Kyai Haji Ahmad Dahlan Dan Keluarga

D. Kyai Haji Ahmad Dahlan Dan Keluarga

Pada 1889 Kyai Haji Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah yang pada saat itu berusia tujuh belas tahun. Siti Walidah yang nantinya lebih dikenal dengan nama Nyai Haji Ahmad Dahlan adalah putri Kyai Fadhil Kamaludiningrat, penghulu di Kraton Yogyakarta. Siti Walidah tidak pernah mengikuti pendidikan formal, tetapi pengetahuannya cukup luas karena dikaruniai pikiran yang cerdas.

Alasan utama Kyai Haji Ahmad Dahlan memilih untuk menikah dengan Siti Walidah karena kecerdasannya serta kesediaannya dalam mendampingi perjuangan dakwah. Siti Walidah mendukung semua aktivitas dakwah Kyai Haji Ahmad Dahlan. Untuk itu rumahnya dijadikan sebagai tempat aktivitas gerakan pembaharuan agama yang dilaksanakan oleh suaminya. Pernikahan kedua pasangan ini dikaruniai enam orang anak, yaitu :

1. Johanah lahir pada tahun 1890.

2. Siradj Dahlan lahir pada tahun1889.

3. Siti Busjro lahir pada tahun 1903.

K .H. Ahmad Dahlan [187]

4. Siti Aisyah lahir pada tahun 1905.

5. Irfan Dahlan lahir pada tahun 1907.

6. Siti Zuharah lahir pada tahun 1908. Setelah mendirikan organisasi Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan

menikah lagi dengan tiga orang perempuan. Isteri kedua Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah R.A.Y Soetidjah Windyaningrum yang dikenal dengan nama Nyai Abdulah. Akad nikah dalam pernikahan tersebut dipimpin langsung oleh kakak dari Siti Walidah.

Pernikahan Ray Soetidjah Windyaningrum dengan Kyai Haji Ahmad Dahlan didasari oleh permintaan dari keraton, sebagai abdi dalem keraton Kyai Haji Ahmad Dahlan tidak bisa menolaknya. Pernikahan tersebut juga menjadi tanda bahwa Sultan merestui usaha-usaha pembaharuan yang sedang dilakukannya.

Pernikahan keduanya tidak berlangsung lama karena Nyai Abdullah kemudian diceraikan. Proses perceraian kedua pasangan ini sangat unik karena dilakukan melalui surat yang dititipkan melalui kakak Siti Walidah. Pernikahan Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan Nyai Abdullah dikaruniai seorang putra bernama R. Dhurie.

Pernikahan Kyai Haji Ahmad Dahlan berikutnya dilakukan atas permintaan sahabatnya Kyai Munawar dari Krapyak, Yogyakarta. Ia mengharapkan Kyai Haji Ahmad Dahlan bersedia menikah dengan adiknya, Nyai Rum. Pernikahan ini bertujuan untuk memperkokoh kerjasama antara organisasi Nahdlatul Ulama dan Muhamadiyah.

Saat mengadakan dakwah di Cianjur Kyai Haji Ahmad Dahlan juga diminta untuk menikahi Nyai Aisyah adik penghulu ajengan atau penghulu bangsawan. Penghulu ajengan menginginkan agar keturunan Kyai Haji Ahmad Dahlan ada yang tinggal di wilayah Cianjur untuk meneruskan dakwahnya. Pernikahan keempat ini menghasilkan seorang putri bernama Siti Dandanah.

Kyai Haji Ahmad Dahlan sangat memahami bahwa poligami akan sangat

[188] K .H. Ahmad Dahlan [188] K .H. Ahmad Dahlan

Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Nyai Haji Ahmad Dahlan tetaplah seorang manusia yang punya rasa marah dan kecewa. Poligami yang dilakukan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan meskipun dengan alasan dakwah tetap menimbulkan rasa tidak nyaman, sebagai perempuan Nyai Haji Ahmad Dahlan pernah merasakan cemburu terhadap isteri suaminya.

Suatu saat Kyai Haji Ahmad Dahlan menyuruh putranya, R. Dhuri, untuk mencari dan mengajak adiknya yang tinggal di Cianjur ke Yogyakarta. R. Dhuri tidak memahami perintah tersebut, bukan hanya adiknya yang dibawa pulang, namun ibunya Nyai Aisyah juga diajak. Hal ini tidak sesuai dengan perintah Kyai Haji Ahmad Dahlan, mengetahui hal ini Nyai Haji Ahmad Dahlan tidak bisa menahan rasa kesalnya.

Pernikahan Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan empat isterinya tersebut dikaruniai delapan orang putera dan puteri, mereka hidup rukun, saling menyayangi, dan saling menghormati. Kyai Haji Ahmad Dahlan memperlakukan semua anggota keluarga secara adil. Poligami yang dijalani oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan sesuai dengan aturan-aturan agama. Ia piawai dalam menjalani perannya baik saat menjadi suami dari isteri-isterinya maupun sebagai ayah dari putra dan putrinya (Kuntoyo, 1983 : 40-42).

Kerukunan yang ada dalam keluarga Kyai Haji Ahmad Dahlan, didasari juga oleh caranya dalam menilai perempuan. Sejak awal melakukan dakwah Kyai Haji Ahmad Dahlan menempatkan perempuan dalam posisi yang mulia. Ia pernah memberikan nasehat secara simpatik melalui dialog, berikut ini petikannya : “Adakah kamu tidak malu kalau auratmu sampai dilihat oleh orang laki-laki ?“ Murid-murid perempuannya menjawab “Wah,malu sekali Kyai “. Emudian ia bertanya kembali “Mengapa kebanyakan dari kamu kalau sakit sama pergi kepada dokter laki-laki, apalagi kalau melahirkan

K .H. Ahmad Dahlan [189] K .H. Ahmad Dahlan [189]

Tanya jawab singkat ini menunjukkan bahwa Kyai Haji Ahmad Dahlan sejak awal telah memikirkan tentang pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan, karena memang ada beberapa persoalan yang sebaiknya diselesaikan perempuan itu sendiri. Saat ini persoalan ini telah dijawab dengan berdirinya Aisyiyah yang juga berusaha dalam bidang pendidikan sehingga mampu mencetak tenaga-tenaga professional yang sangat dibutuhkan oleh perempuan.