2 Teori yang Berorientasi Pada Kelas Sosial
Teori ini dipandang sebagai pendewasaan teori – teori sebelumnya yang mencari sebab – sebab kejahatan dari ciri – ciri yang terdapat atau yang melekat
pada orang atau pelakunya. Teori kelas mencari di luar pelakunya khususnya pada struktur sosial yang ada. Tokoh pada teori ini Robert Merton dikenal dengan teori
anomic. Secara harafiah anomic berarti tanpa norma. Merton berusaha untuk menunjukkan bahwa beberapa struktur sosial dalam kenyataannya telah membuat
orang – orang tertentu dalam masyarakat untuk bertindak menyimpang daripada mematuhi norma – norma sosial.
6. Tindak Pidana Penganiayaan dalam KUHP
Beberapa ahli hukum memberikan beberapa pengertian mengenai “Tindak Pidana”, diantaranya : Menurut D. Simons, tindak pidana adalah perbuatan salah
dan melawan hukum yang diancam pidana dan dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab.
20
Suatu perbuatan dikatakan tindak pidana apabila mengandung unsur – unsur berikut :
a Harus ada suatu perbuatan;
b Perbuatan tersebut harus sesuai dengan uraian undang – undang;
c Merupakan perbuatan melawan hukum;
20
C. S. T. Kansil, E. R. Palandeng, A. A. Musa, 2009, Tindak Pidana Dalam Perundang – Undangan Nasional, Jala Permata Aksara, Jakarta, halaman 2.
Universitas Sumatera Utara
d Harus dilakukan oleh seseorang yang dapat dimintai pertanggungjawaban
pidana; e
Perbuatan itu diancam dengan hukuman KUHPidana, membuat kualifikasi atau penggolongan atas semua jenis
tindak pidana kedalam “kejahatan” dan “pelanggaran”. Kejahatan diatur dalam Buku II KUHP yang memuat segala jenis – jenis kejahatan. Sedangkan
pelanggaran dimuat dalam buku III KUHP yang mengatur segala jenis pelanggaran.
Selanjutnya Buku II KUHP memuat perincian tentang jenis – jenis kejahatan dan terdiri dari pasal 104 sampai dengan pasal 488 KUHP, yang terbagi
dalam 30 bab. a
Kejahatan terhadap kepentingan negara, terdiri atas : 1
Kejahatan terhadap kedudukan negara Bab I, II, III dan IV 2
Kejahatan yang berhubungan dengan kekuasaan umum Bab VIII dan XXVIII
b Kejahatan terhadap kepentingan masyarakat, meliputi :
1 Kejahatan yang menimbulkan bahaya bagi keadaan Bab V, VI, dan
XXIX
c Kejahatan terhadap kepentingan perorangan terdiri atas :
1 Kejahatan terhadap jiwa Bab XIX
Universitas Sumatera Utara
2 Kejahatan terhadap badan Bab XV, XX, XXI
3 Kejahatan terhadap kehormatan Bab XXII, XXIII, XXIV, XXV, XXVI,
XXVII dan XXX. Perlu diketahui lebih dahulu bahwa kejahatan penganiayaan disebut dalam
Bab XX KUHP merupakan kejahatan terhadap badan tubuh seseorang, diatur dalam KUHP mulai dari Pasal 351 sampai dengan Pasal 356 KUHP. Dalam
rumusan UU tidak disebutkan secara jelas pengertian penganiayaan bagaimana cara dan alat apa yang digunakan dalam melakukan penganiayaan tersebut.
Namun demikian hal ini dapat dipahami dengan melihat yurisprudensi kehidupan dalam praktek peradilan, telah memberikan pengertian penganiayaan sebagai
berikut : a
Dengan sengaja menyebabkan perasaan tidak enak penderitaan
b Rasa sakit atau terdapat luka.
Jenis Tindak Pidana Penganiayaan Dalam KUHP sebagai berikut : 1.
Tindak Pidana Penganiayaan Biasa Penganiayaan biasa yang dapat juga disebut dengan penganiayaan pokok atau
bentuk standar terhadap ketentuan Pasal 351 yaitu pada hakikatnya semua penganiayaan yang bukan penganiayaan berat dan bukan penganiayaan ringan.
2. Tindak Pidana Penganiayaan Ringan
Penganiayaan tersebut dalam Pasal 352 1 KUHP yaitu suatu penganiayaan
Universitas Sumatera Utara
yang tidak menjadikan sakit atau menjadikan terhalang untuk melakukan jabatan atau pekerjaan sehari-hari.
3. Tindak Pidana Penganiayaan Berencana
Menurut Mr. M. H Tirtaadmidjaja, mengutarakan arti direncanakan lebih
dahulu yaitu bahwa ada suatu jangka waktu betapapun pendeknya untuk mempertimbangkan dan memikirkan dengan tenang”. Diatur dalam pasal 353
KUHP. Untuk perencanaan ini, tidak perlu ada tenggang waktu lama antara waktu
merencanakan dan waktu melakukan perbuatan penganiayaan berat atau pembunuhan. Sebaliknya meskipun ada tenggang waktu itu yang tidak begitu
pendek, belum tentu dapat dikatakan ada rencana lebih dahulu secara tenang.Ini semua bergantung kepada keadaan konkrit dari setiap peristiwa.
4. Tindak Pidana Penganiayaan Berat
Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 354 KUHP. Perbuatan berat atau dapat disebut juga menjadikan berat pada tubuh orang lain.
Haruslah dilakukan dengan sengaja oleh orang yang menganiayanya.
5. Tindak Pidana Penganiayaan Berat Berencana
Tindak Pidana ini diatur oleh Pasal 355 KUHP, kejahatan ini merupakan gabungan antara penganiayaan berat Pasal 353 ayat 1 dan penganiayaan
berencana Pasal 353 ayat 2. Kedua bentuk penganiayaan ini harus terjadi secara
Universitas Sumatera Utara
serentakbersama. Oleh karena itu harus terpenuhi unsur penganiayaan berat maupun unsur penganiayaan berencana. Kematian dalam penganiayaan berat
berat berencana bukanlah menjadi tujuan. Dalam hal akibat, kesenganjaannya ditujukan pada akibat luka beratnya saja dan tidak pada kematian korban. Sebab,
jika kesenganjaan terhadap matinya korban, maka disebut pembunuhan berencana.
7. Tindak Pidana Penganiayaan terhadap Anak Menurut Undang – Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Dalam Undang – Undang Perlindungan Anak tidak disebutkan secara jelas pengertian dari kekerasan terhadap anak atau penganiayaan terhadap anak. Dalam
Pasal 13 disebutkan : 1
Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan
dari perlakuan : a.
Diskriminasi b.
Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual c.
Penelantaran d.
Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan e.
Ketidakadilan, dan f.
Perlakuan salah lainnya Dari pasal diatas dapat penulis simpulkan bahwa bentuk kekerasan terhadap anak
meliputi diskriminasi, eksploitasi, penelantaran, kekejaman, kekerasan, termasuk
Universitas Sumatera Utara
penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah lainnya.
8. Pengertian Anak