Program Raskin

4. Program Raskin

Program Raskin merupakan salah satu program pemerintah dari 3 kluster upaya penanggulangan kemiskinan, yaitu Kluster I (Bantuan dan Perlindungan Sosial), Kluster II (PNPM Mandiri), dan Kluster III (Kredit Usaha Rakyat). Program Raskin masuk di dalam Kluster I bersama program perlindungan dan bantuan sosial lainnya seperti Jamkesmas, Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Keluarga Harapan (PKH), dan Bantuan Operasional Siswa (BOS). Sepuluh tahun lebih Program Raskin Program Raskin merupakan salah satu program pemerintah dari 3 kluster upaya penanggulangan kemiskinan, yaitu Kluster I (Bantuan dan Perlindungan Sosial), Kluster II (PNPM Mandiri), dan Kluster III (Kredit Usaha Rakyat). Program Raskin masuk di dalam Kluster I bersama program perlindungan dan bantuan sosial lainnya seperti Jamkesmas, Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Keluarga Harapan (PKH), dan Bantuan Operasional Siswa (BOS). Sepuluh tahun lebih Program Raskin

Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non- makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos, 2002).

Konsep kemiskinan terkait dengan kemampuan seseorang/rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasar baik untuk makanan maupun non-makanan. Seseorang/rumah tangga dikatakan miskin bila kehidupannya dalam kondisi serba kekurangan sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Batas kebutuhan dasar minimal dinyatakan melalui ukuran garis kemiskinan yang disetarakan dengan jumlah rupiah yang dibutuhkan (BPS dalam ( www.kompensasi-bbm.com ), 2005).

(“There is no doubt that achieving economic development in developing countries can only advance reduction of poverty. The crucial

role of technological and industrial development for economic expansion and alleviating poverty in developing states is widely recognized. ”) (“Tidak ada keraguan bahwa untuk mencapai keberhasilan pembangunan ekonomi di negara berkembang hanya dapat dilakukan dengan membantu pengurangan jumlah kemiskinan. Peranan yang krusial dari perkembangan industri dan teknologi, dan pengurangan kemiskinan di negara-negara berkembang diakui secara luas.” (Klaus Bosselmann, 2006:21)). Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kemiskinan merupakan masalah serius yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu negara yang berkembang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dan mencapai keberhasilan pembangunan dengan mengurangi angka kemiskinan yang ada di negara tersebut. Kemiskinan tersebut dapat ditentukan dengan beberapa kriteria, sehingga mempermudah pemerintah di negara yang bersangkutan dalam mencapai target sasaran yang diharapkan dapat mengurangi jumlah kemiskinan di negara tersebut. Menurut Riant Nugroho Dwidjowijoto, kriteria kemiskinan yang menggunakan pendekatan gabungan antara konsep kebutuhan dasar dan rumah tangga menghasilkan empat asumsi dasar, yaitu (1) unit masyarakat paling kecil adalah keluarga sehingga status kemiskinan seseorang/individu sangat terkait dengan status kemiskinan keluarga/rumah tangga; (2) setiap rumah tangga miskin selalu beranggotakan individu miskin sehingga keberhasilan menentukan sebuah rumah tangga miskin berarti menunjukkan keberhasilan menentukan individu-individu miskin dalam sebuah rumah tangga; (3) kebutuhan dasar role of technological and industrial development for economic expansion and alleviating poverty in developing states is widely recognized. ”) (“Tidak ada keraguan bahwa untuk mencapai keberhasilan pembangunan ekonomi di negara berkembang hanya dapat dilakukan dengan membantu pengurangan jumlah kemiskinan. Peranan yang krusial dari perkembangan industri dan teknologi, dan pengurangan kemiskinan di negara-negara berkembang diakui secara luas.” (Klaus Bosselmann, 2006:21)). Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kemiskinan merupakan masalah serius yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu negara yang berkembang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dan mencapai keberhasilan pembangunan dengan mengurangi angka kemiskinan yang ada di negara tersebut. Kemiskinan tersebut dapat ditentukan dengan beberapa kriteria, sehingga mempermudah pemerintah di negara yang bersangkutan dalam mencapai target sasaran yang diharapkan dapat mengurangi jumlah kemiskinan di negara tersebut. Menurut Riant Nugroho Dwidjowijoto, kriteria kemiskinan yang menggunakan pendekatan gabungan antara konsep kebutuhan dasar dan rumah tangga menghasilkan empat asumsi dasar, yaitu (1) unit masyarakat paling kecil adalah keluarga sehingga status kemiskinan seseorang/individu sangat terkait dengan status kemiskinan keluarga/rumah tangga; (2) setiap rumah tangga miskin selalu beranggotakan individu miskin sehingga keberhasilan menentukan sebuah rumah tangga miskin berarti menunjukkan keberhasilan menentukan individu-individu miskin dalam sebuah rumah tangga; (3) kebutuhan dasar

Perlu disadari bahwa kemiskinan bukan hanya sederetan angka, tetapi menyangkut nyawa jutaan rakyat miskin, terutama masyarakat yang tinggal di pedesaan, kawasan pesisir, dan kawasan tertinggal. Sehingga masalah kemiskinan menyentuh langsung nilai-nilai kemanusiaan, kesetaraan dan keadilan. Masalah kemiskinan ini berkaitan erat dengan tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin dalam mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya secara bermartabat. Untuk bisa bermartabat dalam kehidupannya, masyarakat perlu ditopang oleh kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak. Banyak hal yang mempengaruhi seseorang dikatakan miskin bila keadaannya memang tidak mampu berdiri sederajat dengan lingkungan masyarakat secara memadai (Aep Rusmana, 08 Februari 2006). Kemiskinan tersebut dapat membuat seseorang tidak mempunyai kemampuan untuk mengakses kebutuhan pokok bagi keberlangsungan hidupnya. Dan, salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap harinya adalah kebutuhan pangan. Kebutuhan pangan pokok yang dimaksud adalah beras.

Terkait dengan pemenuhan kebutuhan pangan pokok berupa beras, khususnya untuk rumah tangga miskin, maka Pemerintah melaksanakan Program Raskin untuk memberikan akses kepada mereka dalam memenuhi kebutuhan pangan dengan harga yang terjangkau. Program Raskin merupakan sebuah program beras bersubsidi bagi keluarga miskin yang menyediakan 15 kg beras per rumah tangga miskin dengan harga Rp.1.600 per kg. Program ini adalah program nasional yang bertujuan membantu akses rumah tangga miskin untuk memenuhi kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyediaan beras bersubsidi. Program ini merupakan kelanjutan Program Operasi Pasar Khusus (OPK) yang diluncurkan pada Juli 1998. Melalui Program Raskin, rumah tangga miskin diringankan beban pengeluarannya sehingga dapat mengalokasikan sisa pendapatannya untuk kebutuhan lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Efektivitas Program Raskin adalah merupakan tingkat keberhasilan yang menunjukkan tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan dalam rancangan kegiatan yang dilaksanakan pemerintah untuk membantu Rumah Tangga Miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyediaan beras bersubsidi.