pembahasan berikut ini :

A. PROGRAM RASKIN DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

Dalam implementasi Program Raskin ini, secara garis besar prosesnya terbagi dalam dua tahapan yang meliputi :

1. Tahap Perencanaan

a. Sosialisasi Program

Sebagai langkah awal ketika akan dilaksanakan suatu program tentunya dilakukan sosialisasi terlebih dahulu. Dalam tahap ini masyarakat diberi informasi tentang Program Raskin tersebut. Proses Sebagai langkah awal ketika akan dilaksanakan suatu program tentunya dilakukan sosialisasi terlebih dahulu. Dalam tahap ini masyarakat diberi informasi tentang Program Raskin tersebut. Proses

maupun kelurahan beserta bawahannya dalam menyampaikannya kepada masyarakat.

Dalam rangka pelaksanaan Program Raskin, agar dapat berjalan dengan lancar, mantap serta sekaligus untuk lebih menyamakan persepsi baik bagi para pelaksana program maupun pada kelompok sasaran, maka diadakan sosialisasi atau penyampaian program dimana kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat pusat sampai dengan kelompok sasaran. Proses sosialisasi akan berkisar pada apa yang ada dalam petunjuk teknis program. Dalam sosialisasi dijelaskan mengenai latar belakang, sasaran, tujuan dan jumlah alokasi beras yang diterima. Untuk Kecamatan Banjarsari pada tahun 2009 ini menerima bantuan 107.220 kg beras tiap bulannya selama dua belas bulan. Beras tersebut kemudian didistribusikan kepada 13 kelurahan di wilayah kecamatan tersebut.

Di Kota Surakarta, Program Raskin telah dilaksanakan sejak tahun 1998 dan telah menjadi program pemerintah pusat yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya, sehingga sosialisasi program pada tahun 2009 dilakukan melalui pemberitahuan SK Walikota mengenai Di Kota Surakarta, Program Raskin telah dilaksanakan sejak tahun 1998 dan telah menjadi program pemerintah pusat yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya, sehingga sosialisasi program pada tahun 2009 dilakukan melalui pemberitahuan SK Walikota mengenai

“…Program Raskin ini sendiri sudah berjalan lama sejak tahun 1998, jadi masyarakat sudah banyak yang tahu keberadaan program ini sebagai program dari pemerintah pusat yang rutin diadakan tiap tahunnya. Jadi untuk tahun 2009 ini Walikota hanya melakukan sosialisasi melalui SK yang ditujukan kepada camat yang selanjutnya diteruskan ke masing-masing kelurahan. Walikota tidak melakukan sosialisasi secara khusus di seluruh wilayah Kota Surakarta karena dana APBD yang ada jumlahnya terbatas. Lagipula program ini telah lama berjalan dari tahun ke tahun, sehingga Walikota menganggap bahwa para pelaksana di tingkat kecamatan dan kelurahan sudah memahami Program Raskin ini...”

(Wawancara dengan Bp. Pajar Yuwono, S.H, 23/04/2009)

Dalam proses sosialisasi Program Raskin ini, pihak pemerintah pusat telah mengadakan pemberitahuan kepada masyarakat lewat iklan di media cetak maupun elektronik. Karena program ini merupakan program yang sudah berlangsung cukup lama dan rutin dari tahun ke tahun, maka untuk selanjutnya sosialisasi di tingkat bawah telah diserahkan kepada daerah masing-masing.

Penanganan sosialisasi program kepada masyarakat di Kecamatan Banjarsari lebih diserahkan kepada masing-masing kelurahan. Sosialisasi bisa dengan menggunakan cara yang dianggap efektif yang sesuai dengan kebijakan masing-masing kelurahan tersebut. Jalur yang ditempuh pada umumnya adalah dengan rapat koordinasi Penanganan sosialisasi program kepada masyarakat di Kecamatan Banjarsari lebih diserahkan kepada masing-masing kelurahan. Sosialisasi bisa dengan menggunakan cara yang dianggap efektif yang sesuai dengan kebijakan masing-masing kelurahan tersebut. Jalur yang ditempuh pada umumnya adalah dengan rapat koordinasi

“…tiap tahunnya untuk sosialisasi program Raskin ini diserahkan kepada masing-masing lurah dan pelaksana distribusi di kelurahan, baik dengan mengadakan rapat koordinasi secara formal maupun sosialisasi secara informal. Biasanya rapat koordinasi diadakan sebelum program Raskin berjalan, dan kemudian diumumkan kepada warga melalui RT/RW…”

(Wawancara dengan Bp. Pajar Yuwono, S.H, 23/04/2009)

Hal tersebut juga ditegaskan oleh lurah dari Kelurahan Timuran berikut ini :

“…kalau untuk sosialisasi kepada warga di wilayah Kecamatan Banjarsari sini, camat menyerahkan semuanya kepada lurah dan petugas pelaksana distribusi Raskin di masing-masing kelurahan. Tapi sebelumnya dilakukan rapat koordinasi terlebih dahulu antara pihak kelurahan dengan RT/RW, kemudian baru dilakukan sosialisasi kepada warga…”

(Wawancara dengan Bp. Marnoto, 16/07/2009)

Dari dua pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa penyampaian informasi program kepada masyarakat lebih diserahkan kepada para lurah untuk kemudian diteruskan kepada bawahannya. Pada kenyataannya di masing-masing kelurahan dalam mengadakan sosialisasi, tidak mengikutkan aparat kelurahan secara langsung. Mereka lebih melimpahkan tugas tersebut kepada bawahannya seperti ketua

RT/RW. Hal ini sesuai dengan penuturan pelaksana distribusi di Kelurahan Sumber berikut ini :

“…sosialisasi kepada warga di sini biasanya dilakukan oleh ketua RT/RW. Lurah dan satgas Raskin (pelaksana distribusi) Kelurahan hanya menyampaikan informasi tentang jadwal pelaksanaan distribusi Raskin dan daftar penerima manfaat Raskin…”

(Wawancara dengan Ibu Endang Sri Dwi Jatmi, 22/04/2009)

Dari keterangan tersebut dapat dikatakan bahwa sosialisasi ini lebih ditujukan kepada perangkat RT/RW, kemudian baru diteruskan kepada masyarakat. Seperti juga diungkapkan oleh salah seorang pelaksana distribusi di Kelurahan Setabelan berikut ini :

“…untuk lebih memudahkan komunikasi, maka sosialisasi mengenai distribusi beras Raskin kepada warga di Kelurahan Setabelan kami serahkan kepada ketua RT RW…”

(Wawancara dengan Bp. Maridjo, 28/05/2009)

Hal senada juga diutarakan oleh lurah dari Kelurahan Manahan berikut ini :

“…sosialisasi Program Raskin kepada warga langsung dilakukan oleh ketua RT/RW setelah diadakan rapat koordinasi dengan lurah dan satgas (pelaksana distribusi) Raskin kelurahan…”

(Wawancara dengan Bp. Edy Pramono, 18/06/2009)

Sosialisasi Program Raskin kepada warga di wilayah Kecamatan Banjarsari memang tidak dilakukan secara langsung oleh pihak kelurahan. Mereka lebih memanfaatkan pertemuan RT/RW yang Sosialisasi Program Raskin kepada warga di wilayah Kecamatan Banjarsari memang tidak dilakukan secara langsung oleh pihak kelurahan. Mereka lebih memanfaatkan pertemuan RT/RW yang

“…di kelurahan ini, petugas kelurahannya tidak langsung turun tangan ke lapangan untuk sosialisasi, tapi melalui pihak RT/RW, ya biar lebih mudah dan cepat mas. Waktu itu saya diberi surat edaran dari lurah yang menjelaskan tentang Program Raskin dan memberi perintah untuk melakukan sosialisasi kepada warga…”

(Wawancara dengan Bp. Sugino, 16/07/2009)

Hal itu didukung pula oleh pernyataan lurah dari Kelurahan Setabelan berikut ini :

“…memang kita tidak melakukan sosialisasi langsung pada warga. Ketika kita rapat koordinasi di kelurahan, disitulah kita memberitahukan bahwa ada Program Raskin. Sehingga pada waktu rapat koordinasi itu kita menginstruksikan ketua RT/RW untuk menginformasikan hal tersebut...”

(Wawancara dengan Ibu Dra. Islamtini, 30/04/2009)

Dapat diketahui bahwa sosialisasi ini lebih ditujukan kepada perangkat RT/RW kemudian baru diteruskan kepada masyarakat. Mereka lebih memanfaatkan pertemuan RT/RW yang diadakan tiap bulan sebagai jalur untuk menyampaikan informasi tersebut. Sementara penyampaian informasi dari lurah kepada ketua RT/RW bersifat singkat dan cepat. Maka informasi yang didapat pihak RT/RW juga terbatas. Dengan terbatasnya pengetahuan aparat RT/RW tentang Program Raskin Dapat diketahui bahwa sosialisasi ini lebih ditujukan kepada perangkat RT/RW kemudian baru diteruskan kepada masyarakat. Mereka lebih memanfaatkan pertemuan RT/RW yang diadakan tiap bulan sebagai jalur untuk menyampaikan informasi tersebut. Sementara penyampaian informasi dari lurah kepada ketua RT/RW bersifat singkat dan cepat. Maka informasi yang didapat pihak RT/RW juga terbatas. Dengan terbatasnya pengetahuan aparat RT/RW tentang Program Raskin

“…saya nggak begitu ngerti tentang Program Raskin ini, karena di pertemuan RT dulu hanya diberi tahu kalau disini diadakan program beras bersubsidi dari pemerintah, ngambilnya di kelurahan...”

(Wawancara dengan Ibu Antuti, 14/06/2009)

Dari keterangan tersebut terlihat bahwa pemahaman masyarakat akan program masih kurang. Jalur sosialisasi lewat pertemuan RT/RW sebenarnya efektif, karena langsung berhubungan dengan masyarakat. Namun karena keterbatasan pengetahuan aparat RT/RW sebagai penyampai informasi perihal Raskin ini, maka masyarakat menjadi kurang paham akan makna program tersebut secara keseluruhan.

Kondisi seperti ini dibenarkan oleh aparat kelurahan. Hal ini terjadi karena biasanya informasi tentang program lama yang berjangka panjang hanya mereka peroleh secara cepat dan lebih bersifat top down dari atasan, sehingga pelaksana di tingkat bawah tinggal menjalankan saja. Seperti ditegaskan lurah dari Kelurahan Manahan berikut ini :

“…program semacam ini kan merupakan program tahunan dari pemerintah pusat, dan kami yang ada di tingkat kelurahan ini sebagai pelaksana tinggal menunggu instruksi dari atasan untuk “…program semacam ini kan merupakan program tahunan dari pemerintah pusat, dan kami yang ada di tingkat kelurahan ini sebagai pelaksana tinggal menunggu instruksi dari atasan untuk

(Wawancara dengan Bp. Edy Pramono, 18/06/2009)

Hal itu didukung oleh pernyataan pelaksana distribusi Raskin di Kelurahan Sumber berikut ini :

“…kami selaku petugas pelaksana distribusi di kelurahan hanya tinggal melaksanakan instruksi dari camat maupun Ketua Tim Koordinasi Raskin Kecamatan. Sebenarnya informasi yang diberikan cukup jelas tapi karena banyaknya program baru, maka Program Raskin yang cukup lama berjalan ini hanya disampaikan garis besarnya saja kepada aparat dan RT/RW...”

(Wawancara dengan Ibu Endang Sri Dwi Djatmi, 22/04/2009)

Pengetahuan aparat kelurahan sendiri sebagai salah satu komponen pelaksana program masih perlu ditingkatkan. Kadang informasi tentang program lama kurang begitu diperhatikan dan hanya sepotong-sepotong yang mereka terima. Kondisi ini juga dilatarbelakangi dengan banyaknya tugas aparat kelurahan yang cukup banyak menyita sebagian besar waktu yang ada. Sehingga hal tersebut mengakibatkan kurangnya waktu untuk melakukan sosialisasi Program Raskin.

Pelaksanaan Program Raskin bersifat top down. Mazmanian dan Sabatier menjelaskan bahwa model top down menganggap suatu implementasi akan efektif bila birokrasi pelaksananya mematuhi apa yang telah digariskan oleh peraturan atau petunjuk teknis. Pelaksanaan Raskin yang bersifat top down dapat diketahui dengan adanya SK yang Pelaksanaan Program Raskin bersifat top down. Mazmanian dan Sabatier menjelaskan bahwa model top down menganggap suatu implementasi akan efektif bila birokrasi pelaksananya mematuhi apa yang telah digariskan oleh peraturan atau petunjuk teknis. Pelaksanaan Raskin yang bersifat top down dapat diketahui dengan adanya SK yang

Apabila perintah dan informasi yang diberikan dari pihak atas terlambat, maka pihak bawah seperti kelurahan hanya diberi waktu terbatas untuk melakukan sosialisasi dan seleksi penerima program untuk segera disampaikan kembali ke pihak atas. Jadi pelaksanaan program yang bersifat top down seperti Program Raskin ini sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan yang dimulai dari tingkat atas.

Kenyataan di lapangan menunjukkan beberapa hambatan yang muncul pada tahapan sosialisasi program. Hambatan tersebut meliputi; pengetahuan aparat kelurahan, RT/RW dan kelompok sasaran mengenai Program Raskin yang masih terbatas, serta proses sosialisasi yang singkat dan cepat. Hal ini terjadi karena adanya waktu yang terbatas dari pemerintah untuk melaksanakan sosialisasi yang baru diberikan pada pertengahan Desember 2008. Padahal Program Raskin akan dilaksanakan pada Januari 2009. Penyampaian program dilakukan secara singkat dan cepat sehingga informasi yang diperoleh oleh pihak kelurahan dan kelompok sasaran hanya sepotong-sepotong.

b. Penetapan Kuota dan Seleksi Penerima Raskin

Selain sosialisasi, dalam kegiatan perencanaan juga terdapat penetapan Kuota Raskin (jatah alokasi beras Raskin). Penetapan Kuota Raskin ini berskala nasional sampai dengan tingkat kelurahan berdasarkan data Rumah Tangga Sasaran (RTS) dari BPS. Penetapan RTS penerima manfaat Raskin berdasarkan kesepakatan hasil musyawarah kelurahan dan rencana pendistribusian Raskin.

Untuk penetapan RTS di kelurahan menggunakan data BPS yang terdiri dari Rumah Tangga Sangat Miskin, Miskin dan Hampir Miskin. Data tersebut merupakan sasaran Program Penanggulangan Kemiskinan secara nasional, termasuk Program Raskin. Oleh karena itu daftar RTS di setiap kelurahan dibuat berdasarkan nama-nama Rumah Tangga Sasaran hasil pendataan BPS tahun 2008. Apabila terdapat nama-nama RTS data BPS yang sudah tidak sesuai dengan data riil di kelurahan, maka dilakukan musyawarah kelurahan sebagai media verifikasi dengan tanpa mengubah jumlah RTS setiap kelurahan. Musyawarah kelurahan dipimpin oleh Lurah dan melibatkan aparat kelurahan (termasuk Kepala Lingkungan, RW, RT), dewan kelurahan, tokoh-tokoh masyarakat (agama, adat, dll.) serta perwakilan dari RTS. Kriteria RTS yang dinyatakan tidak sesuai meliputi :

1) RTS pindah tempat atau ke luar kelurahan.

2) RTS yang sudah tidak layak sebagai penerima manfaat (meningkat menjadi rumah tangga mampu).

Terhadap kedua kelompok RTS tersebut dapat digantikan dengan rumah tangga lain yang menurut musyawarah kelurahan dianggap layak menerima Raskin. Terhadap nama kepala RTS yang telah meninggal dunia dan masih dianggap layak menerima Raskin maka digantikan oleh anggota rumah tangganya sesuai data RTS BPS.

Kesepakatan hasil verifikasi musyawarah kelurahan ditetapkan sebagai RTS dan dicantumkan dalam DPM (Daftar Penerima Manfaat) yang ditandatangani oleh lurah dan disahkan oleh camat. RTS yang telah terdaftar dalam DPM (Daftar Penerima Manfaat) diberi Kartu Raskin sebagai kartu identitas keluarga miskin yang berhak menerima Raskin. Data RTS di kelurahan direkap di tingkat kecamatan dilaporkan kepada Tim Koordinasi Raskin Kota sebagai dasar penerbitan SPA (Surat Permintaan Alokasi) untuk mendistribusikan beras Raskin kepada RTS.

Alokasi beras Raskin untuk RTS telah diatur dalam Pedoman Pelaksanaan Raskin yaitu :

1. Berdasarkan data dari BPS, Tim Koordinasi Raskin Pusat menetapkan jatah alokasi Raskin (Kuota Raskin) tahun 2009 per Provinsi yang meliputi jumlah KK dan kuantum beras.

2. Atas dasar jatah per Propinsi, Tim Koordinasi Raskin Provinsi menetapkan jatah tahunan meliputi jumlah KK dan kuantum beras per Kabupaten/Kota yang ditetapkan dalam surat/SK Gubernur.

3. Atas dasar jatah tahunan per Kabupaten/Kota yang ditetapkan Tim Koordinasi Raskin Provinsi, Tim Koordinasi Raskin Kab/Kota 3. Atas dasar jatah tahunan per Kabupaten/Kota yang ditetapkan Tim Koordinasi Raskin Provinsi, Tim Koordinasi Raskin Kab/Kota

Untuk lebih jelas dari langkah-langkah tersebut diatas dapat dilihat mekanisme perencanaan Kuota Raskin dan penetapan penerima manfaat Raskin pada gambar berikut :

Gambar 3.1

Mekanisme Perencanaan Kuota Raskin Dan Penetapan Penerima Manfaat TIM KOORDINASI RASKIN PUSAT DATA RTS BPS KUOTA PROVINSI TIM KOORDINASI RASKIN PROVINSI DATA RTS BPS KUOTA KAB/KOTA

TIM KOORDINASI RASKIN KAB/KOTA DATA RTS BPS KUOTA KEC/ DESA/KELURAHAN KEC/KADES/LURAH

MUSYAWARAH KEL./ DESA Berbasis Data

RTS BPS PENERIMA MANFAAT

Sumber : Buku Pedoman Pelaksanaan Raskin (2009)

Langkah awal yang dilakukan dalam seleksi penerima yaitu dengan melakukan pendataan terhadap penduduk miskin di Kecamatan Banjarsari yang dipilih berdasarkan 14 Kriteria Rumah Tangga Miskin oleh BPS. Data Rumah Tangga Sasaran ini berdasarkan pendataan tahun 2008 yang dilakukan oleh BPS dan merupakan data baru yang selalu dibuat setiap tahunnya. Data tersebut diperlukan untuk menyusun sistem rangking dari keluarga miskin tersebut. Dari data yang dibuat oleh BPS, akan diketahui keluarga miskin yang layak mendapatkan beras Raskin. Jumlah Rumah Tangga Sasaran di Kecamatan Banjarsari yang diperoleh dari BPS Kota Surakarta seperti ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Rumah Tangga Sasaran Di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta

Tahun 2009

Jumlah No.

Kategori RTS

14 Kriteria Miskin BPS

Tahap I Tahap II

1 Hampir Miskin

Memenuhi 9-10 Kriteria

2 Miskin

Memenuhi 11-13 Kriteria

3 Sangat Miskin

Memenuhi 14 Kriteria

Sumber : Data Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Dari tabel di atas, pendataan RTS pada tahap pertama menghasilkan sejumlah 6,931 RTS yang berhak mendapatkan Raskin, tetapi setelah dilakukan peninjauan ulang, terdapat penambahan kuota pada Tahap II sehingga menghasilkan sejumlah 7,148 RTS sebagai penerima Raskin. Dalam tabel tersebut terdapat 3 (tiga) kategori Rumah Tangga Sasaran, yaitu Rumah Tangga Sangat Miskin, Miskin dan Hampir Miskin. Ketiganya merupakan kelompok sasaran selaku penerima Raskin yang memenuhi sejumlah persyaratan dari 14 Kriteria Rumah Tangga Miskin yang ditetapkan oleh BPS (Badan Pusat Statistik). Pendataan BPS dibuat sistem ranking dengan melihat keadaan warga di lapangan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang akurat mengenai kondisi keluarga miskin dan mengklasifikasikannya sesuai dengan pemenuhan standar yang ditetapkan. Seperti penuturan salah satu petugas pelaksana distribusi Raskin di Kelurahan Setabelan berikut ini :

“…kalau mengenai pendataan warga miskin yang layak menjadi penerima manfaat beras Raskin itu dilakukan oleh BPS dengan “…kalau mengenai pendataan warga miskin yang layak menjadi penerima manfaat beras Raskin itu dilakukan oleh BPS dengan

(Wawancara dengan Bp. Maridjo, 28/05/2009)

Hal senada juga diutarakan oleh ketua RT.01 RW.05 di Kelurahan Setabelan berikut ini :

“…untuk menentukan keluarga miskin yang layak menerima beras Raskin, di kelurahan ini dilakukan pendataan oleh petugas BPS setelah meminta ijin kepada kelurahan dan RT/RW. Pendataan ini dilakukan pada bulan September…”

(Wawancara dengan Bp. Sugino, 16/07/2009)

Kegiatan pendataan yang dilakukan oleh petugas BPS melibatkan mitra kerja baik itu dari pihak kelurahan, RT/RW ataupun Karang Taruna. Petugas BPS sebagai penyedia data keluarga miskin bekerjasama dengan mitra kerja untuk mendata keluarga miskin di Kecamatan Banjarsari. Seperti diutarakan oleh Kasie Statistik Sosial dari Badan Pusat Statistik Kota Surakarta berikut ini :

“…terkait dengan Program Raskin, BPS ditunjuk oleh pemerintah pusat sebagai penyedia data Rumah Tangga Sasaran sebagai penerima manfaat beras bersubsidi ini. Data tersebut adalah hasil pendataan BPS dengan didampingi mitra kerja baik dari kelurahan maupun RT/RW pada bulan September tahun 2008…”

(Wawancara dengan Ibu Herminawati, 26/07/2009)

Pada kenyataannya, data tersebut berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh petugas BPS di lapangan dengan didampingi oleh ketua RT untuk menentukan warga miskin yang layak mendapatkan Raskin. Setelah hasil survey tersebut diolah di BPS Pusat, kemudian disusun dalam bentuk buku. Buku tersebut berisi daftar nama penerima manfaat beras Raskin. Setelah menerima dari BPS Pusat, kemudian BPS Kota Surakarta memberikan data RTS tersebut kepada pihak pemerintah kota melalui Bapermas, PP, PA, dan KB (badan pemerintah kota yang mengurusi Program Raskin) untuk selanjutnya ditindaklanjuti dan diedarkan ke kecamatan dan kelurahan. Setelah mengetahui jatah alokasi Raskin yang diterima, melalui SK Walikota kepada camat yang diteruskan ke lurah, data tersebut kemudian dimusyawarahkan dalam musyawarah kelurahan untuk mengumumkan keluarga miskin yang berhak menerima beras Raskin.

Dalam pengamatan penulis, diketahui bahwa pihak kelurahan dan para ketua RT tidak membuat sistem rangking untuk menentukan warga yang layak sebagai RTS. Sistem rangking ini diserahkan kepada BPS. Mereka hanya menunjukkan kepada petugas BPS mengenai warga miskin yang dianggap lebih membutuhkan sesuai dengan kondisi keluarga miskin yang ada. Untuk upaya pendekatan di lingkungan kelurahan se-wilayah Kecamatan Banjarsari, oleh lurah telah diserahkan langsung kepada RT/RW setempat. Hal ini dilakukan karena RT/RW dianggap paling mengetahui secara langsung kondisi sosial ekonomi yang riil dari warganya.

Jadi dalam pendekatan ini tidak semua warga di data satu per satu, namun hanya dilakukan kepada keluarga miskin berdasarkan informasi dari kelurahan dan RT/RW. Kemudian dari data tersebut dilakukan seleksi penerima yang lebih berhak untuk menerima bantuan beras bersubsidi berdasarkan penilaian petugas BPS yang dibantu mitra kerja dari keadaannya di lapangan. Penilaian yang dilakukan oleh petugas BPS juga dibantu dengan informasi dari tokoh masyarakat atau perangkat RT/RW yang berdomisili di kelurahan se-wilayah Kecamatan Banjarsari. Koordinasi ini dilakukan oleh BPS karena perangkat RT/RW dan tokoh masyarakat setempat adalah yang paling dekat dengan lingkungan warga masyarakat di wilayah tersebut dan dianggap paling memahami kondisi warga masyarakat mereka sehingga pengetahuan terhadap kondisi keluarga miskin dapat diperoleh secara mendalam. Penilaian terhadap seleksi penerima juga tidak mengikutsertakan warga di masing-masing RT karena warga hanya memiliki pengetahuan yang terbatas terhadap Program Raskin sehingga mereka cenderung bersikap pasif terhadap seleksi penerima program tersebut. Hal itu diutarakan oleh seorang warga miskin penerima beras Raskin di Kelurahan Sumber berikut ini :

“…dulu itu pernah dilakukan pendataan warga oleh petugas Statistik (BPS) mas, mereka dibantu oleh Pak RT. Setau saya tidak ada warga RT/RW sini yang ikut mendata karena kebanyakan sibuk dengan pekerjaannya dan juga kurang mengerti seluk beluk program pemerintah. Lagipula tugas pendataan itu kan memang pekerjaan petugas Statistik dengan kelurahan dan RT/RW, sedangkan warga hanya sebagai orang yang dimintai data saja...”

(Wawancara dengan Bp. Kusno, 28/05/2009)

Hal itu menunjukkan bahwa kelompok sasaran program cenderung kurang memahami seleksi yang dilakukan oleh BPS. Mereka hanya mengharapkan agar mendapat bantuan dari pemerintah tanpa harus berperan serta dalam seleksi penerima.

Setelah pendataan selesai, Petugas BPS menyerahkan daftar nama penerima Raskin tersebut ke Kantor BPS Pusat untuk diolah dan hasilnya diserahkan kepada Pemerintah Pusat melalui Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Departemen Dalam Negeri untuk ditindaklanjuti dengan membuat dan menetapkan Kuota Raskin. Setelah data tersebut selesai ditindaklanjuti, maka daftar nama RTS diserahkan secara prosedural melalui pemerintah provinsi, kemudian diedarkan ke kabupaten/kota, kecamatan, hingga kelurahan. Seperti dikemukakan oleh Ketua Tim Koordinasi Raskin di Kecamatan Banjarsari berikut ini :

“…jadi setelah melakukan pendataan, petugas BPS menyerahkan hasil pendataan tersebut kepada Pusat untuk diverifikasi dan diolah untuk menentukan jatah alokasi Raskin. Setelah data selesai diolah kemudian ditetapkan jatah alokasi Raskin, maka berdasarkan alokasi Raskin Per Kota, Walikota kemudian membuat SPA (Surat Permintaan Alokasi) Raskin yang ditujukan kepada BULOG sebagai penyalur beras Raskin…”

(Wawancara dengan Bp. Pajar Yuwono, S.H, 14/04/2009)

Kemudian pihak kelurahan mengadakan rapat atau musyawarah di kantor kelurahan dengan melibatkan lurah, pelaksana distribusi, Kemudian pihak kelurahan mengadakan rapat atau musyawarah di kantor kelurahan dengan melibatkan lurah, pelaksana distribusi,

Dari pengamatan penulis di lapangan, ada warga miskin di beberapa kelurahan di wilayah Kecamatan Banjarsari yang tidak mendapatkan beras Raskin, maka kemudian itu diserahkan kepada lurah masing-masing untuk mengambil keputusan berdasarkan kesepakatan bersama dengan ketua RT dan warga. Apabila ada upaya untuk pemerataan dalam pembagian Raskin sesuai dengan kondisi yang ada, maka diawali dengan musyawarah bersama dengan berita acara resmi oleh aparat kelurahan, setelah itu diserahkan kepada kesepakatan antara warga penerima Raskin dengan warga yang tidak menerima Raskin tapi layak untuk mendapatkannya.

Data RTS dari BPS dibahas dalam musyawarah kelurahan. Setelah melalui proses musyawarah, kemudian setiap KK yang namanya tercantum secara sah sebagai RTS dalam DPM (Daftar Penerima Manfaat) diberikan kupon atau Kartu Raskin. Kartu Raskin tersebut digunakan sebagai bukti pengambilan beras. Sedangkan untuk KK penerima lainnya yang namanya tidak tercantum dalam DPM (Daftar Penerima Manfaat) akan tetap dicatat oleh masing-masing kelurahan dalam catatan kelurahan. Setelah musyawarah selesai, kemudian Data RTS dari BPS dibahas dalam musyawarah kelurahan. Setelah melalui proses musyawarah, kemudian setiap KK yang namanya tercantum secara sah sebagai RTS dalam DPM (Daftar Penerima Manfaat) diberikan kupon atau Kartu Raskin. Kartu Raskin tersebut digunakan sebagai bukti pengambilan beras. Sedangkan untuk KK penerima lainnya yang namanya tidak tercantum dalam DPM (Daftar Penerima Manfaat) akan tetap dicatat oleh masing-masing kelurahan dalam catatan kelurahan. Setelah musyawarah selesai, kemudian

“…kalau untuk daftar nama RTS sendiri sudah ditetapkan oleh BPS melalui survey yang mereka lakukan pada bulan September tahun lalu. Dan apabila ada keluarga miskin yang telah ditentukan oleh BPS namun meninggal dunia atau pindah, maka jatah beras akan diberikan kepada KK pengganti yang berhak menerimanya, dan dalam Daftar Penerima Manfaat tetap menggunakan nama KK yang lama tersebut, sedangkan KK pengganti dicatat dalam buku administrasi di kelurahan. Tentu saja itu dilakukan melalui musyawarah kelurahan...”

(Wawancara dengan Bp. Sugino, 16/07/2009)

Hal itu didukung oleh pernyataan seorang warga penerima Raskin berikut ini :

“…dulu pernah terjadi di RT sini ada warga yang tercatat sebagai penerima beras Raskin oleh BPS, namun ketika pendistribusian beras, ternyata warga itu telah pindah rumah. Sehingga jatah berasnya dialihkan kepada warga lain yang layak menerimanya. Meskipun warga yang mengganti tersebut belum tercatat dalam daftar di Pusat, tapi dicatat di kelurahan...”

(Wawancara dengan Bp. Ngatimin, 31/07/2009)

Nampak bahwa dalam proses penetapan jumlah penerima beras Raskin melalui mekanisme dan ketentuan yang jelas. Demikian pula proses seleksi dilakukan oleh pelaksana program di Kecamatan Banjarsari. Pada dasarnya pelaksanaannya tidak banyak mengalami kesulitan, namun dalam proses seleksi tersebut tidak ada keterlibatan

dari kelompok sasaran. Hal ini dikarenakan pihak pelaksana baik dari BPS maupun mitra kerja dari kelurahan dan RT/RW dituntut cepat dalam melakukan pendataan warga miskin dan proses seleksinya agar dari kelompok sasaran. Hal ini dikarenakan pihak pelaksana baik dari BPS maupun mitra kerja dari kelurahan dan RT/RW dituntut cepat dalam melakukan pendataan warga miskin dan proses seleksinya agar

“…kalau untuk proses pendataan warga miskin ini tergolong singkat mas, karena BPS hanya diberikan waktu sekitar dua bulan untuk menyelesaikan pekerjaannya dan segera melaporkan kepada BPS Pusat untuk diajukan kepada pemerintah pusat berapa jumlah warga miskin yang ada di tiap-tiap wilayah…”

(Wawancara dengan Ibu Dra. Islamtini, 30/04/2009)

Meskipun Program Raskin telah berjalan lama, namun bantuan yang diberikan setiap tahunnya belum tentu sama, apalagi setiap tahun setidaknya ada perubahan kondisi sosial ekonomi di wilayah Kecamatan Banjarsari. Selain itu, waktu yang terbatas membuat RT kesulitan untuk melakukan pertemuan dengan kelompok sasaran. Hal ini terjadi karena kesulitan mempertemukan waktu yang tepat dan cepat antara aparat dan warganya. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang ketua RT berikut ini :

“…sosialisasi Program Raskin ini tergolong singkat mas, karena termasuk program tahunan dari pemerintah pusat. Jadi, warga dianggap sudah mengerti. Apalagi untuk mengumpulkan warga dalam rangka sosialisasi itu memang agak sulit karena mereka lebih memilih mencari nafkah daripada mendapatkan pengarahan dari kelurahan. Apalagi warga sini juga banyak yang pendidikannya tergolong rendah, jadi ya mereka enggan menyempatkan waktu mengikuti kegiatan itu…”

(Wawancara dengan Bp. Saptono, 11/06/2009)

Hal senada diungkapkan oleh salah seorang warga penerima Raskin berikut ini :

“…karena saya sibuk jualan, jadi ya nggak bisa ikut sosialisasi dari kelurahan mas. Sosialisasinya itu setau saya hanya lewat pemberitahuan dari RT kalau beras Raskin dibagikan lagi tahun ini. Apalagi kalau seperti saya ini kan pendidikannya rendah, jadi ya tidak bisa banyak membantu tho mas…”

(Wawancara dengan Ibu Antuti, 14/06/2009)

Dari wawancara yang dilakukan penulis terhadap beberapa warga yang termasuk Rumah Tangga Sasaran (RTS) memungkinkan bahwa ketidakhadiran mereka dalam musyawarah kelurahan dikarenakan kesibukan untuk mencari nafkah dan juga karena rendahnya tingkat pendidikan mereka, sehingga mereka enggan terlibat dalam tahapan Program Raskin. Meskipun demikian, mereka tetap antusias terhadap Program Raskin ini pada saat beras didistribusikan di daerah mereka. Hal ini ditunjukkan dengan habisnya persediaan beras Raskin di kelurahan se-wilayah Kecamatan Banjarsari dalam waktu sekitar lima sampai tujuh hari setelah beras diturunkan di kelurahan karena sudah dibeli oleh warga yang menjadi RTS.

Berdasarkan kebijakan Walikota, Kecamatan Banjarsari telah menerima alokasi beras Raskin sebanyak 107.220 kg dibagi untuk 7.148 KK yang menjadi RTS dengan jatah beras 15 kilogram per KK setiap bulannya. Dari 7.148 KK tersebut telah dibagi sesuai dengan alokasi per RT/RW. Di bawah ini dapat dilihat tabel jatah beras untuk keluarga miskin di Kecamatan Banjarsari :

Tabel 3.2 Jumlah Rumah Tangga Miskin Di Kecamatan Banjarsari Tahun 2009

No Kelurahan

Jumlah Kk

Kuantum Beras Raskin

Sumber : Data Bapermas, PP, PA dan KB Pemerintah Kota Surakarta

Dari tabel diatas nampak bahwa ada 7.148 KK yang menerima jatah beras Raskin. Mereka adalah keluarga miskin yang dalam penilaian Dari tabel diatas nampak bahwa ada 7.148 KK yang menerima jatah beras Raskin. Mereka adalah keluarga miskin yang dalam penilaian

“…terus terang ya mas, saya itu kecewa karena ternyata saya nggak dapat jatah beras Raskin dari pemerintah. Lha mau gimana lagi, soalnya data juga sudah ditetapkan dan tidak bisa diganggu gugat. kalau dipikir-pikir saya ini juga termasuk keluarga miskin mas, tapi tahun ini saya tidak dapat jatah beras Raskin dari pemerintah. Saya sebenarnya sudah berusaha matur sama bu Lurah tapi data yang telah ditetapkan oleh BPS tidak dapat diganti hingga program Raskin tahun ini selesai karena data yang telah ditetapkan itu digunakan selama satu tahun …”

(Wawancara dengan Ibu Meni Budiyanti, 28/05/2009)

Hal senada diungkapkan oleh warga lainnya yang juga tidak menerima beras Raskin berikut ini :

“…sebenarnya saya merasa kecewa karena tidak terdaftar sebagai penerima beras Raskin. Tetapi saya juga ndak bisa berbuat apa-apa mas, karena mungkin jatah Raskinnya sudah mulai berkurang untuk tahun ini…”

(Wawancara dengan Ibu Asih Retno Palupi, 30/05/2009)

Berdasarkan pengamatan penulis diketahui bahwa masih terdapat persoalan dalam pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan Banjarsari

karena data RTS penerima Raskin dari BPS mengakibatkan rasa iri dan kecewa dari warga yang tidak mendapat Raskin. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa keluarga yang tidak mendapat jatah beras Raskin masih bisa memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari meskipun berpenghasilan rendah. Misalnya keluarga miskin yang memiliki saudara yang cukup mampu sehingga dalam keadaan kesulitan pangan dapat memperoleh bantuan dari saudaranya, dan keluarga miskin yang memiliki anak-anak yang sudah bekerja, dan sebagainya. Sehingga, meskipun mereka itu tergolong keluarga miskin, tapi secara umum mereka dapat memenuhi kebutuhan pangan pokok sehari-hari dari pada keluarga miskin lain yang lebih diprioritaskan mendapat bantuan beras Raskin ini. Aparat kelurahan hanya memberikan solusi dengan adanya “sistem bagi roto” atau disingkat “Bagito”, yakni pembagian beras Raskin secara merata dengan berdasarkan kesepakatan warga. Selain itu, kemungkinan bagi keluarga miskin yang tidak mendapat Raskin dapat dialihkan sebagai penerima bantuan program pemerintah lainnya, misalnya BLT (Bantuan Langsung Tunai), apabila memenuhi sejumlah variabel kemiskinan yang ditetapkan BPS.

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa dalam proses distribusi beras Raskin di tiap titik distribusi di wilayah Kecamatan Banjarsari timbul persoalan karena kuota bantuan beras Raskin yang diterima pada tahun ini jumlahnya berkurang dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Apalagi ada sejumlah warga di wilayah Kecamatan Banjarsari yang merasa dirinya miskin tapi tidak mendapatkan jatah

Raskin. Sehingga muncul rasa kecewa dan iri setiap kali distribusi beras dilaksanakan di Kecamatan Banjarsari. Untuk penanganan masalah tersebut biasanya diserahkan kepada pihak kelurahan atau RT/RW, yaitu melalui sistem “Bagito” (Pembagian Rata). Artinya bahwa RTS penerima Raskin dapat memberikan sebagian dari beras yang didapat kepada warga yang layak mendapatkannya tapi tidak tercatat sebagai RTS penerima Raskin. Dan untuk pembayarannya ditanggung oleh masing-masing warga sesuai dengan kuantum beras yang diterima. Jadi semua itu tergantung kesepakatan dari warga, baik dari warga yang terdaftar sebagai RTS penerima program, maupun warga yang tidak mendapatkan. Seperti yang diungkapkan pelaksana distribusi di Kelurahan Gilingan berikut ini:

“…di Kelurahan Gilingan ini sebenarnya ada sejumlah warga yang tidak mendapat jatah Raskin mas. Pemecahannya ya dengan sistem “Bagito” (Pembagian Rata) berdasarkan kesepakatan warga…”

(Wawancara dengan Bp. Ngatimin, 31/07/2009)

Lebih lanjut dijelaskan bahwa yang menjadi penerima tetap adalah keluarga miskin yang benar-benar tidak mampu atau bisa disebut sebagai keluarga miskin yang paling tidak mampu atau Rumah Tangga Sangat Miskin. Sedangkan keluarga miskin yang menjadi penerima tidak tetap adalah keluarga miskin yang tingkat kemiskinannya tidak terlalu rendah.

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan program ini meliputi beberapa kegiatan yang dilakukan, diantaranya penyaluran/distribusi bantuan beras dan proses pembayaran atau administrasi.

a. Penyaluran Bantuan Beras

Bentuk bantuan yang diterima oleh RTS penerima manfaat Program Raskin yaitu dalam bentuk pembelian beras murah sebanyak 15 kg untuk setiap keluarga dengan harga Rp. 1.600,- per kilonya yang diambil tiap bulan. Bantuan beras bersubsidi ini harus diterima secara utuh oleh RTS, dan tidak diperkenankan melakukan potongan atau pungutan biaya oleh pihak manapun. Mekanisme distribusi beras dari kota ke kelurahan adalah sebagai berikut :

1. Dari jumlah Rumah Tangga Sasaran penerima manfaat (RTS-PM) digunakan oleh Walikota untuk mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) Beras Raskin kepada Kepala Perum BULOG Subdivre Surakarta dengan dilampiri jadwal rencana distribusi dan jumlah RTS per kelurahan.

2. Berdasarkan data tersebut, Kepala Perum BULOG Subdivre Surakarta menerbitkan Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) atau Delivery Order (DO) beras Raskin per kelurahan kepada petugas Raskin BULOG sesuai jumlah dan jadwal permintaan alokasi yang diajukan oleh Walikota.

3. Atas dasar SPPB tersebut, kepala gudang BULOG melayani distribusi beras dengan menugaskan petugas Raskin BULOG sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

4. Petugas Raskin BULOG mengangkut dan menyerahkan beras Raskin ke titik distribusi.

5. Pelaksanaan pendistribusian beras Raskin dari titik distribusi (tempat penyerahan beras Raskin) kepada RTS merupakan tanggung jawab pegawai kelurahan yang ditunjuk sebagai pelaksana distribusi Raskin di kelurahan.

Pada pelaksanaan Program Raskin ini, Kecamatan Banjarsari mendapatkan kuota terbanyak menempati urutan pertama dalam pendistribusian beras di Kota Surakarta. Di Kecamatan Banjarsari, penyaluran beras Raskin ini diawali dengan didistribusikannya beras dari BULOG Subdivre Surakarta ke wilayah Kecamatan Banjarsari sesuai dengan jumlah alokasi yang telah ditentukan. Penyaluran beras dari BULOG tidak melewati pihak kecamatan karena untuk memperpendek jalur distribusi dan menghemat pengeluaran transportasi. Lagipula yang digunakan sebagai tempat distribusi adalah di kantor kelurahan.

Distribusi beras Raskin di Kecamatan Banjarsari pada pertama kalinya dilakukan pada pertengahan bulan Maret 2009. Distribusi Raskin pertama pada tahun 2009 seharusnya dikirim pada awal bulan Januari dan dilanjutkan dengan pengiriman untuk bulan Februari. Namun pengiriman jatah Raskin pada dua bulan awal tahun 2009 tersebut belum Distribusi beras Raskin di Kecamatan Banjarsari pada pertama kalinya dilakukan pada pertengahan bulan Maret 2009. Distribusi Raskin pertama pada tahun 2009 seharusnya dikirim pada awal bulan Januari dan dilanjutkan dengan pengiriman untuk bulan Februari. Namun pengiriman jatah Raskin pada dua bulan awal tahun 2009 tersebut belum

Dari pengamatan yang dilakukan, di Kecamatan Banjarsari ada pengiriman jatah Raskin sebanyak dua kali dalam satu bulan, yaitu pada bulan Maret dan Mei. Ini dilakukan sebagai ganti keterlambatan pengiriman pada bulan Januari dan Februari, sehingga untuk bulan berikutnya pengiriman sudah dapat berjalan stabil kembali hingga program ini selesai pada akhir tahun. Tentunya jadwal pendistribusian untuk bulan berikutnya tersebut disesuaikan dengan jadwal yang ada dalam juklak Program Raskin yang menyebutkan bahwa pelaksanaan penyaluran beras dari tanggal 1 – 15 setiap bulannya.

Untuk mengantisipasi keterlambatan distribusi beras pada bulan berikutnya, pengiriman dilakukan lebih awal. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan pelaksana distribusi Raskin di Kelurahan Setabelan berikut ini :

“…saya biasanya mendapat informasi kedatangan beras, jadi pihak kelurahan tidak kerepotan dan keterlambatan distribusi bisa dihindari apabila pengiriman Raskin itu dilakukan lebih awal…”

(Wawancara dengan Bp. Maridjo, 28/05/2009)

Berdasarkan jadwal yang sudah ada dan informasi pengiriman beras, Ketua Tim Koordinasi Raskin Kecamatan menyampaikan ke lurah yang diteruskan ke RT/RW untuk disampaikan kepada RTS untuk memberitahu hari kedatangan beras sehingga RTS dapat mempersiapkan uang pembayaran sebelum beras datang.

Sebelum kedatangan beras tersebut, perwakilan RT/RW mendatangi RTS untuk meminta pembayaran atas jatah beras Raskin yang akan mereka terima, atau RTS membayar langsung ke ketua RT/RW. Namun, ada juga RTS yang langsung membayar ke pelaksana distribusi Raskin di Kelurahan dan melakukan pengambilan beras sendiri dikarenakan jarak rumahnya dekat dengan kelurahan. Seperti yang diungkapkan pelaksana distribusi di Kelurahan Sumber berikut ini :

“…kalau untuk pembayarannya biasanya dari petugas yang ditunjuk RT/RW mendatangi RTS untuk minta pembayaran atas beras Raskin yang akan diambil. Kemudian perwakilan RT/RW membayarkannya ke kelurahan sekalian mengambil jatah beras warga. Tapi ada juga warga yang mengambil beras sendiri dan melakukan pembayaran langsung di kelurahan…”

(Wawancara dengan Ibu Endang Sri Dwi Jatmi , 22/04/2009)

Hal ini didukung oleh pernyataan lurah Kelurahan Setabelan berikut ini :

“…di kelurahan Setabelan ini memang ada beberapa warga yang menitipkan pembayaran beras Raskin kepada perwakilan RT, dan untuk mengambilkan jatah beras mereka. Itu dikarenakan warga yang rumahnya cukup jauh dari kantor kelurahan. Tapi ada juga warga yang mengambil beras sendiri dan melunasi pembayarannya ke satgas (pelaksana distribusi) kelurahan…”

(Wawancara dengan Ibu Dra. Islamtini, 30/04/2009)

Jadi pembayaran yang dilakukan RTS dapat langsung ke pihak kelurahan ataupun dititipkan melalui perwakilan RT/RW untuk disetorkan ke kelurahan. Setelah uang pembayaran Raskin terkumpul seluruhnya di kelurahan, kemudian oleh pelaksana distribusi diserahkan kepada Ketua Tim Koordinasi Raskin Kecamatan untuk ditransfer ke rekening BULOG di Bank BRI yang ditunjuk. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Tim Koordinasi Raskin Kecamatan Banjarsari sebagai berikut ini :

“…Biasanya penyetoran uang pembayaran Raskin oleh RTS dapat dibayar langsung ke kelurahan atau dititipkan pada perwakilan RT untuk dibayarkan ke kelurahan. Setelah itu, uang HPB (Hasil Penjualan Beras) diserahkan ke kecamatan untuk ditransfer ke Rekening BULOG lewat Bank BRI…“

(Wawancara dengan Bp. Pajar Yuwono, S.H, 23/04/2009)

Pembayaran beras oleh RTS rata-rata dapat diselesaikan dengan lancar. Tidak ada warga yang terlambat membayar, karena setelah beras datang di kelurahan, para keluarga miskin pasti mengambil jatahnya sambil membayar uang beras tersebut. Semua keluarga miskin pasti dapat melunasi uang beras walaupun mereka harus bersusah payah mendapatkan uang meskipun dengan cara berhutang sana-sini. Seperti Pembayaran beras oleh RTS rata-rata dapat diselesaikan dengan lancar. Tidak ada warga yang terlambat membayar, karena setelah beras datang di kelurahan, para keluarga miskin pasti mengambil jatahnya sambil membayar uang beras tersebut. Semua keluarga miskin pasti dapat melunasi uang beras walaupun mereka harus bersusah payah mendapatkan uang meskipun dengan cara berhutang sana-sini. Seperti

“…di kelurahan ini tidak ada keterlambatan pembayaran beras dari warga, karena mereka sangat antusias dengan pembagian beras murah ini. Jadi setiap ada pemberitahuan beras sudah datang, mereka langsung bergegas untuk membayar beras baik melalui perwakilan RT atau langsung ke kelurahan…”

(Wawancara dengan Bp. Lukito, 23/03/2009)

Selanjutnya, pada hari kedatangan beras, RTS dapat mengambil langsung jatah beras yang akan diterima, baik melalui perwakilan RT/RW maupun diambil sendiri. Menurut ketentuan, ketika beras telah sampai di kantor kelurahan, sopir truk dan beberapa orang kuli (tenaga panggul) menurunkan beras dari truk. Kemudian pelaksana distribusi bersama dengan petugas Raskin BULOG, dan RTS melakukan pengecekan antara jumlah beras yang datang dengan jumlah yang tertulis di Berita Acara Serah Terima (BAST) beras Raskin. Apabila jumlahnya sesuai maka pelaksana distribusi kelurahan menyetorkan uang pembelian beras langsung kepada petugas BULOG. Kemudian surat terima Raskin ditandatangani oleh Petugas BULOG, Lurah dan pelaksana distribusi. Setelah itu, pelaksana distribusi menerima biaya operasional sebesar Rp. 30.000,- serta menandatangani kwitansi biaya operasional tersebut. Biaya operasional tersebut diberikan secara merata untuk pelaksana distribusi di tingkat kelurahan. Kemudian uang tersebut menjadi hak milik petugas kelurahan sebagai ganti operasional yang meliputi biaya transportasi dan makan.

Namun dalam pengamatan penulis, pada waktu pendistribusian beras di kantor kelurahan, seringkali tidak didampingi oleh petugas Raskin BULOG. Hal ini dikarenakan BULOG sudah mempercayakan pelaksanaan pendistribusian beras Raskin kepada aparat kelurahan. Dan, Berita Acara Serah Terima (BAST) beras Raskin dititipkan melalui Ketua Tim Koordinasi Raskin Kecamatan untuk diserahkan kepada pihak kelurahan untuk ditandatangani. Dalam pelaksanaannya, tidak ada penyelewengan beras yang dilakukan oleh para pelaksana di kelurahan karena tidak ada satu aparatpun yang menerima jatah beras Raskin.

Setelah pelaksanaan distribusi beras di kelurahan selesai, selanjutnya beras dapat dibawa pulang ke tempat masing-masing baik oleh RTS yang mengambil langsung jatah berasnya maupun perwakilan RT/RW yang dititipi pembayaran beras Raskin oleh RTS. Pengambilan beras Raskin melalui perwakilan RT/RW tersebut dilakukan untuk mempermudah RTS dalam mengambil jatah beras, terutama mereka yang tempat tinggalnya terletak cukup jauh dari kelurahan. Sehingga mereka tidak perlu bersusah payah pergi ke kantor kelurahan. Seperti yang diutarakan oleh lurah Kelurahan Setabelan berikut ini :

“…ada juga perwakilan RT/RW yang membawakan beras dari kelurahan ke RT masing-masing untuk mempermudah RTS dalam pengambilan beras Raskin. Sehingga dapat lebih menghemat waktu, biaya dan tenaga mereka…”

(Wawancara dengan Ibu Dra. Islamtini, 30/04/2009)

Hal senada juga diungkapkan oleh pelaksana distribusi di Kelurahan Sumber:

“…biasanya ada perwakilan RT mengambil beras Raskin di kelurahan. Ada yang menggunakan gerobak dan becak, sehingga warga tidak perlu repot-repot ke kantor kelurahan…”

(Wawancara dengan Ibu Endang Sri Dwi Jatmi , 22/04/2009)

Dengan adanya perwakilan RT yang mengambilkan beras Raskin di kelurahan, maka memberikan kemudahan bagi RTS yang tempat tinggalnya terletak jauh dari kelurahan untuk mengambil jatah beras mereka. Untuk biaya angkutnya sendiri sesuai dengan kesepakatan antara warga dengan perwakilan RT yang mengambilkan beras, dan bahkan banyak juga perwakilan RT yang secara sukarela mengambilkan beras Raskin untuk RTS di daerahnya tanpa ada pungutan biaya.

Setelah beras tiba di kelurahan, RTS yang namanya tercantum dalam DPM (Daftar Penerima Manfaat) beras Raskin yang sah dapat mengambil beras dengan menggunakan kupon atau Kartu Raskin sebagai bukti pengambilan beras. Kupon ini digunakan untuk mengambil beras setiap bulannya dan kupon ini berlaku untuk satu tahun saja. Setiap mengambil beras Raskin, RTS harus menandatangani laporan serah terima yang dipegang oleh aparat kelurahan, sedangkan aparat kelurahan menandatangani kupon atau Kartu Raskin yang dibawa RTS. Sesuai dengan kebijakan yang telah berlaku, beras yang diperoleh RTS adalah

15 kg beras dengan harga Rp.24.000,-. Dalam pengambilan beras ini, RTS mengambil jatahnya setelah melakukan pembayaran.

Dari pengamatan penulis, pernah terjadi kekurangan kuantitas beras sehingga RTS mengadukan kepada RT yang diteruskan ke kepala kelurahan atau langsung ke kepala kelurahan. Kemudian kepala kelurahan mengirim surat pengaduan ke BULOG Subdivre Surakarta agar untuk bulan berikutnya timbangannya diperiksa kembali. Seperti yang diungkapkan pelaksana distribusi Raskin di Kelurahan Setabelan berikut ini :

“…bulan kemarin saya pernah mengadukan soal timbangan yang tidak pas lalu saya usul kepada Bu Lurah supaya menyampaikan keluhan ini pada petugas dari BULOG dan usulan saya sudah disampaikan sehingga sampai sekarang beras yang diperoleh warga sudah pas 15 kilo…”

(Wawancara dengan Bp. Maridjo, 28/05/2009)

Sehingga kasus kekurangan timbangan hanya terjadi sekali di tahun 2009 karena pihak pelaksana baik di kelurahan maupun di BULOG Subdivre Surakarta berusaha untuk menyelesaikan setiap persoalan dan mencoba untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sedangkan beras yang diperoleh kualitasnya cukup baik, hal ini dibuktikan dengan pengakuan seorang penerima program:

“…saya mbayarnya Rp.24.000,- di kantor kelurahan, lalu tiap bulannya mendapat beras 15 kg. Saya tidak tau jenis berasnya, tapi berasnya layak untuk dikonsumsi, jadi saya merasa cukup senang dengan adanya beras Raskin ini…”

(Wawancara dengan Bp. Kusno, 13/05/2009)

Hal ini ditegaskan pula oleh pelaksana distribusi Raskin di Kelurahan Sumber berikut ini :

“…meskipun beras ini harganya murah hanya Rp.24.000,- per 15 kg tapi kualitasnya ya cukup bagus mas, dan rasanya pun seperti beras yang dimasak pada umumnya...”

(Wawancara dengan Ibu Endang Sri Dwi Djatmi, 22/04/2009)

Lebih lanjut dijelaskan bahwa selama pelaksanaan Program Raskin kualitas beras yang didistribusikan selalu baik. Selain itu, tidak diketemukan keluhan dari RTS mengenai kualitas beras yang diterima sehingga hal itu membuktikan bahwa beras Raskin layak untuk dimakan sehari-hari oleh RTS. Sementara itu, pihak BULOG Subdivre Surakarta juga memberi penjelasan bahwa kualitas beras Raskin selalu terkontrol. Pengiriman beras yang diperoleh dari para kontraktor selalu di cek oleh pihak petugas pemeriksa kualitas dari BULOG di masing-masing gudang. Seperti yang diungkapkan Koordinator Raskin dari BULOG Subdivre Surakarta berikut ini :

“…beras dari kontraktor yang masuk ke Gudang BULOG pasti di cek kualitasnya sesuai dengan standar beras ideal yang layak untuk dikonsumsi. Kebanyakan yang distok di Gudang sini beras jenis IR, karena dapat disimpan cukup lama di Gudang. Jadi untuk Raskin, beras yang dikirim jenisnya IR... “.

(Wawancara dengan Bp. Liliek Washie Irawanto, 24/06/2009)

Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa kriteria beras yang baik adalah sebagai berikut ini :

- Derajat soso (lapisan lembaga yang terasa pada butiran beras) atau katul sebanyak 5%. - Kadar air maksimal 14%.

- Butir patah-patah maksimal 20%. - Menir maksimal 62%. - Butir utuh minimal 35%. - Butir kuning rusak maksimal 3%. - Kapur 3%. - Benda-benda lain 0,05%.

Hal itu dilakukan pada 100 gram dari bagian beras yang dikirim. Beras yang diterima kurang lebih harus sesuai standar, sehingga akan diperoleh beras yang kualitasnya baik dan layak untuk dikonsumsi penerima Raskin.

Sedangkan keluarga miskin yang tidak menerima Raskin merasa kecewa karena tidak mendapatkan bantuan beras sehingga apabila mereka kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya, mereka harus mengusahakan sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang keluarga miskin berikut ini :

“…saya kecewa mas karena tidak memperoleh Raskin. Kadang kalau saya kesulitan beli beras ya saya terpaksa cari pinjaman sana-sini, selain bekerja jadi linmas di kelurahan ini…”

(Wawancara dengan Ibu Meni, 28/05/2009)

Namun diantara rasa kecewa warga yang tidak menerima beras Raskin ada sedikit kesadaran bahwa kesalahan bukan pada petugas BPS dan aparat kelurahan tapi karena berkurangnya jumlah alokasi bantuan Namun diantara rasa kecewa warga yang tidak menerima beras Raskin ada sedikit kesadaran bahwa kesalahan bukan pada petugas BPS dan aparat kelurahan tapi karena berkurangnya jumlah alokasi bantuan

“…meskipun saya tidak mendapat beras Raskin, tapi saya menyadari kalau mereka yang menerima Raskin itu kondisi ekonominya memang lebih miskin dari saya. Dan kelihatannya bantuan beras dari pusat untuk tahun ini jumlahnya berkurang, jadi saya ya harus nrimo mas …”

(Wawancara dengan Ibu Asih Retno Palupi, 30/05/2009)

Jadi meskipun pengetahuan mereka tentang program terbatas dan rasa kecewa mereka tidak bisa ditutupi tapi perasaan “ nrimo” yang dimiliki oleh warga yang tidak menerima beras Raskin membuat mereka tetap berusaha untuk memenuhi pangannya sendiri tanpa harus mengeluh karena tidak mendapatkan beras Raskin.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada saat penyaluran beras Raskin timbul persoalan ketika ada keterlambatan pengiriman beras untuk jatah bulan Januari dan Februari. Hal tersebut karena pengiriman jatah beras Raskin yang pertama justru dilakukan pada awal bulan Maret. Namun untuk mengganti keterlambatan pengiriman tersebut, dalam bulan Maret dan Mei dikirim beras Raskin sebanyak dua kali, sehingga untuk bulan berikutnya pengiriman beras sudah berjalan stabil. Hambatan lain yang muncul yaitu adanya pengiriman sopirnya saja tanpa disertai petugas dari BULOG Subdivre Surakarta dan adanya kekurangan kuantitas beras dari yang semestinya yaitu 15 kg per KK sehingga pihak kelurahan perlu mengirim surat pengaduan untuk Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada saat penyaluran beras Raskin timbul persoalan ketika ada keterlambatan pengiriman beras untuk jatah bulan Januari dan Februari. Hal tersebut karena pengiriman jatah beras Raskin yang pertama justru dilakukan pada awal bulan Maret. Namun untuk mengganti keterlambatan pengiriman tersebut, dalam bulan Maret dan Mei dikirim beras Raskin sebanyak dua kali, sehingga untuk bulan berikutnya pengiriman beras sudah berjalan stabil. Hambatan lain yang muncul yaitu adanya pengiriman sopirnya saja tanpa disertai petugas dari BULOG Subdivre Surakarta dan adanya kekurangan kuantitas beras dari yang semestinya yaitu 15 kg per KK sehingga pihak kelurahan perlu mengirim surat pengaduan untuk

Dalam pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan Banjarsari ini tidak ada LSM yang mengawasi, sehingga tidak ada pengawasan yang dilakukan pada saat distribusi beras di kantor kelurahan. Meskipun demikian, berdasarkan pengamatan penulis, tidak terdapat adanya penyelewengan dari petugas kelurahan, karena mereka mengemban amanat untuk melayani kepentingan masyarakat banyak dan mereka menyadari betapa pentingnya arti beras Raskin itu bagi masyarakat yang membutuhkan. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang pelaksana distribusi berikut ini :

“…melayani masyarakat sudah menjadi tugas kami mas, dan kami tidak punya niat untuk menyelewengkan dana Raskin atau apapun yang terkait dengan bantuan Raskin kepada warga miskin ini, karena kami bekerja dengan hati nurani. Apalagi pemerintah juga memberikan dana operasional bagi para pelaksana untuk kegiatan ini, jadi itu bisa menjadi semangat kami untuk memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat…”

(Wawancara dengan Ibu Endang, 22/04/2009)

Hal ini didukung pula dengan pernyataan salah seorang lurah berikut ini :

“…sebagai lurah, saya mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mendukung kelancaran Program Raskin ini. Selama saya menjadi Lurah di Kelurahan Manahan, tidak ada satupun dari aparat kelurahan di sini yang melakukan penyalahgunaan terhadap bantuan pemerintah untuk warga miskin. Ketika tahun kemarin, beras Raskin kualitasnya jelek pun saya langsung memprotes BULOG untuk mendapatkan penggantian segera…”

(Wawancara dengan Bp. Edy Pramono, 18/06/2009)

b. Pemanfaatan Bantuan Beras

Sesuai dengan ketentuan yang ada bahwa bantuan beras Raskin dimanfaatkan untuk membantu Rumah Tangga Sasaran (RTS) terhindar dari kerawanan atau kekurangan akan kebutuhan bahan pangan pokok (beras). Untuk Kecamatan Banjarsari bantuan beras tersebut telah diberikan kepada keluarga miskin yang membutuhkan, yang dalam program ini disebut dengan RTS (Rumah Tangga Sasaran). Beras yang didapatkan RTS di Kecamatan Banjarsari dimanfaatkan untuk dimakan sehari-hari oleh RTS tersebut guna memenuhi kebutuhan pangan mereka. Hal ini seperti penuturan salah seorang penerima beras Raskin di Kelurahan Sumber berikut ini :

“…beras ini saya gunakan untuk makan sehari-hari sekeluarga. Saya bersyukur sekali dengan adanya bantuan pemerintah berupa beras murah ini…”

(Wawancara dengan Ibu Antuti, 14/06/2009)

Ditambah pula pernyataan oleh penerima beras Raskin lainnya di Kelurahan Sumber :

“…saya cuma buruh, dan anak kami hanya satu, jadi beras ini bisa dimakan sekeluarga. Nggak perlu dijual untuk dibelikan beras yang lebih enak, karena ya sudah layak konsumsi…”.

(Wawancara dengan Bp. Kusno, 13/05/2009)

Selain kedua orang penerima beras Raskin diatas, beberapa RTS lainnya yang ditemui oleh penulis menyatakan bahwa beras yang diterima selalu digunakan untuk makan sehari-hari. Hal ini dibenarkan oleh ketua RT.01 RW.05 Kelurahan Setabelan berikut ini :

“…ya memang sudah menjadi aturan kalau beras bantuan ini tidak boleh dijual. Kalau ada yang sampai ketahuan menjual Raskin, maka nantinya dia tidak akan mendapatkan bantuan beras lagi. Tapi yang saya tahu, warga sini membeli beras Raskin untuk dikonsumsi…”

(Wawancara dengan Bp. Sugino, 16/07/2009)

Pemanfaatan beras berdasarkan pengamatan tidak menunjukkan adanya penyalahgunaan baik dari pihak kelurahan sebagai pelaksana distribusi maupun RTS sebagai penerima program. Tidak ada pihak aparat kelurahan yang memanfaatkan beras untuk kepentingan pribadi dan RTS penerima program telah memanfaatkan beras untuk kebutuhan makan sehari-hari. Kualitas beras yang diperoleh juga cukup baik karena pihak BULOG Subdivre Surakarta telah menentukan kriteria dalam menerima beras dari kontraktor sehingga memenuhi standar untuk dimakan sehari-hari.

c. Pelaporan

Sebagaimana diketahui bahwa tingkat keberhasilan dan kemajuan suatu kegiatan atau program dapat diukur dan diketahui melalui laporan yang tepat waktu. Pelaporan pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan Banjarsari dilakukan menurut model Bottom up. Proses pelaporan Sebagaimana diketahui bahwa tingkat keberhasilan dan kemajuan suatu kegiatan atau program dapat diukur dan diketahui melalui laporan yang tepat waktu. Pelaporan pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan Banjarsari dilakukan menurut model Bottom up. Proses pelaporan

Prosedur pelaporan dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama, Tim Koordinasi Raskin Kecamatan melaporkan pelaksanaan Program Raskin kepada Camat sebagai penanggungjawab di Kecamatan dan Tim Koordinasi Kota secara periodik. Kemudian, Tim Koordinasi Raskin Kota melaporkan pelaksanaan Program Raskin secara periodik kepada Walikota sebagai penanggungjawab pelaksana Program Raskin di Kota. Kemudian Walikota melakukan pelaporan kepada Gubernur sebagai penanggung jawab Program Raskin di Provinsi, dan Ketua Tim Koordinasi Raskin Pusat secara periodik. Dan pada tahap selanjutnya, Tim Koordinasi Raskin Pusat melaporkan pelaksanaan Program Raskin kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian secara periodik. Pada akhir tahun, Tim Koordinasi Raskin Pusat, Provinsi, dan Kota membuat Laporan Akhir Pelaksanaan Program Raskin Tahun 2009.

Selama pelaksanaan Program Raskin (Beras untuk Keluarga Miskin) di Kecamatan Banjarsari, dibuatkan Berita Acara Serah Terima (BAST) beras Raskin yang ditandatangani antara lain oleh; Petugas Raskin BULOG yang mengawal pengiriman beras, lurah dan pelaksana distribusi di kelurahan yang menerima beras. Berdasarkan BAST di tingkat titik distribusi, BULOG Subdivre Surakarta membuat rekapitulasi Berita Acara Pelaksanaan Raskin per Kecamatan yang Selama pelaksanaan Program Raskin (Beras untuk Keluarga Miskin) di Kecamatan Banjarsari, dibuatkan Berita Acara Serah Terima (BAST) beras Raskin yang ditandatangani antara lain oleh; Petugas Raskin BULOG yang mengawal pengiriman beras, lurah dan pelaksana distribusi di kelurahan yang menerima beras. Berdasarkan BAST di tingkat titik distribusi, BULOG Subdivre Surakarta membuat rekapitulasi Berita Acara Pelaksanaan Raskin per Kecamatan yang

Kerutinan dalam memberikan laporan tersebut menunjukkan komitmen dari para pelaksana untuk mentaati peraturan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Di samping itu, pelaporan rutin tersebut juga digunakan sebagai kegiatan yang efektif untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program, sehingga akan mendukung kelancaran pelaksanaan Program Raskin (Program Beras untuk Keluarga Miskin) di Kecamatan Banjarsari.

Pelaporan hanya dilakukan oleh pihak BULOG Subdivre Surakarta saja sehingga dalam tahapan ini tidak muncul hambatan karena laporan telah dibuat secara rutin setiap bulannya. Sedangkan pihak Pemkot hanya menerima laporan mengenai pembayaran beras sehingga apabila ada kelurahan yeng menunggak pembayaran beras, maka Pemkot dapat segera memberi peringatan. Namun untuk kelurahan di wilayah Kecamatan Banjarsari, pembayaran selalu dapat diselesaikan tepat waktu.

B. EFEKTIVITAS

DI KECAMATAN BANJARSARI

PROGRAM

RASKIN

Program Raskin di Kecamatan Banjarsari yang dilaksanakan mulai dari tahap sosialisasi/ penyampaian program hingga tahap pelaksanaan program telah memberikan manfaat nyata bagi Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebagai penerima program sehingga dapat mengurangi kondisi kerawanan atau kekurangan akan kebutuhan bahan pangan pokok khususnya beras. Keberhasilan pelaksanaan Program Raskin ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam penelitian ini, efektivitas Program Raskin Tahun 2009 di Kecamatan Banjarsari dapat diketahui dengan menggunakan

5 kriteria yang diambil dari pendapat para ahli yaitu : ketepatan komunikasi dan koordinasi, sumber daya yang memadai, sikap positif pelaksana, serta dukungan dan partisipasi kelompok sasaran. Penjelasan dari lima indikator penentu efektivitas dalam pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan Banjarsari adalah sebagai berikut :

1. Ketepatan Komunikasi dan Koordinasi

Faktor penting yang dapat mendukung adanya pelaksanaan program yang efektif adalah dengan adanya komunikasi dan koordinasi yang baik. Keberhasilan kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Untuk itu, perlu dilakukan komunikasi dan koordinasi yang intensif baik di antara pelaksana kebijakan maupun antara pelaksana kebijakan dengan kelompok sasaran. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus dikomunikasikan kepada kelompok sasaran (target group)

dengan tepat sehingga mereka mengetahui tujuan dan sasaran kebijakan tersebut secara jelas. Pola komunikasi dalam pelaksanaan Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) di Kecamatan Banjarsari dilakukan yaitu dengan komunikasi yang dialogis, baik melalui forum resmi maupun tidak resmi. Komunikasi yang dialogis ini terjadi dalam pelaksanaan Program Raskin, baik komunikasi antar pelaksana, maupun antara pelaksana dengan kelompok sasaran. Agar dapat mencapai tujuan yang diidealkan komunikasi dan koordinasi yang terjalin diantara kedua belah pihak haruslah berjalan lancar. Dengan melakukan komunikasi dan koordinasi diharapkan dapat menggali permasalahan yang dialami oleh sasaran dan sekaligus membantu mencari penyelesaian yang tepat. Komunikasi dan koordinasi juga harus selalu dilakukan secara rutin untuk lebih menjamin kelancaran pelaksanaan kebijakan atau program.

Melalui komunikasi dan koordinasi yang dijalankan oleh Tim Koordinasi Raskin, akan dapat diketahui apakah Tim Koordinasi Raskin ini mampu menyampaikan tujuan yang diemban oleh pemerintah sehingga kelompok sasaran menjadi sadar dan ikhlas dalam mentaati dan melaksanakan setiap tahap pelaksanaan program, serta dapat melakukan pengawasan demi keberhasilan program. Komunikasi ini terjadi ketika Pemerintah Kota Surakarta melalui Bapermas, PP, PA dan KB memberikan informasi mengenai pelaksanaan Program Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin Kecamatan Banjarsari. Demikian juga ketika Tim Koordinasi Raskin Kecamatan memberi informasi mengenai prosedur maupun petunjuk pelaksanaan Program Raskin kepada para pelaksana di tingkat kelurahan.

Selain itu komunikasi juga terjadi pada saat aparat kelurahan menyampaikan informasi tentang program kepada ketua RT/RW. Komunikasi ini juga terjadi pada saat ketua RT/RW menyampaikan informasi program kepada RTS. Pelaksanaan kegiatan ini diselenggarakan dengan memanfaatkan pertemuan RT/RW yang diadakan. Bentuk penyampaian informasi yang dilaksanakan adalah pemberian pengarahan dan pemahaman seputar Program Raskin.

Upaya komunikasi secara transparan yang dilakukan oleh para pelaksana tersebut antara lain dengan mengadakan pertemuan atau rapat koordinasi antara para pelaksana yang ada di setiap tingkatan, baik yang melibatkan pelaksana Program Raskin tingkat kota, kecamatan maupun kelurahan. Di Kecamatan Banjarsari, tidak ada pertemuan rutin tiap bulannya, namun ada rapat evaluasi pada pertengahan tahun untuk membahas kelancaran pelaksanaan Program Raskin di kecamatan ini. Hal- hal yang dibicarakan adalah mengenai pelaksanaan program dan kendala yang dihadapi serta mengambil langkah operasional lebih lanjut, memberikan usul, saran, dan pendapat secara langsung memecahkan persoalan yang ada. Seperti yang diutarakan oleh Ketua Tim Koordinasi Raskin Kecamatan Banjarsari berikut ini :

“…jadi rapat evaluasi di kecamatan ini hanya dilakukan pada pertengahan tahun dan akhir tahun saja dik Pedro. Ini dilakukan untuk menilai pelaksanaan Program Raskin apakah sudah berjalan dengan lancar atau belum, serta menerima masukan dari pihak- pihak terkait untuk kelancaran program ini…“

(Wawancara dengan Bp. Pajar Yuwono, S.H, 23/04/2009)

Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa evaluasi adalah menilai pelaksanaan Raskin di setiap kelurahan di Kecamatan Banjarsari. Sedangkan kendala yang dihadapi serta usul, saran, pendapat yang diberikan dapat digambarkan pada contoh kasus berikut ini :

Kasus 1 :

“…kedatangan beras ke kelurahan pernah dikirim tidak tepat waktu. Maka saya mengajukan usul kepada Pak Pajar selaku Ketua Tim Koordinasi Raskin Kecamatan Banjarsari untuk mengirim surat pengaduan kepada BULOG Subdivre Surakarta agar pengiriman pada bulan berikutnya tidak mengalami keterlambatan…”

(Wawancara dengan Bp. Edy Pramono, 18/06/2009)

Kasus 2 :

“…pernah terjadi pengiriman beras Raskin ternyata kuantitasnya tidak sesuai dengan ketentuan, maka kami melakukan pengaduan ke BULOG untuk mengirim beras dengan kuantitas yang sesuai dengan ketentuan pemerintah, yaitu 15 kilogram per karung… ”

(Wawancara dengan Bp. Pajar Yuwono, S.H., 23/04/2009)

Dari kasus di atas, kita bisa mengetahui bahwa para pelaksana di Kecamatan Banjarsari berusaha untuk mengatasi berbagai kendala yang ada. Namun para pelaksana di tingkat kelurahan tidak melakukan pertemuan rutin yang membahas Program Raskin sehingga komunikasi antar pelaksana kurang intensif. Meskipun setiap minggu ada pertemuan di kantor kelurahan tetapi pertemuan itu tidak membahas Program Raskin saja. Hal ini dikarenakan program ini telah berjalan lama sehingga pelaksana di kelurahan cenderung mengabaikan pertemuan formal untuk Dari kasus di atas, kita bisa mengetahui bahwa para pelaksana di Kecamatan Banjarsari berusaha untuk mengatasi berbagai kendala yang ada. Namun para pelaksana di tingkat kelurahan tidak melakukan pertemuan rutin yang membahas Program Raskin sehingga komunikasi antar pelaksana kurang intensif. Meskipun setiap minggu ada pertemuan di kantor kelurahan tetapi pertemuan itu tidak membahas Program Raskin saja. Hal ini dikarenakan program ini telah berjalan lama sehingga pelaksana di kelurahan cenderung mengabaikan pertemuan formal untuk

Selain itu, kenyataan di lapangan menunjukkan beberapa hambatan yang muncul pada tahapan sosialisasi program. Hambatan tersebut meliputi; pengetahuan aparat kelurahan, RT/RW dan kelompok sasaran mengenai Program Raskin yang masih terbatas, serta proses sosialisasi yang singkat dan cepat. Hal ini terjadi karena adanya waktu yang terbatas dari pemerintah untuk melaksanakan sosialisasi yang baru diberikan pada pertengahan Desember 2008. Padahal Program Raskin akan dilaksanakan pada Januari 2009. Penyampaian program dilakukan secara singkat dan cepat sehingga informasi yang diperoleh oleh pihak kelurahan dan kelompok sasaran hanya sepotong-sepotong.

Meskipun pertemuan secara formal jarang dilakukan, tetapi bila RTS dan masyarakat di kelurahan memiliki gagasan, pendapat, atau saran tersebut dapat disampaikan secara langsung kepada aparat kelurahan. Saran dan usul yang ditindaklanjuti tentunya saran atau usul yang tidak menyalahi aturan atau prosedur. Contoh kasus yang menyatakan saran atau usul yang langsung disampaikan kepada lurah adalah sebagai berikut :

“…bulan kemarin saya pernah mengadukan soal timbangan yang tidak pas lalu saya mengajukan usul kepada Bu Lurah supaya menyampaikan keluhan ini pada petugas dari BULOG dan usulan saya sudah disampaikan sehingga sampai sekarang beras yang diperoleh warga sudah pas 15 kilo…”

(Wawancara dengan Bp.Maridjo, 28/05/2009)

Contoh kasus tersebut menunjukkan bahwa pelaksana di Kecamatan Banjarsari selalu berusaha menyelesaikan setiap kasus yang disampaikan oleh masyarakat meskipun saran tersebut hanya disampaikan secara langsung melalui pembicaraan yang tidak formal. Sehingga hal itu menunjukkan adanya kepedulian pelaksana di kelurahan terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan distribusi beras Raskin.

Ketepatan komunikasi dan koordinasi juga terjadi antara Pemerintah Kota Surakarta dengan BULOG SubDivre Surakarta dalam melakukan koordinasi untuk menentukan jadwal pendistribusian beras Raskin dan pelunasan pembayaran beras Raskin serta pelaporan rutin tiap bulannya. Selain itu, ketepatan komunikasi juga terjadi ketika ketua RT dengan petugas BPS bersama-sama mendata warganya, mana yang lebih pantas untuk diberi bantuan beras tersebut. Karena program telah berjalan sejak tahun 1998 maka nampak adanya pembagian tugas yang jelas diantara para pelaksana, antara lain :

¨ Pemerintah Kota Surakarta melalui Bapermas, PP, PA dan KB menerbitkan SPA (Surat Permintaan Alokasi) untuk dilakukan

pendistribusian beras oleh BULOG. ¨ BULOG sebagai penyalur beras bertugas mengangkut beras dan

mengirim beras ke titik distribusi (tempat penyerahan beras). ¨ Petugas BPS dibantu oleh RT/RW bertugas mendata dan

menyeleksi keluarga miskin yang akan menjadi RTS (Rumah Tangga Sasaran) penerima manfaat Raskin.

¨ Aparat kelurahan sebagai pelaksana distribusi bertugas mengelola uang pembayaran beras.

Mengenai pembagian tugas dan tanggung jawab lainnya dalam pelaksanaan Program Raskin, diadakan rapat koordinasi untuk menentukan tugas dan tanggung jawab masing-masing instansi pelaksana. Koordinasi untuk pembagian tugas hanya dilakukan sekali melalui pertemuan formal karena masing-masing pelaksana telah dianggap mengerti tugas dan tanggung jawab masing-masing karena program ini telah berjalan lama.

Sementara itu salah seorang pelaksana distribusi di kelurahan mengungkapkan bahwa masyarakat cenderung menerima begitu saja suatu program, baik itu program lama atau baru, apalagi yang menguntungkan baginya . Sehingga dalam rapat/pertemuan tidak banyak yang bertanya lebih jauh tentang program tersebut. Dia juga menambahkan bahwa masyarakat biasanya memberikan informasi dari mulut ke mulut antara warga yang satu dengan warga yang lain. Seperti yang diungkapkannya berikut ini :

“…saat rapat pada Desember tahun lalu ketika menginformasikan Program Raskin tahun 2009 tidak banyak yang bertanya. Pokoknya mereka itu senang menerima bantuan dari pemerintah tersebut. Selanjutnya informasi tersebut disebarkan dari mulut ke mulut kepada warga yang lain…”

(Wawancara dengan Bp. Ngatimin, 31/07/2009)

Adapun penyampaian informasi antar masyarakat tersebut menunjukkan komunikasi horisontal. Sementara pada kegiatan seleksi penerima yang lebih dominan adalah komunikasi secara horisontal. Komunikasi ini terjadi ketika petugas BPS dengan mitra kerja dari kelurahan ataupun RT/RW mendata warganya yang lebih pantas untuk diberi bantuan tersebut dan komunikasi antar aparat kelurahan dan petugas BPS dalam menentukan RTS di tiap kelurahan berdasarkan usulan dari masing-masing ketua RT.

Pada saat penyaluran beras, yang dominan adalah komunikasi secara vertikal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya informasi pengiriman beras dari pihak pemerintah kota ke kecamatan yang diteruskan ke kelurahan yang diteruskan ke masyarakat penerima. Selain itu komunikasi vertikal juga terjalin saat aparat kelurahan menyampaikan kupon pengambilan beras (Kartu Raskin) kepada ketua RT/RW yang diteruskan kepada Rumah Tangga Sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini juga telah menunjukkan komunikasi vertikal antara aparat pelaksana dan kelompok sasaran.

Komunikasi horisontal pada saat penyaluran beras tercermin pada saat pelaksana distribusi di kelurahan menyelesaikan pelaksanaan penyaluran beras Raskin kepada RTS yang bersamaan dengan pelaksanaan program yang lain. Adanya komunikasi dan koordinasi antar aparat kelurahan ini cukup membantu kelancaran pendistribusian beras pada Rumah Tangga Sasaran sebagai kelompok sasaran. Dengan adanya usul Komunikasi horisontal pada saat penyaluran beras tercermin pada saat pelaksana distribusi di kelurahan menyelesaikan pelaksanaan penyaluran beras Raskin kepada RTS yang bersamaan dengan pelaksanaan program yang lain. Adanya komunikasi dan koordinasi antar aparat kelurahan ini cukup membantu kelancaran pendistribusian beras pada Rumah Tangga Sasaran sebagai kelompok sasaran. Dengan adanya usul

Dalam pelaporan, komunikasi yang terjalin hanya secara vertikal. Pelaporan dilakukan oleh Petugas Raskin BULOG, yang akan diserahkan kepada manajemen BULOG Subdivre Surakarta dengan memuat Rekapitulasi Berita Acara Pelaksanaan setiap bulannya. Lembar laporan tersebut harus disertai foto copy bukti penyetoran uang Hasil Penjualan Beras (HPB) di Kecamatan Banjarsari. Komunikasi ini terjalin dengan baik karena pelaporan dapat diselesaikan tepat waktu.

Menurut teori George C. Edward III (1980:43) komunikasi merupakan penyampaian/ pengiriman pesan dari pemerintah (komunikator) kepada publik sehingga diperoleh kejelasan atau mengerti maksud dari pesan itu melalui berbagai tingkatan atau perantara yang berakibat kepahaman dan dengan ditunjukkan pada reaksinya terhadap tujuan dari pesan itu.

Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi dalam pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan Banjarsari masih perlu ditingkatkan. Penyampaian pesan dari pemerintah mengenai Program Raskin kepada tingkatan dibawahnya hanya melalui surat. Pertemuan formal hanya diadakan di kecamatan dan kelurahan. Itupun dilakukan secara singkat dan cepat sehingga informasi yang diperoleh terbatas. Hal Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi dalam pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan Banjarsari masih perlu ditingkatkan. Penyampaian pesan dari pemerintah mengenai Program Raskin kepada tingkatan dibawahnya hanya melalui surat. Pertemuan formal hanya diadakan di kecamatan dan kelurahan. Itupun dilakukan secara singkat dan cepat sehingga informasi yang diperoleh terbatas. Hal

Sedangkan komunikasi pada saat pendistribusian beras cukup baik karena kedatangan beras selalu diinformasikan bahkan keterlambatan dan kedatangan lebih awal juga selalu diinformasikan baik antar pelaksana maupun kepada penerima program. Selain itu, komunikasi pada pelaporan juga cukup efektif. Laporan BULOG Subdivre Surakarta selalu diberikan tiap bulan sekali sehingga komunikasi dapat terus berjalan.

Dari uraian diatas komunikasi secara transparan diantara para pelaksana program di Kecamatan Banjarsari terjalin cukup baik. Hal ini dikarenakan adanya monitoring dari pihak kecamatan terhadap pelaksanaan di kelurahan-kelurahan, baik dari distribusi maupun pembayarannya. Dengan adanya komunikasi antara petugas pelaksana sampai tingkat kota dan antara petugas pelaksana dengan masyarakat telah membantu kelancaran pelaksanaan program tersebut, sehingga selesai tepat pada waktunya.

2. Transparansi dan Akuntabilitas

Transparansi dalam Program Raskin di Kecamatan Banjarsari ini bermakna membuka akses informasi kepada pemangku kepentingan Program Raskin, terutama Rumah Tangga Sasaran, yang harus mengetahui dan memahami adanya kegiatan Program Raskin serta dapat melakukan pengawasan secara mandiri. Sedangkan Akuntabilitas dalam pelaksanaan

Program Raskin di Kecamatan Banjarsari ini bermakna bahwa setiap pengelolaan kegiatan Program Raskin harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat setempat maupun kepada semua pihak yang berkepentingan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku atau yang telah disepakati.

Transparansi dan akuntabilitas Program Raskin dapat dilihat dari beberapa tahapan pelaksanaannya, baik dari sosialisasi maupun pelaksanaannya. Transparansi dalam Program Raskin tersebut diterapkan dalam hubungan antar pelaksana program, meliputi; Pemerintah Kota Surakarta, Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, BULOG Subdivre Surakarta, aparat Kecamatan Banjarsari dan tingkat kelurahan di lingkup wilayahnya.

Selain itu, transparansi dan akuntabilitas Program Raskin juga ditunjukkan kepada kelompok sasaran, diantaranya dengan adanya rekap Berita Acara pelaksanaan Serah Terima Beras Raskin yang dibuat oleh para pelaksana di tingkat kelurahan. Selain itu, pengelolaan Program Raskin ini juga dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya laporan rutin dari BULOG dan Pemerintah Kota Surakarta mengenai laporan pelunasan pembayaran beras (HPB) dan rapat koordinasi maupun evaluasi Tim Koordinasi Raskin.

Pelaporan pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan Banjarsari dilakukan menurut model Bottom up. Proses pelaporan dengan cara ini dilakukan oleh petugas di tingkat bawah untuk diberikan kepada petugas

yang berada di atasnya. Prosedur pelaporan dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama, Tim Koordinasi Raskin Kecamatan melaporkan pelaksanaan Program Raskin kepada Camat sebagai penanggungjawab di Kecamatan dan Tim Koordinasi Kota secara periodik. Kemudian, Tim Koordinasi Raskin Kota melaporkan pelaksanaan Program Raskin secara periodik kepada Walikota sebagai penanggungjawab pelaksana Program Raskin di Kota. Kemudian Walikota melakukan pelaporan kepada Gubernur sebagai penanggung jawab Program Raskin di Provinsi, dan Ketua Tim Koordinasi Raskin Pusat secara periodik. Dan pada tahap selanjutnya, Tim Koordinasi Raskin Pusat melaporkan pelaksanaan Program Raskin kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian secara periodik. Pada akhir tahun, Tim Koordinasi Raskin Pusat, Provinsi, dan Kota membuat Laporan Akhir Pelaksanaan Program Raskin Tahun 2009.

Selama pelaksanaan Program Raskin (Beras untuk Keluarga Miskin) di Kecamatan Banjarsari, dibuatkan Berita Acara Serah Terima (BAST) beras Raskin yang ditandatangani antara lain oleh; Petugas Raskin BULOG yang mengawal pengiriman beras, lurah dan pelaksana distribusi di kelurahan yang menerima beras. Berdasarkan BAST di tingkat titik distribusi, BULOG Subdivre Surakarta membuat rekapitulasi Berita Acara Pelaksanaan Raskin per Kecamatan yang ditandatangani pejabat BULOG Subdivre Surakarta dan pejabat Kecamatan. Kemudian BULOG Subdivre Surakarta membuat rekapitulasi Berita Acara Pelaksanaan Raskin per Kota yang Selama pelaksanaan Program Raskin (Beras untuk Keluarga Miskin) di Kecamatan Banjarsari, dibuatkan Berita Acara Serah Terima (BAST) beras Raskin yang ditandatangani antara lain oleh; Petugas Raskin BULOG yang mengawal pengiriman beras, lurah dan pelaksana distribusi di kelurahan yang menerima beras. Berdasarkan BAST di tingkat titik distribusi, BULOG Subdivre Surakarta membuat rekapitulasi Berita Acara Pelaksanaan Raskin per Kecamatan yang ditandatangani pejabat BULOG Subdivre Surakarta dan pejabat Kecamatan. Kemudian BULOG Subdivre Surakarta membuat rekapitulasi Berita Acara Pelaksanaan Raskin per Kota yang

Kerutinan dalam memberikan laporan tersebut menunjukkan komitmen dari para pelaksana untuk mentaati peraturan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Di samping itu, pelaporan rutin tersebut juga digunakan sebagai kegiatan yang efektif untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program, sehingga akan mendukung kelancaran pelaksanaan Program Raskin (Program Beras untuk Keluarga Miskin) di Kecamatan Banjarsari.

Pelaporan hanya dilakukan oleh pihak BULOG Subdivre Surakarta saja sehingga dalam tahapan ini tidak muncul hambatan karena laporan telah dibuat secara rutin setiap bulannya. Sedangkan pihak Pemkot hanya menerima laporan mengenai pembayaran beras sehingga apabila ada kelurahan yeng menunggak pembayaran beras, maka Pemkot dapat segera memberi peringatan. Namun untuk kelurahan di wilayah Kecamatan Banjarsari, pembayaran selalu dapat diselesaikan tepat waktu.

3. Sumber Daya yang Memadai

Sumber daya merupakan faktor penting demi terselenggaranya implementasi yang efektif. Faustinus Cardoso Gomez (1997:1) mengatakan bahwa secara umum sumber daya yang terdapat dalam suatu organisasi Sumber daya merupakan faktor penting demi terselenggaranya implementasi yang efektif. Faustinus Cardoso Gomez (1997:1) mengatakan bahwa secara umum sumber daya yang terdapat dalam suatu organisasi

Dari keseluruhan sumber daya yang tersedia dalam pelaksanaan Program Raskin ini, sumber daya non-manusia lah yang paling penting dan sangat menentukan. Sumber daya tersebut yaitu berupa beras bersubsidi atau beras Raskin. Hal ini dikarenakan beras Raskin merupakan produk utama dari Program Raskin itu sendiri untuk mencapai tujuan dan sasarannya. Tentu saja SDM juga diperlukan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan program, karena semua potensi SDM juga sangat berpengaruh terhadap upaya suatu organisasi, dalam hal ini adalah Tim Koordinasi Raskin, dalam pencapaian tujuan. Bagaimanapun bagusnya perumusan tujuan/rencana, akan sia-sia belaka jika unsur-unsur SDM tidak diperhatikan.

Setelah dilakukan pengamatan, dari sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan Program Raskin terdapat beberapa hambatan, terutama dari sumber daya non-manusia yaitu beras Raskin. Hal ini diketahui dari jumlah bantuan beras Raskin yang diberikan. Ternyata beras Raskin yang Setelah dilakukan pengamatan, dari sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan Program Raskin terdapat beberapa hambatan, terutama dari sumber daya non-manusia yaitu beras Raskin. Hal ini diketahui dari jumlah bantuan beras Raskin yang diberikan. Ternyata beras Raskin yang

Tabel 3.3 Perbandingan Alokasi Beras Raskin Tahun 2008 Dan 2009

Di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta

Alokasi Beras Raskin

Tahun 2009 No.

Nilai (Rp)

Jumlah

Kuantum Nilai (Rp)

(Kg) (Rp.1.600/Kg) 1 Kadipiro

RTS

(Kg)

(Rp.1.600/Kg)

Sumber : Data Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Dilihat dari tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah beras Raskin yang didistribusikan pada tahun 2009 berkurang apabila dibandingkan dengan tahun 2008. Hal ini dikarenakan meningkatnya kehidupan masyarakat yang semula miskin menjadi masyarakat yang cukup mampu, sehingga mereka yang pada tahun sebelumnya terdaftar sebagai penerima program Raskin dicoret dari daftar penerima manfaat Raskin pada tahun ini yang secara langsung mengurangi jumlah RTS dan jumlah beras yang didistribusikan.

Sedangkan dalam hal SDM, terdapat kendala dalam pelaksanaan Program Raskin ini. Hal ini diketahui dari pengetahuan para pelaksana mengenai Program Raskin. Para pelaksana memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai program dan bahkan ada sebagian pelaksana distribusi di kelurahan yang hanya memiliki pendidikan maksimal setara SMU yang mengakibatkan rendahnya profesionalisme dalam bertugas sehingga pelaksanaan distribusi beras kurang efektif karena mereka cenderung hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan dari atasan dan menganggap apabila bantuan telah sampai ke penerima maka pelaksanaan program dianggap selesai. Hal ini membuat SDM dari aparat pelaksana tidak berkembang. Sedangkan pada kegiatan pelaporan, SDM yang ada di BULOG Subdivre Surakarta cukup memadai yaitu tersedianya SDM yang berpendidikan tinggi sehingga memiliki kemampuan yang mendukung dalam pembuatan laporan secara cepat sehingga setiap bulannya dapat disampaikan ke tingkat atas tepat pada waktunya.

Pada tahapan perencanaan, yaitu pada saat dilakukan sosialisasi, sumber daya manusia terlihat dari adanya petugas pelaksana yang melakukan sosialisasi kepada kelompok sasaran yaitu aparat kelurahan ataupun ketua RT/RW. Selain itu, juga adanya petugas yang melakukan pendataan yaitu petugas BPS beserta mitra kerja. Sementara dalam seleksi kelompok sasaran, sumber daya yang terlibat adalah BPS, lurah, perangkat RT/RW, dan tokoh masyarakat di Kecamatan Banjarsari dalam menentukan siapa yang berhak menerima bantuan.

Sementara pada tahapan pelaksanaan Program Raskin, penyediaan beras di Kecamatan Banjarsari berasal dari BULOG Subdivre Surakarta yang diambil dari salah satu gudang BULOG di Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo. Di Kecamatan Banjarsari terdapat 7,148 KK sebagai Rumah Tangga Sasaran (RTS). Sumber daya yang terlibat dalam pelaksanaan program ini yang lebih dominan adalah petugas pelaksana distribusi di tingkat kelurahan. Pada saat penyaluran beras, sumber daya manusianya adalah aparat kelurahan yang melaksanakan penyaluran kepada Rumah Tangga Sasaran.

Pelaksanaan Program Raskin tidak memerlukan fasilitas khusus. Untuk keperluan pengangkutan dan pengiriman beras ke titik distribusi atau kelurahan, disediakan truk pengirim beras dari BULOG. Sedangkan untuk pengangkutan beras oleh warga dari kelurahan ke tempat tinggal mereka biasanya menggunakan gerobak, becak, mobil pick-up, dan lain-lain. Biasanya perwakilan RT/RW mengangkut beras ke rumah ketua RT/RW Pelaksanaan Program Raskin tidak memerlukan fasilitas khusus. Untuk keperluan pengangkutan dan pengiriman beras ke titik distribusi atau kelurahan, disediakan truk pengirim beras dari BULOG. Sedangkan untuk pengangkutan beras oleh warga dari kelurahan ke tempat tinggal mereka biasanya menggunakan gerobak, becak, mobil pick-up, dan lain-lain. Biasanya perwakilan RT/RW mengangkut beras ke rumah ketua RT/RW

Demikian pula dalam hal ketersediaan waktu untuk melaksanakan program, para pelaksana tidak melakukan penjadwalan khusus dalam satu tahun anggaran program, misalnya pengaturan waktu untuk melaksanakan setiap tahapan dari program disesuaikan dengan kedatangan surat pemberitahuan dari kota. Ketika ada surat pemberitahuan untuk mendata masyarakat miskin sebagai Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima Raskin, petugas BPS dengan dibantu oleh mitra kerja segera melakukan pendataan dan seleksi. Ketika ada pemberitahuan tentang distribusi beras, pihak kelurahan segera melakukan pemberitahuan ke Rumah Tangga Sasaran (RTS) dan pihak BULOG Subdivre Surakarta akan membuat laporan berupa Berita Acara Serah Terima (BAST) setelah berasnya diterima pihak kelurahan. Sehingga dalam pelaksanaan Program Raskin, pihak kelurahan tidak menetapkan suatu pengaturan waktu yang ketat, ini disebabkan pemberitahuan dari Pemkot tidak dapat ditentukan secara pasti kedatangannya.

Untuk melaksanakan setiap tahapan dari pelaksanaan program, para pelaksana tidak menyediakan waktu khusus untuk menyelesaikan tugasnya. Jika beras secara keseluruhan telah didistribusikan ke Rumah Tangga Sasaran (RTS) maka tugas para pelaksana telah dianggap selesai.

Dalam pelaksanaan Program Raskin Tahun 2009 di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta, biaya operasionalnya diberikan melalui BULOG Subdivre Surakarta kepada masing-masing pelaksana meliputi; Ketua Tim Koordinasi Raskin Kecamatan sebanyak Rp.75.000,-, dan pelaksana distribusi di Kelurahan sebanyak Rp.30.000,- untuk kegiatan operasionalnya. Biaya tersebut digunakan untuk kegiatan operasional terkait dengan proses distribusi Raskin baik untuk uang makan, biaya transportasi ataupun untuk kegiatan pelayanan kepada RTS. Uang tersebut tidak disalahgunakan oleh pelaksana Program Raskin baik di tingkat kecamatan maupun aparat kelurahan karena mereka sudah mendapatkan honor sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Seperti yang dikatakan oleh Lurah Kelurahan Setabelan berikut ini :

“Memang ada biaya operasional Raskin yang diberikan oleh BULOG kepada aparat kelurahan selaku satgas (Pelaksana Distribusi) Raskin, yaitu sebesar Rp.30.000,-. Ini biasanya digunakan untuk keperluan dalam pelaksanaan tugas, misalnya untuk uang makan dan transport “.

(Wawancara dengan Ibu Dra.Islamtini, 30/04/2009)

Hal itu didukung pula oleh pernyataan pelaksana distribusi Raskin berikut ini :

“…saya biasanya mendapatkan honor Rp.30.000,- mas, ya sebagai uang lelah dalam menjalankan tugas sebagai satgas (pelaksana distribusi) Raskin di kelurahan ini…”

(Wawancara dengan Bp. Ngatimin, 31/07/2009)

Pada kenyataannya, biaya operasional tersebut memang digunakan untuk kegiatan operasional Raskin, misalnya; biaya transportasi aparat kelurahan untuk monitoring ke RT/RW. Uang tersebut dijadikan hak milik masing-masing aparat yang mendapatkannya. Hal ini sesuai penuturan Lurah Kelurahan Timuran berikut ini :

“…kalau biaya operasional itu sebenarnya untuk pendukung kelancaran pelaksanaan Raskin saja mas, misalnya untuk monitoring maupun evaluasi. Kalau untuk transport truk yang mengirim beras semuanya sudah ditanggung oleh BULOG…”

(Wawancara dengan Bp. Marnoto, 16/07/2009)

Dari pengamatan yang dilakukan penulis, terdapat beberapa sumber daya dalam implementasi Program Raskin yang kurang memadai. Hal ini ditunjukkan terutama dari sumber daya non-manusia, yaitu beras Raskin. Jumlah beras Raskin tidak sesuai dengan jumlah warga miskin di Kecamatan Banjarsari dikarenakan adanya pengurangan Kuota Raskin pada tahun 2009. Hal itu menyebabkan pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan Banjarsari mengalami kendala. Meskipun tidak ada penyimpangan dari pihak pelaksana, namun karena terbatasnya jumlah bantuan beras bersubsidi dan terbatasnya pengetahuan pelaksana mengenai program ini menjadikan pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta dapat dikatakan kurang berhasil. Meskipun demikian, pelaksanaan program tetap dapat selesai tepat pada waktunya.

4. Sikap Positif Pelaksana

Implementasi program juga membutuhkan dukungan dan sikap positif dari para pelaksana, karena merekalah yang langsung berhubungan dengan kelompok sasaran. Sikap pelaksana meliputi kemampuan dan kemauan para pelaksana dalam menjalankan tugas-tugas tertentu untuk mencapai tujuan program. Sikap pelaksana yang mendukung program akan menumbuhkan kreativitas diri para pelaksana itu sendiri sehingga pelaksanaan program akan efektif. Diterapkannya Program Raskin di Kecamatan Banjarsari memperoleh tanggapan yang positif dari para pelaksananya. Beberapa pelaksana yang ditemui penulis berkaitan dengan tanggapan pelaksana terhadap tujuan program menunjukkan bahwa para pelaksana memandang baik serta mendukung terhadap tujuan yang telah ditetapkan program ini. Seperti yang diutarakan oleh salah seorang pelaksana distribusi Raskin berikut ini :

“…kalau menurut saya program ini sangat membantu warga miskin mas. Apalagi program Raskin ini penggunaannya bisa tepat sasaran, mengena pada warga yang benar-benar membutuhkan. Daripada uang rakyat dialokasikan untuk kepentingan para pejabat, kan lebih bermanfaat kalau diberikan rakyatnya yang miskin...”

(Wawancara dengan Bp. Widodo Rahardjo, 13/07/2009)

Tanggapan pelaksana terhadap Program Raskin dapat terwujud melalui sikap dan kesediaan pelaksana dalam melaksanakan setiap tahapan program. Dukungan pelaksana terhadap program merupakan penunjang keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuannya.

Namun pada kenyataannya dalam tahapan sosialisasi Program Raskin, kemauan pelaksana belum sepenuhnya muncul. Pada sosialisasi

terkesan adanya pelemparan tugas dari aparat kecamatan kepada aparat kelurahan dan pihak kelurahan lebih melimpahkan tugas kepada RT/RW. Juga dengan adanya penyampaian informasi yang kurang jelas. Hal ini menyebabkan masyarakat mengetahui program dalam pemahaman yang terbatas. Pada saat seleksi kelompok sasaran, pelaksana yaitu petugas BPS cenderung yang menentukan keputusan. Pendataan kelompok sasaran tidak mengikutsertakan masyarakat dalam mengusulkan warga yang akan menerima bantuan, karena petugas BPS hanya meminta pertimbangan kelurahan dan RT. Sementara pada saat pemberitahuan penerima program, pelaksana kelurahan yang bermusyawarah lebih dominan dalam menentukan keputusan. Masyarakat juga kurang partisipatif dalam seleksi penerima program di Kecamatan Banjarsari.

Pada tahapan pelaksanaan program sikap pelaksana dalam pelaksanaan penyaluran beras terlihat sangat mendukung, karena tidak ada penyelewengan dari Tim Koordinasi Raskin baik aparat kecamatan maupun kelurahan terhadap dana operasional yang diberikan, dan pemberian beras

15 kg per KK telah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yaitu SK Walikota nomor 511.1/532/2009 tentang Alokasi Beras Raskin tahun 2009 agar pembagian beras dapat tepat jumlahnya. Sikap pelaksana juga menunjukkan kepedulian terhadap keluarga miskin lain yang tidak menerima Raskin. Terlihat dari adanya pemecahan persoalan atas keluarga miskin yang tidak menerima bantuan Raskin tersebut yaitu dengan adanya sistem “Bagi Roto” atau “Bagito” (pembagian beras secara merata) atas dasar kesepakatan warga. Selain itu, mereka yang tidak mendapatkan Raskin dapat diusulkan 15 kg per KK telah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yaitu SK Walikota nomor 511.1/532/2009 tentang Alokasi Beras Raskin tahun 2009 agar pembagian beras dapat tepat jumlahnya. Sikap pelaksana juga menunjukkan kepedulian terhadap keluarga miskin lain yang tidak menerima Raskin. Terlihat dari adanya pemecahan persoalan atas keluarga miskin yang tidak menerima bantuan Raskin tersebut yaitu dengan adanya sistem “Bagi Roto” atau “Bagito” (pembagian beras secara merata) atas dasar kesepakatan warga. Selain itu, mereka yang tidak mendapatkan Raskin dapat diusulkan

Sementara sikap pelaksana yang mendukung program terlihat pada saat distribusi beras di kantor kelurahan, dimana pelaksana distribusi Raskin menunjukkan sikap yang mau bekerja dan sopan dalam melayani RTS penerima beras Raskin. Ini menunjukkan sikap yang mendukung keberhasilan dan kelancaran jalannya program tersebut. Selain itu, sikap pelaksana yang menunjang keberhasilan program ditunjukkan dengan penyelesaian Hasil Penjualan Beras (HPB) tepat pada waktunya. Sehingga setelah beras datang dan dibagikan kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS), uang tersebut dapat segera disetorkan kepada Ketua Tim Koordinasi Raskin Kecamatan untuk ditransfer ke Rekening BULOG melalui Bank BRI yang ditunjuk, yaitu sebesar Rp 171.552.000,- setiap bulannya tanpa pernah ada kekurangan seperti yang diungkapkan oleh Ketua Tim Koordinasi Raskin Kecamatan Banjarsari berikut ini :

“Setelah setoran HPB dari tiap-tiap kelurahan di Kecamatan Banjarsari terkumpul dan diserahkan kepada saya, maka dapat segera saya transfer ke Rekening BULOG melalui Bank BRI.”

(Wawancara dengan Bp. Pajar Yuwono, S.H, 23/04/2009)

Hal itu didukung pula oleh pernyataan salah satu Petugas Raskin dari BULOG:

“…gini mas Pedro, jadi pembayaran beras Raskin itu selalu dilakukan RTS pada saat mereka memperoleh beras Raskin. Setelah itu baru pelaksana distribusi di kelurahan menyerahkan setoran pembayaran RTS tersebut kepada petugas kecamatan untuk “…gini mas Pedro, jadi pembayaran beras Raskin itu selalu dilakukan RTS pada saat mereka memperoleh beras Raskin. Setelah itu baru pelaksana distribusi di kelurahan menyerahkan setoran pembayaran RTS tersebut kepada petugas kecamatan untuk

(Wawancara dengan Bp. Suyadi Harjono, 02/07/2009)

Hal itu menunjukkan kemauan pelaksana yang mau ikut melancarkan pelaksanaan program. Selain itu sikap pelaksana BULOG Subdivre Surakarta juga cukup positif dimana pelaporan dilaksanakan segera setelah pelaksanaan distribusi beras dan penyetoran hasil penjualan beras diterima.

Wibawa (1994:21) mengatakan bahwa sikap pelaksana merupakan kognisi, netralitas, dan obyektivitas para individu pelaksana dalam memberikan respon terhadap yang mereka implementasikan. Sikap pelaksana yang dapat memahami kondisi dan menerima sasaran agar mau melaksanakan aturan-aturan yang telah disepakati akan memberikan dukungan positif terhadap keberhasilan implementasi.

Sikap pelaksana dalam Program Raskin Tahun 2009 di Kecamatan Banjarsari telah menunjukkan tanggapan yang positif terhadap tujuan dan sasaran program. Sikap pelaksana dalam distribusi beras telah menunjukkan sikap mau bekerja dan sopan dalam melayani RTS penerima beras. Petugas BULOG Subdivre Surakarta juga segera melakukan pelaporan setelah penyaluran beras dan penyetoran Hasil Penjualan Beras (HPB) diterima.

Jadi dapat diartikan bahwa sikap pelaksana yang ditunjukkan dalam pelaksanaan Program Raskin Tahun 2009 di Kecamatan Banjarsari ini mendukung kelancaran program. Hal ini ditunjukkan dengan kesungguhan dan keseriusan mereka dalam menghadapi persoalan yang terjadi ketika

Program Raskin ini berlangsung. Namun demikian, ada beberapa kekurangan dari pelaksana yang menyebabkan kurang efektifnya Program Raskin di Kecamatan Banjarsari. Hal ini dapat diketahui dari kurang sigapnya mereka dalam menghadapi permasalahan yang ada. Selain itu, pengetahuan mereka yang terbatas juga merupakan salah satu kendala yang dapat mengurangi kelancaran Program Raskin ini. Namun secara keseluruhan, pelaksanaan program ini dapat selesai tepat waktu sesuai dengan prosedur yang berlaku, dan segala persoalan dapat diselesaikan dengan cukup baik meskipun masih menyisakan permasalahan yang perlu dicari solusinya untuk kelancaran pelaksanaan Program Raskin di tahun berikutnya, yakni mengenai alokasi beras Raskin yang jumlahnya sesuai dengan jumlah RTS yang layak menerimanya. Jadi kesimpulannya, sikap pelaksana dalam tahap ini cukup positif, namun kemauan dari pelaksana belum sepenuhnya muncul dalam melaksanakan kegiatan.

5. Dukungan dan Partisipasi Kelompok Sasaran

Dukungan kelompok sasaran adalah suatu sikap mendukung yang dimiliki oleh satu kesatuan unit manusia yang menjadi obyek dari suatu tujuan tertentu. Dukungan kelompok sasaran berupa peran serta atau partisipasi. Faktor dukungan dan partisipasi kelompok sasaran perlu diperhitungkan dalam pelaksanaan program. Dukungan dan partisipasi kelompok sasaran dalam suatu program ini dikarenakan terpenuhinya kebutuhan mereka. Dukungan kelompok sasaran meliputi peran serta mereka dalam setiap kegiatan program. Tanpa adanya peran serta atau Dukungan kelompok sasaran adalah suatu sikap mendukung yang dimiliki oleh satu kesatuan unit manusia yang menjadi obyek dari suatu tujuan tertentu. Dukungan kelompok sasaran berupa peran serta atau partisipasi. Faktor dukungan dan partisipasi kelompok sasaran perlu diperhitungkan dalam pelaksanaan program. Dukungan dan partisipasi kelompok sasaran dalam suatu program ini dikarenakan terpenuhinya kebutuhan mereka. Dukungan kelompok sasaran meliputi peran serta mereka dalam setiap kegiatan program. Tanpa adanya peran serta atau

Dari pengamatan penulis, dukungan dan partisipasi kelompok sasaran pada pelaksanaan Program Raskin Tahun 2009 di Kecamatan Banjarsari masih kurang terlihat. Hal ini ditunjukkan pada tahap sosialisasi, terlihat pada kurangnya kesediaan mereka untuk datang pada pertemuan RT/RW yang diselenggarakan bulan Desember tahun 2008. Selain itu, warga juga kurang partisipatif dalam proses seleksi penerima Program Raskin. Dukungan masyarakat pada tahap pendaftaran kelompok sasaran kurang terlihat. Hal ini disebabkan hanya pelaksana sendiri yang melakukan pendataan, tanpa membutuhkan datangnya usulan dari masyarakat karena data berasal dari data yang sudah ada di kelurahan dan petugas BPS hanya melakukan sistem rangking berdasarkan pendataan yang dilakukan dari rumah ke rumah dan mempertimbangkan saran dari ketua RT. Pada tahap pendaftaran dan seleksi penerima program, ketua RT merekomendasikan nama sejumlah warga miskin kepada petugas BPS dalam melakukan sistem rangking untuk menyeleksi penerima Program Raskin.

Begitu juga pada saat penentuan penerima program juga sedikit mengikutkan kelompok sasaran di dalamnya. Pelaksanalah yang menentukan keputusan keluarga miskin yang berhak menerima Program Raskin. Keluarga miskin cenderung hanya menerima keputusan dari aparat Begitu juga pada saat penentuan penerima program juga sedikit mengikutkan kelompok sasaran di dalamnya. Pelaksanalah yang menentukan keputusan keluarga miskin yang berhak menerima Program Raskin. Keluarga miskin cenderung hanya menerima keputusan dari aparat

Sedangkan dalam tahapan pelaksanaan Program Raskin dukungan kelompok sasaran penerima program cukup positif, sebab mereka merasakan manfaat yang sangat besar dengan adanya pemberian bantuan beras murah dari Program Raskin ini. Manfaat bantuan beras Raskin dirasakan cukup efektif untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka dengan harga yang terjangkau. Mereka merasa senang dan beruntung sekali telah menerima bantuan beras tersebut. Respon yang positif tersebut banyak ditunjukkan oleh warga diantaranya banyak dari RTS penerima program yang datang ke kantor kelurahan setelah diberitahukan bahwa pada hari itu ada pengiriman beras di kelurahan dan mereka bersedia menunggu kedatangan beras serta mengantri untuk mengambil jatah beras mereka dan melunasi pembayaran beras tersebut tepat waktu. Seperti yang diungkapkan salah seorang penerima program berikut ini :

“…saya merasa sangat beruntung bisa mendapat bantuan beras murah ini. Karena harganya murah saya kadang-kadang menunggu dan mengantri di kantor kelurahan untuk mengambil jatah beras saya dan langsung membayarnya …”

(Wawancara dengan Bp. Kusno, 13/05/2009)

Dukungan juga ditunjukkan oleh RTS penerima Raskin lainnya melalui kesediaan mereka untuk selalu melakukan pembayaran tepat pada waktunya yaitu sebelum beras datang. Bahkan ada juga warga yang bersedia Dukungan juga ditunjukkan oleh RTS penerima Raskin lainnya melalui kesediaan mereka untuk selalu melakukan pembayaran tepat pada waktunya yaitu sebelum beras datang. Bahkan ada juga warga yang bersedia

“…saya tetap berusaha tepat waktu meskipun saya harus utang untuk membayar beras Raskin ini. Sebab bantuan ini sangat meringankan beban saya…”

(Wawancara dengan Ibu Antuti, 14/06/2009)

Sementara dalam hal pelaporan, masyarakat tidak diikutkan secara langsung, karena hal itu menjadi tugas dan tanggung jawab para pelaksana program, dalam hal ini adalah Pemerintah Kota Surakarta melalui Bapermas, PP, PA dan KB, pelaksana di kecamatan dan kelurahan, serta BULOG Subdivre Surakarta yang melaksanakan pelaporan secara rutin tiap bulannya.

Dalam pelaksanaan Raskin ini, kelompok sasaran hanya bersikap pasif terhadap salah satu tahapan program, yaitu pada tahap perencanaan. RTS sebagai kelompok sasaran cenderung menerima keputusan yang ada. Mereka menerima hasil pendataan RTS penerima manfaat Raskin dari BPS serta menerima keadaan beras Raskin yang mereka terima. Mereka hanya mendatangi kantor kelurahan atau tempat pengambilan beras yang disepakati sebagai titik distribusi ketika beras Raskin yang dikirim dari BULOG Subdivre Surakarta sudah tiba di kelurahan atau titik distribusi. Sementara dalam pelaksanaan penyaluran atau pendistribusian beras, RTS berperan aktif dalam melakukan pelunasan pembayaran beras tepat waktu meskipun berhutang dulu.

Jadi dapat diketahui bahwa dari segi dukungan kelompok sasaran, maka pelaksanaan Program Raskin Tahun 2009 di Kecamatan Banjarsari dapat dikatakan kurang efektif. Hal ini dikarenakan dukungan yang masih minim dari Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebagai penerima Raskin, terutama pada tahap perencanaan baik pada saat sosialisasi maupun proses seleksi penerima program. Hal ini ditunjukkan dengan antusiasme dan partisipasi yang masih kurang terlihat dalam mengikuti kegiatan sosialisasi, baik melalui musyawarah kelurahan maupun pertemuan RT/RW. Selain itu, kenyataan menunjukkan pelaksanaan program yang kurang efektif karena masih ada beberapa keluarga miskin yang tidak menerima jatah beras Raskin yang mengakibatkan rasa kecewa dan iri terhadap para RTS penerima program, meskipun ada beberapa yang mau mengerti akan keterbatasan jumlah bantuan yang ada. Sedangkan dukungan RTS dalam kesediaan membeli beras sudah cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan sering habisnya stok beras di kelurahan atau titik distribusi dalam waktu yang relatif singkat, dikarenakan pembelian beras oleh RTS sejak satu hingga tiga hari setelah diumumkannya kedatangan beras di kelurahan atau titik distribusi.

C. HAMBATAN-HAMBATAN DAN USAHA YANG DILAKUKAN DALAM PROGRAM RASKIN DI KECAMATAN BANJARSARI

Di setiap pelaksanaan suatu program tentunya tidak dapat terlepas dari berbagai hambatan yang menyertainya, meskipun hal itu sedapat Di setiap pelaksanaan suatu program tentunya tidak dapat terlepas dari berbagai hambatan yang menyertainya, meskipun hal itu sedapat

1. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap Program Raskin yang masih rendah, sehingga mereka kurang memahami maksud dan tujuan setiap tahapan kegiatan dalam Program Raskin yang dilaksanakan di Kecamatan Banjarsari. Sehingga upaya pemecahan dari pihak pelaksana yaitu dengan melakukan sosialisasi Program kepada masyarakat dengan menjelaskan makna, tujuan dan proses pelaksanaan Program Raskin.

2. Pernah terjadi ada sejumlah warga di wilayah Kecamatan Banjarsari yang tidak terdaftar sebagai Rumah Tangga Sasaran dan tidak mendapatkan beras Raskin. Padahal mereka dipandang layak untuk mendapatkannya. Sehingga upaya pemecahan dari pihak pelaksana yaitu dengan membuat kesepakatan antara warga yang terdaftar sebagai Rumah Tangga Sasaran (RTS) dengan warga yang tidak mendapatkan beras Raskin tersebut, untuk kemudian menggunakan Sistem Pembagian Rata yang dikenal dengan istilah “Sistem Bagito” atau “Sistem Bagi Roto”. Sistem ini diterapkan dengan cara membagi rata jumlah beras yang diperoleh antara warga penerima beras Raskin dengan warga yang 2. Pernah terjadi ada sejumlah warga di wilayah Kecamatan Banjarsari yang tidak terdaftar sebagai Rumah Tangga Sasaran dan tidak mendapatkan beras Raskin. Padahal mereka dipandang layak untuk mendapatkannya. Sehingga upaya pemecahan dari pihak pelaksana yaitu dengan membuat kesepakatan antara warga yang terdaftar sebagai Rumah Tangga Sasaran (RTS) dengan warga yang tidak mendapatkan beras Raskin tersebut, untuk kemudian menggunakan Sistem Pembagian Rata yang dikenal dengan istilah “Sistem Bagito” atau “Sistem Bagi Roto”. Sistem ini diterapkan dengan cara membagi rata jumlah beras yang diperoleh antara warga penerima beras Raskin dengan warga yang

3. Pengiriman beras ke titik distribusi yaitu kantor kelurahan di wilayah Kecamatan Banjarsari tidak disertai dengan petugas BULOG Subdivre Surakarta. Sehingga apabila ada permasalahan di lapangan, pelaksana distribusi di kelurahan tidak dapat segera menyelesaikannya. Misalnya; kuantitas beras yang dikirim ternyata tidak sesuai dengan ketentuan, maka masyarakat sulit untuk langsung mengadukan dan minta penggantian. Agar tidak terulang pada pengiriman bulan berikutnya, maka lurah mengirim surat aduan ke kantor BULOG Subdivre Surakarta supaya pada bulan berikutnya disertakan petugas Raskin dari BULOG Subdivre Surakarta untuk mengawal dan memantau pendistribusian beras tersebut.

4. Pengiriman beras Raskin pada bulan Januari dan Februari yang mengalami keterlambatan karena baru dikirim pada bulan Maret. Padahal masyarakat miskin yang terdaftar sebagai RTS telah menunggu kedatangan beras Raskin untuk segera dibagikan kepada mereka pada awal tahun, sesuai dengan ketentuan yakni pengiriman dilakukan tiap bulan sekali. Karena pada bulan Januari dan Februari tidak ada pengiriman beras Raskin, maka upaya pemecahan dari para pelaksana agar pengiriman berjalan stabil kembali, yakni pada bulan Maret dan Mei masing-masing dilakukan dua kali pengiriman jatah beras Raskin untuk mengganti pengiriman jatah beras Raskin yang tidak dilakukan di 4. Pengiriman beras Raskin pada bulan Januari dan Februari yang mengalami keterlambatan karena baru dikirim pada bulan Maret. Padahal masyarakat miskin yang terdaftar sebagai RTS telah menunggu kedatangan beras Raskin untuk segera dibagikan kepada mereka pada awal tahun, sesuai dengan ketentuan yakni pengiriman dilakukan tiap bulan sekali. Karena pada bulan Januari dan Februari tidak ada pengiriman beras Raskin, maka upaya pemecahan dari para pelaksana agar pengiriman berjalan stabil kembali, yakni pada bulan Maret dan Mei masing-masing dilakukan dua kali pengiriman jatah beras Raskin untuk mengganti pengiriman jatah beras Raskin yang tidak dilakukan di

5. Ada beberapa keluhan dari keluarga miskin mengenai kuantitas beras yang kurang dari yang semestinya. Maka petugas pelaksana distribusi di kelurahan mengirim surat aduan ke kantor BULOG Subdivre Surakarta agar pengiriman berikutnya timbangan di cek kembali. Sehingga pada bulan berikutnya jumlah beras yang diterima sesuai dengan jatah yang seharusnya diterima yaitu 15 kg per RTS.

Semua permasalahan yang berkembang di lapangan telah diupayakan pemecahannya di masing-masing kelurahan di Kecamatan Banjarsari selama pelaksanaan program. Hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) di Kecamatan Banjarsari lebih banyak dipengaruhi oleh aktor eksternal kelurahan. Para pelaksana di Kecamatan Banjarsari memiliki beban moral sehingga mereka selalu berusaha menyelesaikan setiap hambatan dalam pelaksanaan Program Raskin ini. Meskipun tidak sepenuhnya bisa mengatasi hambatan tersebut, tetapi solusi yang diberikan oleh para pelaksana telah dapat membuat pelaksanaan Program Raskin Tahun 2009 di Kecamatan Banjarsari berjalan cukup lancar dan dapat selesai sesuai waktunya.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini seperti yang tertulis di Bab I, yaitu untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan Program Raskin Tahun 2009 di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta serta untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi selama program tersebut berlangsung. Dalam penelitian yang penulis lakukan berjudul “Efektivitas Program Raskin di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun 2009”, setelah diadakan reduksi, penyajian dan analisa data, maka penulis dapat menarik kesimpulan dan juga mencoba memberikan sedikit saran.

A. Kesimpulan

Program Raskin Tahun 2009 di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta dilaksanakan di 13 kelurahan, dan perinciannya dapat dilihat pada tabel 1.2. Pada program ini telah diberikan bantuan beras bersubsidi kepada 7.148 Rumah Tangga Sasaran di Kecamatan Banjarsari. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data sebelumnya, secara umum pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta berjalan cukup baik dan lancar, namun masih ada beberapa hambatan yang menyebabkan program ini kurang efektif. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari lima indikator yang mempengaruhi keberhasilan program baik dari tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaannya. Kelima indikator tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Ketepatan Komunikasi dan Koordinasi Komunikasi dan koordinasi antara pihak pelaksana kelurahan di Kecamatan Banjarsari dengan pihak BULOG SubDivre Surakarta sering mengalami kendala. Hal ini ditunjukkan dengan tidak ikutnya petugas Raskin BULOG dalam pendistibusian beras di kelurahan, sehingga apabila terjadi permasalahan di titik distribusi, pihak kelurahan tidak dapat berkoordinasi secara langsung dengan BULOG untuk segera melakukan tindakan penyelesaian. Selain itu, komunikasi dan koordinasi yang kurang terjalin dengan baik pada saat sosialisasi Program dan seleksi penerima manfaat Program. Meskipun demikian, komunikasi antara pihak pelaksana dengan Rumah Tangga Sasaran penerima manfaat terjalin dengan baik, terlihat pada saat pemberian Kartu Raskin dan pada waktu pengambilan beras, komunikasi dan koordinasi antara aparat pelaksana juga bisa terjalin dengan baik terbukti dengan adanya penanganan masalah yang timbul pada saat distribusi beras. Komunikasi dan koordinasi antara aparat pelaksana terjalin secara top down, yaitu terbukti dengan penyampaian informasi secara cepat dan singkat dari atasan ke bawahan. Selain itu komunikasi juga bersifat bottom up seperti terlihat pada saat penyelesaian setoran Hasil Penjualan Beras (HPB) dan Pelaporan.

2. Transparansi dan Akuntabilitas Transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan Banjarsari ditunjukkan pada tahap pelaporan, yang mana

BULOG dan Pemerintah Kota Surakarta selalu memberikan laporan rutin tiap bulannya mengenai pelunasan pembayaran beras Raskin dan kegiatan monitoring.

3. Sumber Daya Yang Memadai Sumber daya dalam Program Raskin ini meliputi; sumber daya manusia berupa pelaksana program dan sumber daya non-manusia berupa beras Raskin, APBN serta alat transportasi. Sumber daya yang berupa sumber daya manusia (SDM) dalam Program Raskin, dalam hal ini adalah para pelaksana, jumlahnya sudah cukup memadai namun belum dapat memberikan informasi secara detail/menyeluruh kepada masyarakat tentang program pada saat sosialisasi. Hal ini disebabkan tugas-tugas rutin para pelaksana, baik petugas/aparat pemerintah kota, kecamatan maupun kelurahan yang banyak menyebabkan mereka tidak bisa terjun langsung untuk melakukan sosialisasi di lapangan. Sumber daya lain yang berupa jatah beras Raskin telah didistribusikan kepada kelompok sasaran dengan baik. Namun, dengan berkurangnya jumlah bantuan beras ini menimbulkan persoalan dalam distribusinya, karena terdapat sejumlah warga yang tidak terdaftar sebagai Rumah Tangga Sasaran, padahal layak untuk menerima beras Raskin.

4. Sikap Positif Pelaksana Sikap positif pelaksana terlihat dari kemauan mereka melakukan sosialisasi program, meskipun pelaksana tersebut lebih banyak melimpahkan tugas ke bawahan. Namun demikian, pelaksana masih 4. Sikap Positif Pelaksana Sikap positif pelaksana terlihat dari kemauan mereka melakukan sosialisasi program, meskipun pelaksana tersebut lebih banyak melimpahkan tugas ke bawahan. Namun demikian, pelaksana masih

5. Dukungan dan Partisipasi Kelompok Sasaran Dukungan kelompok sasaran terlihat dari antusiasme mereka dalam membeli beras Raskin. Dukungan Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebagai kelompok sasaran terlihat cukup besar, terlihat pada saat kemauannya membeli beras tersebut dan membayarnya dengan tepat waktu meskipun harus mengupayakan pencarian uangnya dahulu. Namun mereka kurang berpartisipasi dalam tahap perencanaan program baik itu dari proses sosialisasi maupun seleksi penerima program.

Hambatan atau kendala yang dihadapi dalam Program Raskin Tahun 2009 di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta ini antara lain: kuantitas beras yang pernah kurang dari ketentuan, terbatasnya pengetahuan masyarakat terhadap program, waktu perencanaan yang sempit, dan keterlambatan pengiriman jatah beras Raskin. Selain itu, pernah terjadi ada sejumlah warga di wilayah Kecamatan Banjarsari yang tidak terdaftar sebagai Rumah Tangga Sasaran dan tidak mendapatkan beras Raskin. Padahal mereka dipandang layak untuk mendapatkannya.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Program Raskin Tahun 2009 di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta, tepatnya pada semester I, yakni sejak bulan Januari hingga Juni tahun 2009 berjalan kurang efektif. Namun meskipun dalam pelaksanaannya disertai dengan berbagai hambatan, tetapi hambatan tersebut telah diusahakan solusinya. Program tersebut telah dapat memberikan manfaat yang cukup besar bagi Rumah Tangga Sasaran (RTS) dalam membantu memenuhi kebutuhan pokok mereka.

B. Saran

Guna lebih meningkatkan efektivitas pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan Banjarsari dapat dilakukan berbagai upaya perbaikan. Menurut penulis upaya tersebut dapat dilakukan melalui :

1. Penulis menyarankan bahwa Program Raskin masih tetap diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan mengatasi masalah kekurangan gizi pada masyarakat terutama masyarakat miskin.

2. Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap Program Raskin maka sosialisasi, monitoring dan evaluasi terhadap Program Raskin secara terus menerus perlu dilakukan.

3. Karena masih ditemukan adanya warga miskin yang tidak mendapatkan jatah beras Raskin, penulis menyarankan agar ada penambahan Kuota Raskin. Tambahan Kuota Raskin ini dapat disediakan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tingkat Pusat maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tingkat Daerah.

4. Ada reward untuk pemerintah daerah yang berhasil mengentaskan kemiskinan dengan cara menambah jatah beras Raskin untuk Program Raskin tahun berikutnya dan ada punishment untuk pemerintah daerah yang tidak berhasil mengentaskan kemiskinan dengan cara menurunkan Kuota Raskin untuk program Raskin tahun berikutnya.

5. Perlunya pendataan ulang keluarga sasaran dengan metode yang lebih realistis dengan penentuan kriteria yang rasional. Pendataan RTS yang dilakukan oleh BPS harus selalu up to date.

6. Perlunya peraturan yang jelas dan ketegasan dalam penentuan jadwal pelaksanaan antara satu program dengan program yang lain, sehingga pelaksanaan antar program tidak saling tumpang tindih. Mengingat hal itu akan berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan program itu sendiri.