Kesimpulan – Kekerasan Seksual Sebagai Sebuah Norma Jus Cogens

IV. Kesimpulan – Kekerasan Seksual Sebagai Sebuah Norma Jus Cogens

Sepuluh tahun lalu, karena sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada pemerkosaan selama waktu perang, terdapat sebuah debat tentang apakah pemerkosaan bahkan termasuk kejahatan perang. Sejak saat itu, para Pengadilan telah mengembangkan dengan pesat yurisprudensi kejahatan perang, kejahatan kemanusiaan dan genosida. [FN309] Kemajuan luar biasa yang terjadi di para Pengadilan dalam Sepuluh tahun lalu, karena sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada pemerkosaan selama waktu perang, terdapat sebuah debat tentang apakah pemerkosaan bahkan termasuk kejahatan perang. Sejak saat itu, para Pengadilan telah mengembangkan dengan pesat yurisprudensi kejahatan perang, kejahatan kemanusiaan dan genosida. [FN309] Kemajuan luar biasa yang terjadi di para Pengadilan dalam

*347 *347 *347 Kita harus mengkonfrontasi kejahatan seksual dan menemukan cara untuk memahami dan *347 *347 mencegahnya. Kita juga harus menekankan dekonstruksi stereotip dan praktek buruk yang telah mengakibatkan marjinalisasi endemik terhadap perempuan dan ketidakpedulian sistematis terhadap kejahatan yang terjadi pada mereka. Hanya saat kita menerima bahwa korban kekerasan seksual seharusnya tidak menanggung stigma dan rasa malu yang secara tradisional diberikan masyarakat kepada mereka, dan saat kita mengakui bahwa pemerkosaan merupakan kejahatan kekerasan seksual, mental, dan fisik yang serius yang pantas dibenahi, maka kita akan benar – benar dapat mengatasi sebab – sebab terjadinya kejahatan seksual. Karena saat kita memutarbalikkan stigma dan stereotip yang berkaitan dengan kejahatan seksual, kita mengambil banyak kekuasaan yang dipegang para pelaku kejahatan ini. Saat kita menempatkan rasa malu pada pelaku kejahatan seksual dan bukan pada korban, mengenali pelaku sebagai pihak lemah yang pengecut, biasanya merupakan pria dengan senjata yang memangsa warga sipil dengan posisi yang jauh lebih rapuh, dan memformulasikan pemerkosaan sebagai kejahatan yang pantas dibenci serta membawa rasa hina terhadap semua pria, maka kita pun dapat mengambil setidaknya sedikit potensinya lalu menggunakannya sebagai senjata. [FN310]

Yurisprudensi jender pada ICTY dan ICTR akan membantu perjuangan untuk memastikan bahwa kejahatan jender di tempat lain, seperti Afghanistan, Burma, Bangladesh, Guatemala, Kongo, Kenya, dan Kamboja, diadili dan dihukum. [FN311] Unit Kejahatan Serius di Timor Timur, Pengadilan Khusus di Sierra Leone, dan Pengadilan Kejahatan Internasional bergabung dengan inisiatif pertanggungjawaban internasional, regional, campuran, dan lokal untuk terus menerus mendemonstrasikan bahwa keadilan telah berbalik dan impunitas tidak lagi menjadi norma. [FN312] Hal tersebut merupakan bukti atas kejahatan yang berkaitan dengan jender sebelum ICTY dan ICTR, usaha – usaha yang tidak terpadamkan oleh para individu dan organisasi yang bekerja bersama atau di bawah pimpinan Kaukus Perempuan untuk Keadilan Jender dalam ICC, dan partisipasi delegasi – delegasi yang sensitif terhadap isu jender yang mengamankan diikutsertakannya pemerkosaan, pelacuran yang dipaksakan, perbudakan seksual, kehamilan yang dipaksakan, sterilisasi yang diharuskan, penyelundupan seks dan kejahatan kekerasan seksual lain dalam ketetapan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan dalam Statuta ICC. Pengikutsertaan kejahatan perang dalam cakupan yang luas *348 *348 *348 *348 di dalam yurisdiksi ICC, yang telah banyak direproduksi dalam *348 statuta untuk pengadilan Sierra Leone dan Timor Timur, mengindikasikan kesadaran global baru akan bahaya impunitas yang berkelanjutan untuk kejahatan jender dan seksual. [FN313]

Perkembangan yang eksplosif dari kejahatan yang berkaitan dengan jender dalam hukum internasional di dalam sepuluh tahun terakhir mencerminkan betapa komunitas internasional mencela kejahatan tersebut dan berkomitmen untuk memperbaiki pengadilan terhadapnya. Pengikutsertaan dan pencatatan beberapa bentuk kekerasan seksual dalam Statuta ICC mengakui bahwa hal ini merupakan kejahatan yang pantas mendapat perhatian serius komunitas internasional secara keseluruhan, dan pengikutsertaannya dalam Statuta ICTY/R menempatkan mereka di antara kejahatan – kejahatan yang dianggap sebagai pembentuk