Rapat Umum di Gedung Bioskop Oranje Bandung

C.3 Rapat Umum di Gedung Bioskop Oranje Bandung

Dari kota Bandung dilaporkan bahwa organisasi Muhammadiyah telah menyelenggarakan rapat umum pada hari Minggu, 6 Oktober 1929, dengan mengambil tempat di Hotel Oranje, Bandung. Dalam rapat itu dihadiri oleh 200 anggota Muhammadiyah termasuk 10 perempuan. Setelah rapat dibuka oleh Sekretaris Muhammadiyah Bandung Ishak, tamu yang hadir bertambah hingga menjadi 400 orang termasuk 40 perempuan. Rapat ini dihadiri pula oleh “Persatoean Islam” Bandung, cabang Garut, Batavia dan Pekalongan. Sementara itu dari organisasi Muhammadiyah, masing-masing mengirimkan utusan sementara dari pers bumi putra. Tampak pula beberapa tokoh yang sudah banyak dikenal

orang seperti Ir. Soekarno, Maskoen dan beberapa anggota PNI lainnya. 31

Setelah dibuka, tampil pembicara pertama utusan pengurus pusat dari Yogyakarta Hadji Soedjak. Sementara kepemimpinan rapat dipegang oleh Tjitrosoebono, anggota pengurus pusat. Berdasarkan beberapa ayat dari Qur’an, pembicara menguraikan tujuan dan usaha Muhammadiyah,seperti yang dimuat dalam pasal 2 sub a dan b anggaran dasar, yakni memajukan pendidikan dan pengkajian ajaran agama Islam di Hindia Belanda dan mendorong kehidupan agama di antara

31 Koleksi Ministerie van Kolonien, koleksi Nationaal Archief Nederland , no. C A/12,hlm. 1-2. Laporan ini dibuat oleh polisi kota Bandung Dinas Orang Asing dan Informasi (Stadspolitie Bandoeng Vreemdelingen- en inlichtingdienst).

K .H. Ahmad Dahlan [145] K .H. Ahmad Dahlan [145]

Dijelaskan pula dalam rapat tersebut bahwa setelah berdiri hampir 20 tahun, Muhammadiyah memiliki 16 ribu anggota dari seluruh Indonesia. Organisasi ini mempunyai berbagai cabang seperti cabang wanita Aisiyah, yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan wanita Muslim di bidang agama; cabang pendidikan untuk pengajaran dengan dasar agama, cabang propaganda dan cabang Taman Pustaka (perpustakaan). Cabang Taman Pustaka dibentuk dengan tujuan menyimpan buku yang ditulis dalam beberapa bahasa dan memperhatikan penyebaran brosur. Dengan semikian salama 15 tahun keberadaannya, lembaga ini telah membagikan 700 ribu eksemplar buku (brosur) secara gratis kepada masyarakat, yang dalam jangka waktu ini masih dianggap terlalu sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk Islam Indonesia sebanyak 36 juta jiwa.

Orang beranggapan bahwa kas organisasi sangat kuat. Namun hal ini tidak benar. Mereka bisa menutup semua biaya ini berkat sumbangan para anggota, yang menegaskan bahwa mereka melaksanakan pekerjaan yang baik untuk melayani Tuhan. Dalam kondisi demikian keyakinan dilontarkan bahwa apa yang berasal dari Tuhan, juga akan kembali kepada-Nya. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam konferensi Taman Pustaka dibicarakan banyak karya buku yang ditujukan untuk menentang Islam, seperti terdapat dalam buku karya Dr. Kraemer.

Hadji Iskandar Idris, utusan dari cabang Pekalongan, tampil di panggung untuk membahas permasalahan Tablig dari Muhammadiyah. Dia memberitahukan bahwa kata Arab “Tableg” berarti “menyampaikan” dalam arti menyampaikan persoalan yang menyangkut agama.

[146] K .H. Ahmad Dahlan

Disampaikan pula bahwa ada orang yang mengucapkan “tablet”, padahal yang dimaksudkannya adalah “tableg”. Ditegaskannya bahwa keduanya memiliki makna yang berbeda, karena “tablet” digunakan untuk menyembuhkan penyakit malaria, sementara “tableh” adalah sarana untuk menyatakan “penyakit” dalam peristiwa ini “benda- benda gelap dalam Islam”. Ia menguraikan panjang lebar manfaat dan kinerja “tableg” ini. Melalui “tableg”, manusia diberi kesempatan untuk mengenal jalan hidup Islam yang baik. Juga bagi tujuan propaganda, tableg terbukti mempunyai arti yang besar.

Pembicara berikutnya adalah Kartosoedarmo, utusan cabang Batavia. Ia membahas bidang pendidikan. Ditegaskannya bahwa pendidikan yang diberikan pada Muhammadiyah, tidak hanya terdiri atas pelajaran umum, seperti yang diberikan di sekolah pemerintah, melainkan juga pelajaran agama. Selanjutnya dia mengumumkan bahwa jumlah sekolah yang didirikan di Batavia oleh organisasi ini dalam waktu tujuh tahun berjumlah 6 HIS, 1 kweekschool (sekolah calon guru), 1 standaardschool dan 1 Kopschool (sekolah niaga). Ia mendorong agar pendidikan diperhatikan agar supaya di dunia Islam perbaikan bisa dilakukan.

Muhammadiyah juga tidak melupakan kebutuhan untuk mendorong kemakmuran perempuan Islam. Perhatian ini diwujudkan dalam cabang wanita Muhammadiyah, organisasi Aisiyah.Organisasi ini berdiri sendiri dan kuat, terbukti dari masjid kaum perempuan di Yogyakarta didirikan oleh organisasi perempuan ini. Muhammadiyah juga mendirikan sejenis sekolah TK (Frobelschool), yang semuanya berasal dari anggotanya sendiri, yang berupa sumbangan sukarela dari para murid. Para siswa juga menerima pelajaran keagamaan di sekolah ini.

Tibalah giliran sesi tanya jawab. Ditanyakan tentang hak dan kewajiban anggota. Disampaikan bahwa kontribusi minimum untuk menjadi anggota berjumlah yang ditujukan untuk mengisi kas. Sementara pengurus pusat tidak memungut satu sen pun dari cabang.

Permaslahan mengapa setelah berdiri kurang lebih 20 tahun

K .H. Ahmad Dahlan [147] K .H. Ahmad Dahlan [147]