Pengadilan Kvoèka: Pemerkosaan sebagai Kejahatan dalam Konteks Kerjasama Kriminal

E. Pengadilan Kvoèka: Pemerkosaan sebagai Kejahatan dalam Konteks Kerjasama Kriminal

Dewan Pengadilan I dari Tribunal Yugoslavia melakukan Pengadilan Kvoèka pada tanggal 2 November 2001.[FN281] Pihak penuntut hanya mendakwa satu dari lima orang tertuduh dalam kasus ini, Radic, dengan melakukan kejahatan seksual secara fisik. Meskipun demikian, kejahatan pemerkosaan dituduhkan kepada seluruh tertuduh karena kekerasan seksual adalah salah satu dari sejumlah tindakan yang menjadi dakwaan pihak penuntut. Dewan Pengadilan memperoleh sejumlah penemuan penting berkaitan dengan tanggung jawab individu untuk pemerkosaan sebagai bagian dari kejahatan dan memberikan bukti-bukti penting berkaitan dengan penyiksaan untuk ancaman kekerasan seksual. Dijelaskan pula mengenai standar kelayakan untuk segala jenis kejahatan pemerkosaan yang dapat diperkirakan, merupakan akibat dari suatu sebab, atau bersifat insidental ketika dilakukan dalam periode adanya kerjasama kriminal.

Kasus Kvoèka terkait dengan lima tertuduh yang bekerja di dalam atau secara teratur mengunjungi kompleks penjara Omarska. Serbs dari Bosnia di Prijedor membentuk kompleks Omarska pada bulan Mei 1992, dan dikabarkan untuk menekan pertumbuhan kaum Muslim Bosnia dan kaum Croats di Bosnia terutama di kawasan itu. Lebih dari tiga ribu lelaki dan kurang lebih 36 perempuan ditahan di kompleks Omarska selama masa beroperasinya yaitu selama tiga bulan. Pelanggaran dan kondisi yang tidak manusiawi sangat umum terjadi di dalam kompleks ini, di mana kejahatan seperti pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan, dan diskriminasi tidak dapat dikendalikan. Pada Ayat 1-3 dari Revisi Tuduhan, pihak penuntut mendakwa kelima tertuduh secara bersama-sama atas dasar diskriminasi dan tindakan tidak manusiawi sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan dengan pelanggaran terhadap harga diri pribadi sebagai kejahatan perang. Ayat diskriminasi menyatakan bahwa tertuduh mendiskriminasikan individu non-Serbs yang ditahan di Omarska melalui beberapa cara, seperti pembunuhan, penyiksaan dan pemikulan, penyerangan seksual dan pemerkosaan, pelecehan, mempermalukan dan menyiksa secara psikologis, dan menahan dalam kondisi tidak manusiawi.[FN282] Sebagai tambahan, Ayat 14-17 mendakwa salah satu tertuduh, Mladjo Radic, seorang pemimpin shift penjaga di kompleks, dengan pemerkosaan, penyiksaan, dan pelanggaran terhadap harga diri pribadi untuk kekerasan seksual yang telah dilakukannya secara pribadi kepada perempuan-perempuan yang ditahan di komplek penjara Omarska.[FN283]

*342 *342 Dewan Pengadilan menemukan bahwa “tahanan perempuan dikenakan berbagai bentuk kekerasan *342 *342 *342 seksual” dalam kompleks.[FN284] Dewan menunjukkan bahwa kekerasan seksual mencakup sejumlah besar tindakan termasuk kejahatan seperti pemerkosaan, penyiksaan, perbudakan seksual, mutilasi seksual, perkawinan paksa, aborsi paksa, prostitusi paksa, kehamilan paksa, dan sterilisasi paksa. [FN285]

Pembentukan tujuan umum dari doktrin/teori kerjasama kriminal tercakup dalam Pertimbangan Dewan Banding Tadic, dan cakupan dalam hal ini salah satunya adalah teori tanggung jawab yang secara tidak langsung terdapat dalam Ayat 7(1) (tanggung jawab individual) dari Statuta Tribunal, [FN286] Dewan Pengadilan Kvocka menjelaskan bahwa kerjasama kriminal dapat timbul:

Apabila dua orang atau lebih berpartisipasi dalam suatu usaha umum untuk melakukan tindakan kriminal. Usaha kriminal ini memiliki jangkauan yang luas, mulai dari dua orang yang berkonspirasi untuk merampok bank sampai kepada pembantaian sistematis dari jutaan orang yang melibatkan ribuan partisipan selama pemerintahan kriminal yang luas sedang berkuasa… dalam beberapa cabang dari kerjasama kriminal yang lebih besar, tujuan kriminal dapat lebih dikhususkan: satu cabang dapat dibentuk untuk tujuan memperoleh tenaga kerja paksaan, yang lain untuk pemerkosaan sistematis untuk terciptanya kehamilan paksa, yang lain untuk tujuan pemusnahan, dan lain lain. [FN287]

PAPER KELLY D. ASKIN

Berkaitan dengan pembunuhan kejam yang terjadi secara terus menerus di dalam kompleks, Dewan Pengadilan akhirnya menyimpulkan bahwa kompleks Omarska dioperasikan sebagai kerjasama kriminal yang dibentuk untuk menghukum non-Serb yang ditahan di sana.[FN288] Tribunal tidak menghukum tiga orang tertuduh untuk kejahatan fisik, melakukan kekerasan kepada tahanan, atau memiliki peran apapun dalam pembentukan kompleks atau memiliki pengaruh signifikan atas kebijakan penyiksaan di kompleks. Namun, mereka tidak dapat disangkal telah mengetahui berbagai kejahatan keji yang terjadi tiap hari dan bahwa kompleks itu digunakan untuk mengumpulkan, menghukum dan memusnahkan non-Serb. [FN289] Oleh karena itu, ketika tertuduh terus datang untuk bekerja setiap hari di kompleks Omarska *343 *343 *343 meskipun ia sadar akan aktifitas kriminal yang dilakukan di sana, dan usaha mereka yang *343 *343 berkontribusi secara signifikan untuk kelangsungan dan efektivitas kompleks, yang memfasilitasi terjadinya kejahatan dan mengijinkan para pelaku untuk terus melakukan kejahatan dengan mudah, para tertuduh ini telah memiliki tanggung jawab kriminal untuk berpartisipasi dalam kerjasama kriminal.[FN290]

Sebagai tambahan, tidak ada bukti dalam proses peradilan yang mengindikasikan sebagian besar tertuduh tahu mengenai pemerkosaan dan bentuk-bentuk lain dari kekerasan seksual yang terjadi di kompleks Omarska. Meskipun demikian, Dewan Pengadilan menemukan bahwa dengan tetap bekerja di kompleks walaupun mengetahui bahwa di sana aktifitas kriminal tidak terkendali, para partisipan telah beresiko untuk menerima tanggung jawab kriminal untuk seluruh kejahatan yang dapat diperkirakan, termasuk kejahatan pemerkosaan yang dilakukan di sana: “[S]etiap kejahatan yang merupakan konsekuensi natural atau dapat diperkirakan dari kerjasama kriminal … dapat dikenakan kepada partisipan dalam kerjasama kriminal apabila dilakukan selama ia berpartisipasi dalam kerjasama tersebut.” [FN291] Mengenai kekerasan seksual dalam kompleks sebagai sesuatu yang dapat diperkirakan dan tidak dapat dihindari dalam situasi tersebut, Dewan Pengadilan beralasan sebagai berikut:

Dalam kompleks Omarska, kurang lebih 36 perempuan ditahan, dijaga oleh pria bersenjata yang seringkali mabuk, bersikap kasar dan menyiksa secara fisik dan mental dan diijinkan untuk bertindak seolah-olah memiliki kekebalan hukum. Tentu akan menjadi tidak realistis dan berlawanan dengan segala pemikiran rasional untuk memperkirakan bahwa tidak satupun perempuan yang ditahan di Omarska, ditahan di situasi yang membuat mereka lemah, akan menjadi korban pemerkosaan atau bentuk lain dari kekerasan seksual. Hal ini secara khusus memiliki kebenaran berkaitan dengan niat jelas dari kerjasama kriminal untuk menargetkan satu kelompok untuk dihukum melalui berbagai cara seperti kekerasan dan tindakan mempermalukan. [FN292]

Oleh karena itu, partisipan dalam kerjasama kriminal, entar pembantu atau pelaku pembantu, dapat dianggap bertanggungjawab untuk segala kejahatan yang natural dan dapat diperkirakan sebelumnya sementara mereka berpartisipasi dalam kerjasama kriminal. [FN293]

Secara implisit dalam Pengadilan dinyatakan bahwa penahanan seperti itu, baik dalam fasilitas besar di mana banyak perempuan secara formal ditahan atau di dalam rumah di mana sekelompok kecil atau *344 *344 *344 *344 *344 bahkan satu orang perempuan ditahan secara tidak sesuai dengan hukum, dapat dianggap sebagai suatu kerjasama kriminal apabila seorang individu telah mengetahui dan berpartisipasi dengan orang lain dalam aktifitas kriminal.[FN294] Dewan Pengadilan Kvocka memang menjelaskan bahwa usaha-usaha tambahan akan diperlukan guna melindungi para perempuan dari kejahatan pemerkosaan pada situasi- situasi ini: “[A]pabila seorang atasan memiliki pengetahuan sebelumnya bahwa perempuan yang ditahan oleh penjaga pria dalam fasilitas penahanan akan cenderung menjadi korban kekerasan seksual, hal itu akan membuatnya perlu memperhatikan bahwa usaha-usaha tambahan dituntut daripadanya guna mencegah kejahatan seperti itu untuk terjadi.”[FN295] Sampai saat ini, dengan bukti ekstensif mengenai

BUKU REFERENSI BUKU REFERENSI

Dewan Pengadilan juga mengakui bahwa diskriminasi dapat memiliki berbagai bentuk dan tidak terbatas kepada kekerasan fisik: “Seperti pemerkosaan dan penelanjangan secara paksa diakui sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan atau genosida apabila mereka merupakan bentuk penyerangan kepada populasi masyarakat sipil atau apabila digunakan sebagai instrumen genosida, perlakuan mempermalukan yang menjadi bagian dari penyerangan diskriminatif atas populasi sipil dapat, bersama dengan kejahatan lain atau, dalam kasus ekstrim saja, juga dijadikan dasar adanya diskriminasi.” [FN296]

Dewan Pengadilan kemudian mempertahankan dakwaan pemerkosaan dan penyiksaan kepada Radic. Tuduhan kekerasan seksual yang dilakukan Radic bervariasi mulai dari meraba-raba atau ancaman dan usaha yang terlihat jelas, sampai kepada pemerkosaan secara langsung. Dalam kesimpulan bahwa ia melakukan kekerasan seksual terhadap beberapa perempuan dalam kompleks, Dewan mengingat bahwa definisi kekerasan seksual yang dipublikasikan di Akayesu sebagai “segala tindakan bersifat seksual, yang dilakukan kepada seseorang dalam kondisi pemaksaan,” [FN297] dan menemukan bahwa “intimidasi seksual, pelecehan dan penyerangan yang dilakukan Radic… secara jelas jatuh ke dalam definisi ini, sehingga Radic dianggap telah melakukan kekerasan seksual atas korban-korban yang selamat ini.” [FN298] Dewan juga menemukan bahwa Radic secara fisik telah memperkosa para perempuan yang ditahan dalam kompleks. [FN299] Meskipun demikian, salah satu tersangka korban pemerkosaan tidak berada dalam daftar, baik dalam daftar Tuduhan ataupun Jadwal yang terlampir yang menyebutkan tersangka korban. Dewan Pengadilan *345 *345 *345 *345 *345 menyatakan dalam segala keadilan untuk sang tertuduh, “dakwaan baru tidak dapat dibawa melawan tertuduh pada pertengahan persidangan tanpa pemberitahuan yang cukup sebelumnya.”[FN300] Dengan demikian, kesaksian dari seorang saksi ini menjadi bagian dari rekaman pengadilan, namun tidak dipertimbangkan dalam penentuan apakah Radic bersalah atau tidak. Meskipun demikian, secara signifikan Dewan menyatakan bahwa kesaksian itu, yang dianggap cukup sah, dapat digunakan untuk membantu pembentukan pola tindakan yang konsisten.”[FN301]

Dalam menentukan bahwa pemerkosaan dan bentuk lain dari kekerasan seksual dapat tercakup dalam penyiksaan, Dewan Pengadilan menyatakan bahwa “pemerkosaan dan bentuk lain dari kekerasan seksual hanya dilaksanakan terhadap tahanan non-Serb dalam kompleks, dan tindakan tersebut dilaksanakan hanya terhadap perempuan, sehingga kejahatan tersebut menjadi diskriminatif dalam berbagai tingkat.”[FN302] Ditekankan pula bahwa Radic secara sengaja memperkosa dan berusaha memperkosa, dan bahwa tindakan-tindakan ini dalam ....

Kamar Persidangan mempertimbangkan kerapuhan korban yang luar biasa serta fakta bahwa mereka dipenjarakan dalam sebuah fasilitas di mana kekerasan terhadap tahanan menjadi peraturan, bukan sebaliknya. Para tahanan tahu bahwa Radic mempunyai posisi kekuasaan dalam kamp, bahwa ia dapat berkeliaran di dalam kamp sekehendak hati, dan memaksa mereka menghadapnya setiap waktu. Para perempuan juga mengetahui atau mencurigai bahwa perempuan lain diperkosa atau bila tidak mengalami kekerasan seksual di kamp. Ketakutan yang ada meresap dalam dan ancaman selalu nyata bahwa mereka

PAPER KELLY D. ASKIN

BUKU REFERENSI

dapat mengalami kekerasan seksual bila Radic mengkehendaki. Dalam situasi ini, Kamar Persidangan menemukan bahwa ancaman pemerkosaan atau bentuk kekerasan seksual lain tanpa diragukan menyebabkan rasa sakit dan penderitaan yang amat sangat… dan oleh karena itu, elemen – elemen penyiksaan juga dipuaskan sehubungan dengan para korban yang selamat ini. [FN304]

Meski Kamar Persidangan menyimpulkan bahwa Radic melakukan pemerkosaan dan penyiksaan sebagai kejahatan kemanusiaan, Kamar menyatakan bahwa “karena kurangnya kejelasan dalam isu ini”, hukuman penganiayaan sudah “termasuk dalam kejahatan pemerkosaan yang dituduhkan kepada Radic secara terpisah.” Hal ini disebabkan oleh Amandemen Dakwaan tidak secara spesifik mengidentifikasikan kejahatan ini sebagai hal yang berbeda dengan kejahatan pemerkosaan yang dinyatakan dalam hukuman yang dijatuhkan (yang menyatakan bahwa hukuman untuk kekerasan dan perlakuan yang salah secara fisik, mental, dan seksual). [FN305] Sebagai konsekuensinya, perhitungan pemerkosaan dan penganiayaan sebagai kejahatan kemanusiaan “dibubarkan” karena termasuk ke dalam penganiayaan sebagai hukuman atas kejahatan kemanusiaan. [FN306] Jelas bahwa pembubaran bukan merupakan pembebasan kejahatan – kejahatan tersebut. Pengadilan karenanya menghukum Radic atas kekerasan seksual di bawah dakwaan penganiayaan, dan bersikeras bahwa hukuman atas penganiayaan termasuk dalam dakwaan pemerkosaan terpisah karena *346 *346 *346 *346 *346 penuntut tidak mengidentifikasi pemerkosaan melalui dakwaan terpisah sebagai kejahatan yang berbeda dari penganiayaan. Dakwaan penyiksaan untuk kekerasan seksual yang dibawa sebagai kejahatan perang tidak termasuk dalam penganiayaan sebagai dakwaan kejahatan kemanusiaan, dan karenanya Radic dihukum atas kejahatan pemerkosaan untuk kejahatan perang berupa penyiksaan.

Kasus Kyocka mempunyai beberapa implikasi yang cukup penting untuk mengamankan tanggung jawab pelaku kejahatan seksual dan jender yang dilakukan baik selama usaha kejahatan bersama atau sebagai bagian skema penganiayaan. Ini menjadi penting terutama mengingat kecenderungan dakwaan di kasus – kasus ICTY untuk mendakwa pemimpin dan orang lain yang dituduh di bawah teori usaha kejahatan bersama, dan untuk menggunakan penganiayaan sebagai kategori yang mencakup semua dan meliputi jangkauan luas kejahatan yang diduga dilakukan (pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan, deportasi, dan penghancuran rumah atau fasilitas keagamaan), tanpa mendakwa setiap kejahatan secara terpisah. [FN307]

Dalam setiap kasus di atas, seorang hakim perempuan menjadi anggota Kamar Persidangan dalam mendengarkan kasus, [FN308] dan biasanya intervensinya yang lihai, keahlian dalam isu – isu perempuan, atau kompetensi yudisial yang memfasilitasi proses perbaikan yudisial dan mempengaruhi perkembangan kejahatan jender. Juga terdapat indikasi bahwa korban yang selamat lalu menjadi saksi kejahatan seksual lebih tidak enggan untuk bersaksi bagi Pengadilan bila hadir juri – juri perempuan. Terdapat sedikit keraguan bahwa kehadiran hakim perempuan, jaksa penuntut, penyelidik, penerjemah, pengacara pembela, dan fasilitator (sebagai contoh, dalam Unit Korban dan Saksi) yang berkualifikasi, telah meningkatkan catatan dalam memenuhi perbaikan untuk kejahatan yang terkait dengan jender.