15
D. Analisis Hasil Penelitian
Secara umum seperti telah disebutkan di atas, prinsip-prinsip manajemen meliputi perencanaan planing, pengorganisasian organizing, penyusunan
personalia staffing, pengarahan dan kepemimpinan leading, dan pengawasan controlling. Prinsip-prinsip manajemen d iatas secara terintegrasi dalam
pelayanan bimbingan dan konseling akan berkenaan dengan bagaimana secara umum pelayanan bimbingan dan konseling itu dikelola.
Pertama, perencanaan planing. Perencanaan dalam bimbingan dan konselnng akan sangat menentukan proses dan hasil pelayanan bimbingan dan
konseling itu sendiri. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai suatu proses kegiatan, membutuhkan perencanaan yang matang dan sistematis dimulai dari
penyusunan program hinngga pelaksanaannya. Agar pelayanan bimbingan dan konseling memperoleh hasil sesuai tujuan yang telah dirumuskan, maka harus
dilakukan perencanaan. Di MI Negeri Jetis fungsi ini dilaksanakan oleh koordinator BK dan dibantu oleh wali kelas.
Kedua, pengorganisasian organizing. Pengorganisasian dalam pelayanan bimbingan dan konseling berkenaan dengan bagaimana pelayanan bimbinngan
dan konseling dikelola dan diorganisasi. Pengelolaan dan pengorganisasian pelayanan bimbingan dan konseling berkaitan dengan model atau pola yang
dianut oleh suatu sekolah dan madrsah. Apabila di sekolah dan di madrasah yang bersangkutan memiliki banyak tenaga bimbingan, maka harus disusun organisasi
pelayanan BK tersendiri yang terdiri atas koordinator, anggota, dan staf administrasi palayanan BK, fungsi ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan
koordinator layanan BK apabila sekolah dan madrasah memiliki banyak petugas bimbingan. Namun, yang terdapat di MIN Jetis hanya ada 1 satu Guru BK dan
menangani lebih dari 1000 siswa sehingga pengorganisasian dalam pelayanan bimbingan dan konseling masih kurang maksimal.
Ketiga, penyusunan personalia stafing. Prinsip ini dalam pelayanan bimbingan dan konsling berkenaan dengan bagaimana para personalia atau
orang-orang yang terlibat dalam aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling ditetapkan, disusun dan diadakan pembagian tugas job discription sebagaimana
16
telah disebutkan dalam penyusunan program BK di atas. Guru BK akan memerlukan orang lain dalam memberikan pelayanan BK. Dengan kata lain,
pelayanan BK disekolah dan di madrasah melibatkan banyak orang. Untuk itu harus disusun para personalia atau oarng-orang yang terlibat dalam layanan agar
pelaksanaanya afektif dan efisien pula. Namun pembagian tugas pelayanan antara wali kelas dengan guru BK masih kurang terkoordinasi. Hal ini terlihat
ketika ada siswa bermasalah secara bersamaan, tidak cepat langsung ditangani, Karena hanya 1 satu orang guru BK dan lokasi yang terpisah kelas 1, 2, dan 6 di
Jl. Brigen Katamso sedang kelas 3, 4, dan 5 berada di Jl. Diponegoro, Joho. Keempat, pengarahan dan kepemimpinan leading. Prinsip ini berkenaan
dengan bagaimana mengarahkan dan memimpin para personalia layanan bimbingan dan konseling, sehingga mereka bekerja sesuai dengan job atau
bidang tugasnya masing-masing. Pengarahan dan kepemimpinan diperlukan agar aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling terarah pada pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Fungsi ini dilaksanakan oleh kepala madrasah karena hanya memiliki satu orang guru BK.
Kelima, pengawasan controling. dalam pelayanan konseling berkenaan dengan bagaimana melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kegiatan
bimbingan dan konseling mulai dari penyusunan rencana program hingga pelaksanaannya. Pengawasan penting dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling agar tidak dapat terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya. Iimplementasi program dalam bentuk aktivitas-aktivitas layanan
BK pu perlu pengawasan dan penilaian atau evaluasi agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaanya dan dapat diketahui
pencapaian hasil-hasilnya. Fungsi ini dilaksanakan oleh kepala madrasah dan belum maksimal Karena kesibukan aktifitas kepala madrasah.
Untuk itu diperlukan penambahan personalia guru BK di MI negeri Jetis agar fungsi layanan Bimbingan dan Konseling di MI Negeri Jetis bisa lebih
terkoordinasi dengan lebih baik lagi
17
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh butir-butir kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian subjek penelitian pada awalnya sebelum ada program
Bimbingan dan Konseling Islami belum mampu mengelola emosi yang dialami untuk bertindak secara tepat dan positif pada saat
mengalami kondisi emosi negatif. Setelah adanya program Bimbingan dan Konseling Islami sebagian besar subjek mampu mengelola emosi
yang dialami untuk bertindak secara tepat dan positif pada saat mengalami kondisi emosi negative. Dengan adanya bimbingan subyek
emiliki ketrampilan khusus untuk bertindak secara positif sehingga tindakan tersebut tidak menimbulkan permasalahan baru dari solusi
yang dipilih. 2.
Implementasi bimbingan konseling Islami untuk menigkatkan kecerdasan emosional bagi para peserta didik di MI Negeri Jetis,
menyangkut aspek yang berkaitan dengan interaksi dalam hubungan sesama teman dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Di
samping itu, Terdapat empat jenis layanan bimbingan dan konseling Islami yang dirancang dalam penelitian ini, yaitu layanan dasar,
layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan dukungan system. Dimana layanan tersebut tergabung dalam program layanan
bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik MI Negeri Jetis, Sukoharjo.
3. Efektivitas penerapan program Bimbingan dan Konseling Islami di MI
Negeri Jetis mempunyai implikasi pada manajemen di Madrasah yang mencakup:
kebijakan madrasah,
peran Kepala
Madrasah, Profesionalitas guru kelas dan guru bidang studi, pendayagunaan
17