Suhu Cahaya Derajat Keasaaman pH Nutrisi Fikoremediasi oleh

3. Fase Stasioner

Pada fase ini suplai cahaya untuk sel algae menjadi terbatas yang dikarenakan kepadatan kultur. Pada fase ini pembelahan sel mulai berkurang. Jumlah sel baru sama dengan jumlah sel yang mati sehingga pertumbuhan sel akan berlangsung secara konstan. Kurva pertumbuhan menunjukkan mendekati nilai limit, yaitu fase stasioner Fogg Thake, 1987; Black, 2008. Berdasarkan penelitian Zoechrova 2011, tidak ditemukan adanya stasioner pada kurva pertumbuhan N. commune. Hal ini dikarenakan, kemungkinan fase ini hanya terjadi selama beberapa jam pada hari ke-5 menuju hari ke- 6, sedangkan pengamatan yang dilakukan oleh Zoechrova adalah per 24 jam.

4. Fase Kematian

Fase ini merupakan berakhirnya fase stasioner, yaitu fase dimana pertumbuhan terhambat dan populasi sel berkurang. Terjadinya fase ini disebabkan oleh umur kultur yang sudah tua, suplai cahaya dan nutrien yang terbatas sehingga tidak mendukung terjadinya pembelahan sel. Pada fase ini laju kematian menjadi tinggi, jumlah sel akan berkurang secara logaritmik yang diindikasikan dengan garis lurus atau garis miring yang menurun dan populasi algae menjadi rusak secara sempurna Fogg Thake, 1987; Black, 2008. Berdasarkan penelitian Zoechrova 2011,

N. commune

mulai mengalami fase kematian pada hari ke 6. Fase kematian

N. commune

terus berlangsung hingga hari ke-9. Pertumbuhan algae dalam laboratorium sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, yaitu:

a. Suhu

Secara umum, algae dapat tumbuh pada kisaran suhu 16 – 17ºC. Namun demikian, sebagian besar kultur algae diletakkan pada temperatur konstan antara 20 – 25ºC. Hal ini dikarenakan kultur perpustakaan.uns.ac.id commit to user algae dapat tumbuh optimal dalam ruangan dengan temperatur yang konstan atau dengan variasi temperatur yang rendah Trainor, 1978. Menurut Whitton Potts 2000,

N. commune

dapat tumbuh dengan optimal pada suhu 25ºC.

b. Cahaya

Cahaya memiliki peran penting bagi pertumbuhan algae, sebab cahaya merupakan sumber energi bagi proses fotosintesis. Secara umum algae mampu tumbuh pada kisaran cahaya dengan intensitas 1.000 – 10.000 Lux. Namun demikian algae dapat tumbuh optimal dengan intensitas cahaya 2.500 – 5.000 Lux. Cahaya buatan yang biasa digunakan di laboratorium ialah cahaya fluorescent dari lampu pijar. Lampu ini akan menyediakan cahaya dengan kekuatan 4000 - 6000 Lux Zoechrova, 2011.

c. Derajat Keasaaman pH

Setiap mikroorganisme memiliki pH optimum untuk dapat tumbuh dengan optimal. Sebagian besar algae hanya dapat tumbuh optimal pada kondisi lingkungan yang netral, yaitu dg pH berkisar antara 6 – 7 dan tidak dapat hidup pada pH yang lebih rendah, bahkan hanya 1 unit dari pH optimumnya.

N. commune

dapat tumbuh optimal pada kisaran pH 6 – 7 dan tidak dapat tumbuh pada kondisi pH Asam di bawah pH 4 Whitton Potts, 2000; Black, 2008.

d. Nutrisi

Pertumbuhan suatu organisme sangat dipengaruhi oleh nutrisi. Oleh karena itu kultur algae harus diperkaya dengan nutrien untuk melengkapi kekurangan nutrisi dalam medium kultur Black, 2008; Zoechrova, 2011. e. Mixing Mixing diperlukan untuk mencegah sedimentasi sel algae, menjamin pemerataan cahaya, pemerataan nutrien, dan meningkatkan commit to user pertukaran gas antara medium kultur dan udara Zoechrova, 2011; Ariono, 1996.

b. Fikoremediasi oleh

Nostoc commune Vaucher ex Bornet Flahault 1 Mekanisme Adsorbsi Adsorbsi merupakan suatu proses penyerapan zat tertentu oleh suatu padatan yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat tersebut Atkins, 1999. Ikatan yang bertanggung jawab dalam adsorbsi adalah gaya tarik V an Der Waals , pembentukan ikatan nitrogen, pertukaran ion dan pembentukan ikatan kovalen Apriliani 2010. Adsorbsi dapat terjadi pada antarfasa, padat-cair, padat-gas atau gas-cair. Molekul yang terikat pada bagian permukaan di sebut adsorbat, sedangkan permukaan yang menyerap molekul-molekul adsorbat disebut adsorben. Menurut Apriliani 2010 berdasarkan besarnya interaksi antara adsorben dan adsorbat, adsorbsi dibedakan menjadi 2 macam, yaitu adsorbsi fisika dan kimia. a Adsorbsi Fisika Dalam adsorbsi fisika, molekul-molekul teradsorbsi pada permukaan adsorben dengan ikatan yang lemah. Adsorbsi ini terjadi karena adanya gaya tarik menarik yang lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben, gaya ini disebut gaya Van Der Waals . Akibatnya adsorbat dapat bergerak dari satu bagian permukaan ke bagian permukan lain dari adsorben. Adsorbsi ini berlangsung secara cepat, dapat membentuk banyak lapisan dan bersifat balik reversible . Oleh karena itu molekul-molekul yang teradsorbsi mudah dilepaskan kembali. b Adsorbsi Kimia Pada adsorbsi kimia, molekul-molekul yang teradsorbsi pada permukaan adsorben bereaksi secara kimia, karena adanya reaksi antara molekul-molekul adsorbat dengan adsorben dimana terbentuk perpustakaan.uns.ac.id commit to user ikatan kovalen dengan ion sehingga terjadi pemutusan dan pembentukan ikatan. Adsorbsi ini bersifat tidak balik irreversible dan hanya membetuk lapisan tunggal. Proses adsorbsi melalui pertukaran ion dan komplekasi hanya berlangsung pada lapisan permukaan sel yang mempunyai situs-situs yang bermuatan berlawanan dengan muatan ion logam sehingga interaksinya merupakan reaksi pasif dan relatif cepat. Molekul adsorbat secara kimiawi dianggap mempunyai situs aktif yang mampu berinteraksi dengan logam permukan sel seperti fosfat, karboksil, amina dan amida. Proses adsorbsi melalui pertukaran ion ini dipengaruhi oleh banyaknya proton dalam larutan yang berkompetisi dengan ion logam pada permukaan adsorben. Pada pH rendah kemelimpahan proton melimpah, sehinga peluang terjadinya pengikatan logam relatif kecil Apriliani, 2010. 2 Mekanisme Fikoremediasi Fikoremediasi adalah upaya pembersihan lingkungan dari bahan- bahan pencemar dengan menggunakan agen biologi berupa algae, baik mikroalgae maupun makroalgae sebagai adsorben. Algae yang berperan sebagai adsorben dapat disebut sebagai fikoremediator. Menurut Apriliani 2010, pembersihan bahan pencemar dari lingkungan oleh fikoremediator dapat terjadi melalui 2 cara, yaitu pengikatan aktif dan pengikatan pasif. Pengikatan aktif melibatkan reaksi metabolisme yang hanya terjadi pada fikoremediator dalam keadaan hidup algae segar, sedangkan pengikatan pasif tidak melibatkan reaksi metabolisme yang terjadi pada penggunaan fikoremediator yang telah mati algae kering. Metode ini dilakukan dengan menggunakan cara batch atau statis, sebab kultur yang paling umum yang digunakan untuk percobaan dengan algae adalah batch culture atau kultur statis. Metode ini tergolong mudah dan sederhana sehingga tidak membutuhkan biaya operasional yang tinggi. Penggunaan algae sebagai agen biologis yang mudah diperoleh perpustakaan.uns.ac.id commit to user serta metode batch sesuai dengan konsep fikoremediasi sebagai salah satu upaya penghilangan logam berat yang murah dan ramah lingkungan. Proses fikoremediasi ini dilakukan dengan memasukan algae kedalam suatu wadah berisi larutan dengan komponen logam berat yang diinginkan, kemudian diaduk dalam waktu tertentu, dan dipisahkan dengan cara penyaringan Apriliani, 2010. Mekanisme interaksi antara ion logam dan algae sangatlah kompleks, namun pemahaman mengenai proses ini belum banyak diketahui. Dinding sel algae mengandung berbagai gugus kation dan anion termasuk gugus hidroksil, sulfihidril, karboksil dan amino. Komponen dinding sel tersebut dan EPS Extracellular Polymere Substance menyediakan permukaan adsorpsi yang spesifik untuk ion logam yang ada dalam suatu larutan. Mekanisme ini melibatkan berbagai interaksi seperti adsorpsi fisik, kimiawi, ion-exchange, dan complexation Wong Tam, 1998; Crawford Crawford, 1996. Secara umum, proses pengambilan ion logam pada mikroalgae melewati dua tahap yaitu rapid stage dan slow stage . 1 R apid stage Pada rapid stage , ion logam diadsorbsi secara langsung oleh permukaan sel dan EPS Extracellular Polymere Substance melalu mekanisme passive uptake atau biosorbsi yang terjadi secara cepat. Proses ini bersifat bolak baik dan cepat serta dapat terjadi pada sel mati dan sel hidup dari suatu biomassa. Pada proses ini, ion logam berat mengikat dinding sel dengan dua cara yang berbeda, yaitu: a. Pertukaran ion monovalen dan divalen seperti Na, Mg, dan Ca pada dinding sel yang digantikan oleh ion-ion logam berat b. Formasi kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus fungsional seperti karbonil, karboksil, amino, sulfihidril, phospat, hidroksil dan fosfatyang berada pada dinding sel. Pada tahap ini ion logam menjadi terakumulasi pada permukaan sel mikroalgae. perpustakaan.uns.ac.id commit to user 2 Slow stage Slow stage merupakan tahap selanjutnya yang membutuhkan waktu yang lebih lama. Pada tahap ini, ion logam yang terakumulasi di permukaan sel ditranspor melalui membran sel menuju sitoplasma dengan mekanisme active uptake. Active uptake dapat terjadi pada berbagai sel hidup. Mekanisme ini secara simultan terjadi dalam proses konsumsi ion logam untuk pertumbuhan mikroorganisme Onrizal, 2005. Sebagai contoh yaitu logam kadmium Cd Staphylococcus aureus yang ikut masuk kedalam sitoplasma bersamaan dengan transport aktif logam Mg. Pada tahap ini ion logam menjadi terakumulasi di sitoplasma sebagai granula intraseluler. Bioakumulasi intraselular terjadi karena adanya makromolekul berupa peptida pengikat logam metal-binding peptida seperti metallothioneins MTs dan fitokhelatin . Peptida pengikat logam merupakan peptida yang memiliki banyak mengandung asam amino sistein dan memiliki berat molekul rendah. Akumulasi ion logam berat terjadi karena adanya sisi pengikat ion logam dengan afinitas yang tinggi high affinity binding sites , yaitu Thiol Sulfihidril, -SH. Prasetyawati, 2009; Chen Pan, 2005 Proses biosorpsi logam berat oleh algae dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti: pH media, konsentrasi logam berat, waktu kontak antara algae dengan logam, sifat ion logam yang digunakan, kehadiran ion logam lain, dan sistem biologis organisme yang digunakan serta lingkungan tempat berlangsungnya proses tersebut Pinaz Bonilla, 1991; Zoechrova, 2011. 3 Kapasitas dan Efisiensi Fikoremediasi Kemampuan remediasi merupakan sebuah parameter yang menunjukkan kerja sistem adsorbsi suatu adsorben dalam menyerap adsorbat. Kemampuan remediasi suatu adsorben dapat diketahui dengan pengukuran beberapa parameter, yaitu efisiensi remediasi dan kapasitas commit to user remediasi. Menurut Apriliani 2010, fikoremediator yang baik adalah adsorben yang memiliki kapasitas adsorbsi dan presentase penyerapan tertinggi. Presentase adsorbsi Efisiensi adsorbsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus: � = �1−�2 �1 × 100 ....................................1 Sedangkan kapasitas adsorbsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus: � = �1−�2 × � ..............................................2 Keterangan: Q = Kapasitas adsorbsi per bobot molekul mgg C1 = Konsentrasi awal larutan mgL C2 = Konsentrasi akhir larutan mgL m = Massa fikoremediator g V = Volume larutan L E = Efisiensi adsorbsi 4 Isoterm Adsorbsi Isoterm adsorbsi merupakan fungsi konsentrasi zat terlarut yang terserap pada padatan terhadap konsentrasi larutan. Persamaan yang digunakan untuk menjelaskan data percobaan isoterm dikaji oleh Freundlich, Langmuir, serta Brauner, Emmet dan Teller BET. Tipe isoterm adsorbsi untuk mempelajari mekanisme adsorbsi pada fase cair- padat pada umumnya menganut tipe isoterm Langmuir dan Freundlich Atkins, 1999. Isoterm adsorbsi Langmuir merupakan proses adsorbsi yang berlangsung secara kimisorpsi satu lapisan. Kimisorpsi adalah adsorbsi yang terjadi melalui ikatan kimia yang sangat kuat antara sisi aktif permukaan dengan sisi aktif molekul adsorbat dan dipengaruhi oleh densitas elektron. Adsorbsi terjadi karena ikatan kimia biasanya bersifat commit to user spesifik, sehingga permukaan adsorben mampu mengikat adsorbat dengan satu lapisan Apriliani, 2010. Menurut Atkins 1999, isoterm Langmuir dapat diperoleh dari persamaan: � = 1 ∝� + 1 ∝ � ..................................................3 dimana: xm = berat zat yang diadsorbsi mgg C = konsentrasi adsorbat dalam larutan mgL Model isoterm Langmuir mendefinisikan bahwa kapasitas maksimum terjadi akibat adanya lapisan tunggal monolayer adsorbat di permukaan adsorben, dengan asumsi bahwa semua memiliki energi yang sama dan adsorbsi bersifat dapat balik irreversible Atkins, 1999; Handayani Sulistiyono, 2009. Isoterm Freundlich menggambarkan antara sejumlah komponen yang teradsorbsi per unit adsorben dan konsentrasi komponen tersebut pada kesetimbangan. Isoterm Freundlich dapat diperoleh dari persamaan: log � = log � + 1 log � ...................................4 dimana: xm = berat zat yang diadsorbsi mgg C = konsentrasi adsorbat dalam larutan mgL k, n = tetapan Isoterm Freundlich menganggap bahwa semua sisi permukaan adsorben akan terjadi adsorbsi pada kondisi yang diberikan. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben memiliki permukaan heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi adsorbsi yang berbeda-beda Apriliani, 2010; Handayani Sulistiyono, 2009. perpustakaan.uns.ac.id commit to user

2. Logam Berat Kadmium Cd