2. Jenis alat pengangkutan yaitu bus, kereta api, kapal laut, pesawat udara.
Tiap jenis alat pengangkutan mempunyai pelayanan dan kenikmatan yang berbeda sehingga berbeda pula tariff yang ditetapkan.
3. Jarak pengangkutan yaitu jarak jauh atau jarak dekat. Jarak jauh memakan
biaya pengangkutan lebih banyak dibandingkan jarak dekat. 4.
Waktu pengangkutan yaitu cepat atau lambat. Pengangkutan yang cepat ekspress kilat lebih besar biayanya dibandingkan dengan pengangkutan
biasa lansam. 5.
Sifat muatan yaitu berbahaya, mudah rusak, mudah busuk, mudah pecah. Sifat ini mempunyai kemungkinan timbul kerugian yang lebih besar jika
dibandingkan dengan muatan yang mempunyai sifat tidak berbahaya.
27
C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pengangkutan udara.
Subjek hukum merupakan orang atau badan yang dikenakan hak dan kewajiban. Seperti yang telah diketahui subjek hukum pengangkutan adalah pihak
yang secara langsung terikat dalam perjanjian dan pihak yang tidak secara langsung terikat di dalam perjanjian
Kewajiban Pengangkut adalah mengangkut barang dengan selamat atau mengantarkan penumpang dengan selamat sampai ke tempat tujuan. sedangkan
hak pengangkut adalah mendapatkan upah atau ongkos dari penumpang atau pengirim barang.
Kewajiban penumpang adalah membayar upah atau ongkos kirim kepada pengangkut sedangkan haknya diangkut dari satu tempat ke tempat tertentu
27
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut Dan Udara, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hal 69.
Universitas Sumatera Utara
dengan selamat. Manfaat terjadinya pengangkutan ini yaitu meningkatkan nilai dan daya guna dari orang atau barang yang diangkut.
Pasal 140 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 diatur kewajiban badan usaha angkutan udara niaga untuk mengangkut
penumpang. menurut pasal tersebut badan usaha angkutan udara niaga wajib mengangkut orang danatau kargo, dan pos setelah disepakatinya perjanjian
angkutan, disamping itu badan usaha angkutan udara niaga wajib memberikan pelayanan yang layak terhadap setiap pengguna jasa angkutan udara sesuai
dengan perjanjian angkutan udara yang disepakati. Perjanjian angkutan tersebut dibuktikan dengan tiket penumpang dan
dokumen muatan. Dalam penjelasannya kewajiban angkut badan usaha angkutan udara niaga tidak membedakan perlakuan terhadap pengguna jasa angkutan
sepanjang yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan perjanjian angkutan yang disepakati.
28
Penyandang cacat dan orang sakit berhak memperoleh pelayanan berupa perlakuan khusus agar mereka dapat menikmati pelayanan angkutan udara dengan
baik dalam pelayanan jasa angkutan udara. Yang tergolong orang cacat dalam ketentuan tersebut misalnya penumpang yang menggunakan kursi roda karena
lumpuh, cacat kaki, tuna netra, dan sebagainya sedangkan pengertian orang sakit dalam ketentuan ini adalah orang yang menderita penyakit menular sesuai dengan
peraturan perundang – undangan yang berlaku.
29
28
E.Suherman, Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Udara Indonesia”, N.V.Eresco I,Bandung 1962. hal 68.
29
Ibid. hal 72.
Universitas Sumatera Utara
Tarif adalah harga atau pungutan yang harus dibayar untuk pengangkutan penumpang, bagasi atau kargo termasuk biaya agen, komisi dan biaya – biaya
lainnya.
30
Menurut Pasal 126 ayat 1 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, tarif angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri terdiri atas tarif
angkutan penumpang dan tarif angkutan kargo selanjutnya ayat 2 menyatakan tarif angkutan penumpang terdiri atas golongan tarif pelayanan ekonomi dan
nonekonomi. Sebagaimana disebutkan diatas kebijakan pemerintah sesuai dengan Undang – Undang No 1 Tahun 2009 Tentang Penerbang, tarif penumpang
angkutan adalah neo-liberal, yang merupakan gabungan konsep sosialis dengan konsep liberal, karena itu pemerintah campur tangan terhadap tarif khususnya tarif
penumpang angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri kelas ekonomi, sedangkan tarif kelas nonekonomi diserahkan kepada hukum pasar supply
demand tanpa campur tangan pemerintah. Bagi perusahaan penerbangan tarif merupakan kewajiban yang harus
dibayarkan oleh penumpang sehingga penumpang mendapatkan haknya untuk diangkut ke tempat tujuan oleh pengangkut. Undang – Undang Nomor 1 Tahun
2009 Tentang Penerbangan, Tarif angkutan udara niaga berjadwal scheduled airlines dalam negeri diatur dalam pasal 126 sampai dengan pasal 130.
31
Tarif jasa maksimum menurut Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 pada rute tertentu dalam negeri atas pelayanan angkutan penumpang tertentu
dalam negeri atas pelayanan angkutan penumpang kelas ekonomi ditetapkan setelah berkonsultasi dengan asosiasi perusahaan penerbangan nasional dengan
30
K. Martono, Amad sudiro, Hukum Angkutan Udara. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2011. hal 24
31
Ibid. hal 27.
Universitas Sumatera Utara
mempertimbangkan masukan dari asosiasi pengguna jasa penerbangan dihitung berdasarkan komponen tarif jarak, pajak, iuran wajib asuransi, biaya
tuslahsurcharge.
32
Tarif pelayanan penumpang angkutan nonekonomi angkutan udara niaga berjadwal scheduled airlines dalam negeri dan angkutan kargo berjadwal dalam
negeri mengacu pada konsep liberal, karena itu pemerintah hanya menentukan prosentasi kapasitas tempat duduk kelas nonekonomi, sedangkan besaran tarif
ditentukan oleh perusahaan angkutan udara niaga yang bersangkutan berdasarkan mekanisme pasar supply and demand.
Menurut Pasal 130 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, mengenai tarif angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri kelas
ekonomi serta tata cara dan prosedur pengenaan sanksi administratif diatur dengan peraturan menteri perhubungan.
Menurut peraturan Menteri Perhubungan Nomor 26 tahun 2010, badan usaha angkutan udara niaga berjadwal wajib menetapkan besaran tarif normal,
namun demikian besaran tarif tersebut tidak boleh melebihi batas atas yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan.
33
Masalah yang penting pada penerbangan dan angkutan udara adalah tanggung jawab pengangkut atau operator pesawat udara untuk kerugian –
kerugian yang ditimbulakannya pada pemakai jasa angkutan udara dan pihak
D. Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Angkutan Udara.