Instrumen Penelitian METODOLOGI PENELITIAN

13 Saat mengahadapi kasus yang berkaitan dengan emosi peserta didik seperti pertengkaran atau masalah yang membuat hati yang tidak baik dan peserta didik saat belajar di sekolah, guru BK dapat mengarahkan secara individual mengenai pentingnya mengendalikan diri saat konflik berlangsung. Bimbingan keseluruhan yang diberikan guru BK berupa tindakan umum seperti memisahkan dan menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin dan diakhiri dengan saling memaafkan antar peserta didik yang mengalami tindakan yang tidak wajar dari perasaan negatif tersebut. Kemudian Guru BK mengarahkan kepada siswa akan pelajaran positif dari konflik yang dialami peserta didik supaya dapat merubah tindakan yang tidak wajar. Layanan responsif dari guru BK ini mengacu pada tindakan tepat dalam mengatasi masalah siswa. Hal ini sesuai dengan arahan bimbingan seperti Sunnah Rosulullah saw saat merasakan amarah dengan rangkaian dari posisi berdiri ke posisi duduk, lalu berwudlu, mengaji, dzikir, atau pun sholat. Hal ini dilakukan tidak hanya berupa ceramah umum tetapi benar-benar dilakukan saat terjadi konflik emosi antar peserta didik.

C. Pembahasan

Subjek penelitian dalam penelitian ini memiliki tingkat kesadaran diri yang sangat baik, terlihat dalam kemampuan dalam mengungkapkan jenis emosi pada saat terjadi konflik antar subjek. Subjek mampu menyebutkan jenis emosi dan menyadari tindakan-tindakan yang dilakukan atas unsure emosi yang dirasakan berkembang dengan baik. Hal ini sesuai dengan beberapa teori mengenai rangkaian kerja sebuah tindakan yang dikelola oleh otak. Otak berpikir tumbuh dari wilayah otak emosional mengungkapkan banyak hal tentang hubungan antar pikiran dan perasaan Baharudin, 1999 :53-61. Seperti yang diungkapkan juga oleh Goleman 2008 : 416-417, bahwa dalam menanggapi suatu peristiwa hal pertama yang berfungsi adalah kondisi emosi lalu kemudian berpikir menggunakan otak 14 intelektual. Apabila kondisi emosinya terganggu, maka kemampuan untuk berpikir menggunakan kemampuan intelektual pun terlambat. Subjek penelitian mampu menyebutkan perasaan mereka, dengan tegas dan mengungkapkan faktor utama dari penyebab perasaan itu timbul. Hal ini sejalan dengan definisi kecerdasan emosional dari Cooper dan Awaf Helma, 2001 :42 yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif melakukan tindakan atas emosinya tersebut. Mencermati karekteristik bimbingan dan konseling Islami di MI Negeri Jetis, Sukoharjo, tergambar bahwa intervensi layanan bimbingan di MI Negeri Jetis lebih banyak dilakukan melalui orang-orang yang berarti dalam kehidupan anak seperti orang tua dan guru dalam Dikmeyer dan Caldwell, 1970 : 4-5. Kerjasama guru dengan orang tua akan berpengaruh terhadap keberhasilan anak. Oleh karena itu guru Bimbingan dan Konseling di SDMI memiliki peran strategis dalam pemberian kegiatan bimbingan yang mengarahkan peserta didiknya untuk dapat memiliki kecerdasan emosi yang baik. Dalam kegiatan yang dapat menunjang kecerdasan emosi ini, fokus bimbingan di SDMI lebih menekankan kepada pengembangan pemahaman diri, pemecahan masalah, dan kemampuan berhubungan secara efektif dengan orang lain. Yaitu peserta didik mampu mengelola emosi dengan baik saat mengalami kondisi negatif, peserta didik mampu memahami perasaan orang lain saat mengeksprsikan emosi yang dirasakan, serta peserta didk pun mampu untuk membina kembali hubungan bersama teman sebaya sesudah mengalami kondisi emosi negatif tersebut. Efektivitas penerapan program Bimbingan dan Konseling Islami di MI Negeri Jetis mempunyai implikasi pada manajemen di Madrasah yang mencakup: kebijakan madrasah, peran Kepala Madrasah, Profesionalitas guru kelas dan guru bidang studi, pendayagunaan lingkungan dan sumber daya masyarakat, dan kesiapan siswa dalam belajar.