Latar Belakang Masalah Analisis Kehidupan Geisha Di Jepang Melalui Novel “Snow Contry (Yukiguni)” Karya Yasunari Kawabata Kawabata Yasunari No Shousetsu “Yukiguni” O Toujite Nihon No Geisha No Seikatsu No Bunkeshi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di dunia ini tidak ada negara yang tidak memiliki kebudayaan. Jepang adalah salah satu negara di dunia yang mempunyai beragam jenis kebudayaan. Banyak hal yang dapat dilihat dalam kebudayaan, khususnya dalam bidang seni, dimana seni itu meliputi berbagai bidang, contohnya seni sastra, seni tari, seni musik, festival, dan yang lainnya. Seni merupakan tiruan dari suatu kenyataan hidup, dimana cerita diambil dari kehidupan masyarakat itu sendiri. Misalnya dalam seni tari, musik dan sastra dapat ditemukan cerita yang mengambil kisah dari kehidupan masyarakat sekitarnya. Hubungan antara seni dan kenyataan bukanlah hubungan yang searah atau sederhana. Hubungan itu merupakan interaksi yang kompleks dan tidak langsung. Ditentukan oleh konvensi bahasa, konvensi sosio budaya, dan konvensi sastra. Teeuw, 1984: 224-229. Sastra adalah karya seni, sama seperti seni suara, seni lukis, seni pahat, dan lain- lain Aminuddin, 2000:39. Menurut Zainuddin 1992 : 99, bahwa sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, standar kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik. Dapat diartikan bahwa sastra adalah semacam penggunaan bahasa dimana bahasa khas ini tidak dapat dipahami dengan sebaik- baiknya tanpa pengertian konsepsi bahasa yang tepat. Sastra menjadi urusan si pembaca secara individualis, dinikmati dan dinilai sendiri oleh si pembaca. Universitas Sumatera Utara Sastra dan kehidupan masyarakat memiliki kaitan yang sangat erat, artinya bahwa sastra merupakan tulisan yang memakai bahasa tersendiri dengan bahasa yang ekspresif, dengan isi lingkup kehidupan manusia. Bila isinya berupa konsentrasi kehidupan pada suatu saat dalam krisisnya yang menentukan, maka tulisan itu dinamai novel. Dari sini nyatalah eratnya sastra dengan kehidupan manusia, yaitu pengalaman-pengalaman hidupnya Mudji Sutrisno, 2006: 164 Dalam penelitian ini yang dibahas adalah salah satu karya sastra, yaitu novel. Pengertian novel dalam pandangan H.B. Jassin 1997:64 menyebutkan bahwa novel sebagai karangan prosa yang berifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang. Novel merupakan suatu bentuk kebudayaan yang dibuat dalam bentuk karya sastra. Di dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kebudayaan yang memiliki nilai yang sangat tinggi. Artinya, sebuah karya sastra dapat mengungkapkan suatu kebudayaan dengan cara mneginterpretasikan makna yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Begitu juga halnya dengan novel. Novel adalah salah satu karya sastra yang dapat mengungkapkan nilai-nilai kebudayaan. Banyak karya-karya sastra yang mengungkapkan perasaan masyarakat. Hubungan sastra dengan masyarakat lebih bersifat deskriptif, simbolik, dan bermakna. Adapun judul penelitian ini adalah Analisis Kehidupan Geisha di Jepang Melalui Novel “Snow Country Yukiguni ” Karya Yasunari Kawabata. Novel ini adalah salah satu novel terjemahan yang sangat menarik dan luar biasa. Terdiri dari 190 halaman dalam Bahasa Indonesia. Pengarangnya merupakan salah satu sastrawan terkenal dari Jepang peraih nobel sastra. Universitas Sumatera Utara Dalam novel ini dikisahkan mengenai hubungan cinta terlarang antara seorang geisha bernama Komako dan seorang pria yang sudah berkeluarga bernama Shimamura, dimana pria ini kerap berkunjung ke daerah salju untuk menenangkan diri dari kehidupan perkotaan. Pada awalnya hubungan mereka hanya sebatas pertemanan, namun Komako yang selama ini merasa kesepian merasa bahwa kedatangan Shimamura bagaikan angin penyejuk dalam kehidupannya. Ketulusan dan kebaikan hati Shimamura membuat Komako jatuh cinta kepadanya. Namun Komako kerap menyangkal perasaanya karena ketakutan akan berbagai hal yang sebenarnya hanya ada dalam pikirannya saja. Walaupun pada akhirnya Komako mau mengakui perasaanya, namun hal tersebut terbentur dengan kenyataan bahwa Komako dan Shimamura tidak mungkin bersatu. Komako yang polos, lugu, dan suka berterus terang mengalami kesulitan dalam mengatasi perasaanya sendiri. Setiap saat ia harus bertarung dalam hatinya untuk memilih mendahulukan keinginan nalurinya atau mempertahankan akal sehat. Disini digambarkan sebuah cerita yang mengandung unsur pengungkapan cinta dengan mengambil latar belakang cerita yang menarik dengan menggunakan alur maju mundur sehingga para pembaca seolah-olah ikut terlibat di dalamnya. Dalam novel ini yang menjadi sasaran utama yang dibahas adalah seorang geisha bernama Komako. Perlu diketahui bahwa yang menjadi kunci sukses seorang geisha adalah seni. Sehingga seorang geisha menganggap dirinya sebagai seniman sejati. Berbicara mengenai hal tersebut perlu diketahui bahwa kata geisha berasal dari dua kata, yaitu: gei yang berarti seni dan sha yang berarti pribadi. Maka dapat dikatakan bahwa geisha itu adalah seseorang yang mempunyai pribadi atau berjiwa seni yang digunakan untuk menghibur, terutama kaum pria. Di dalamnya terkandung Universitas Sumatera Utara seni musik, tari, dan puisi, dimana puisi diutarakan dengan nyanyian yang diiringi dengan musik dan tarian. Dalam masyarakat Jepang geisha merupakan salah satu kelas paling bawah yang tidak mungkin sama dengan kelas atas. Dalam novel ini dapat dilihat bagaimana kehidupan geisha di jepang melalui tokoh seorang geisha bernama Komako. Seorang geisha harus bisa menghibur para tamu yang menyewanya secra professional, khususnya yang berkaitan dengan seni tradisional Jepang. Para geisha dituntut harus bisa menari tarian tradisonal, merangkai bunga, mengenakan kimono, makeup tebal, dan dandanan rambut yang rumit, menuang sake dengan cara sesensual mungkin, mengerti tata cara seremonial minum teh secara formal, serta melayani tamu dengan cara-cara yang sangat sopan dan beretiket, bahkan bersaing dengan sesama geisha memperebutkan pria-pria dan kekayaan mereka. Seorang geisha mempunyai tarif yang mahal dengan hitungan per satu jam atau per dua jam. Kesemuanya itu merupakan tuntutan yang harus dipenuhi jika ingin menjadi seorang geisha yang sukses. Di dalam novel dapat terlihat bahwa seorang geisha tidak harus di bayar dalam jumlah tarif yang mahal atau dalam bentuk uang. Seorang geisha bernama Komako ini tidak menuntut bayaran yang mahal terhadap seorang pelanggannya yang bernama Shimamura. Tetapi Komako sudah merasa cukup atas kedekatan, kenyamanan, dan cinta dari Shimamura, walaupun pada akhirnya keduanya tidak berhasil menemukan pembenaran atas cinta mereka karena sudah menyerah dan menyadari bahwa cinta mereka sudah gagal sejak pertama kali bertemu, dimana keduanya sudah mempunyai ikatan hidup masing-masing dengan orang lain. Di lain hal, dalam novel ini juga terdapat hal-hal yang berkaitan dengan Universitas Sumatera Utara budaya berupa seni dan sastra yang ada di masyarakat Jepang yang unik dan menarik untuk dibahas. Oleh karena itu ada rasa ketertarikan dan ingin tahu mengenai seni- seni dan budaya di Jepang guna menambah wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat serta dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan. Untuk menganalisis hal tersebut, penulis menggunakan pendekatan sosiologis sastra dan historis pengarang dalam memperbincangkan hubungan kehidupan sosial terutama kehidupan geisha dalam novel ini.

1.2 Perumusan Masalah