Hasil Penelitian .1 Warung soto ayam “Cak Suep”
4.2.2 Hasil Penelitian 4.2.2.1 Warung soto ayam “Cak Suep”
Soto ayam “Cak Suep” adalah pedagang soto ayam Lamongan paling awal dan tertua yang berjualan di perumahan Delta Sari Indah. Pemilik soto ayam ini ialah
bapak Suep, seorang pria asal Lamongan Jawa Timur. Bapak Suep berjualan soto ayam di perumahan Delta Sari Indah sejak tahun 1989. Dinamakan soto ayam “Cak
Suep” karena nama pemilik soto ini adalah bapak Suep, dan orang-orang yang membeli soto di sini selalu memanggil bapak Suep dengan sebutan “Cak”, akhirnya
oleh bapak Suep warung soto ayam ini di beri nama “Cak Suep” karena beliau lebih dikenal dikalangan pelanggannya dengan sebutan “Cak Suep”.
Sebelum membuka usaha soto ayam sendiri bapak Suep adalah karyawan warung soto ayam milik kakaknya yang berjualan di daerah terminal Bratang. Belajar
dari pengalaman di warung soto ayam milik kakaknya inilah bapak Suep mulai menekuni dan belajar membuat soto ayam khas Lamongan. Di pilihnya membuka
warung soto ayam karena awalnya beliau adalah karyawan warung soto ayam dan hanya bisa membuat soto ayam, selain itu peran kakaknya yang sangat mendukung
bapak Suep untuk berjualan dan membuka usaha soto ayam sendiri sangat besar. Bapak Suep selalu di ajarkan oleh kakaknya cara membuat soto ayam dengan maksud
di kemudian hari bisa membuka usaha soto ayam sendiri. Setelah merasa mampu untuk membuat soto ayam sendiri bapak Suep
memberanikan diri untuk mencoba peruntungannya berjualan dan membuka soto ayam sendiri dengan modal ilmu membuat soto ayam dari kakaknya. Langkah awal yang
dilakukan bapak Suep adalah mencari lokasi yang tepat untuk berjualan soto ayamnya ini. Bapak Suep mendapat informasi dari kakaknya bahwa di daerah Waru ada sebuah
perumahan yang masih belum begitu ramai. Setelah melihat dan mengunjungi perumahan yang dimaksud kakaknya, bapak Suep berencana akan menjual dan
memasarkan soto ayam ini ke perumahan tersebut. Perumahan tersebut adalah perumahan Delta Sari Indah. Di pilihnya perumahan Delta Sari Indah oleh bapak Suep
karena menurut beliau perumahan ini masih belum begitu ramai pedagang yang berjualan, selain itu penghuni perumahan Delta Sari Indah mulai berkembang. Bapak
Suep membaca peluang usahanya di perumahan ini seperti kata beliau berikut ini, “Saya memilih perumahan ini karena berdasarkan hasil penelusuran saya ke dalam
perumahan ini belum ada pedagang yang berjualan di sini, maka dari itu saya memiliki keyakinan jika usaha soto ayam saya dipasarkan di sini akan laris karena belum ada
pesaing dari pedagang soto ayam lain”, begitulah menurut bapak Suep. Bapak Suep mengawali sebagai pengusaha soto ayamnya ini di Delta Sari Indah,
dengan berkeliling blok yang ada di perumahan tersebut. Tahun 1989 bapak Suep pertama kali berjualan soto ayamnya sendiri dengan cara berkeliling blok yang ada di
perumahan ini. Modal awal untuk berjualan soto ayam ini pada saat itu adalah Rp 75.000. Uang ini di dapat dari gaji yang di tabung selama bapak Suep menjadi
karyawan soto ayam milik kakaknya.Hambatan yang dihadapi bapak Suep selama menjalankan usaha soto ayamnya dengan berkeliling ini sangat banyak, mulai dari
tidak adanya peminat yang mau membeli soto ayamnya, kehujanan, dan juga kurangnya warga yang berada di luar rumah pada saat pagi hari.Walaupun dihadapi
banyak hambatan, bapak Suep tidak pernah merasa kecil hati karena adanya dukungan dari istri, kakak, dan juga ayahnya. Semua keluarga bapak Suep sangat mendukung
usaha yang dijalaninya tersebut. Seiring berjalannya waktu usaha soto ayam “Cak Suep” mulai mengalami banyak perubahan. Pada tahun 1995 bapak Suep sudah tidak
lagi mendorong gerobak sotonya melainkan dengan membuka warung soto ayam di salah satu sudut jalan perumahan Delta Sari Indah yang dianggapnya memiliki tempat
yang strategis. Hal ini dilakukan karena soto ayam “Cak Suep” mulai banyak diminati pelanggannya, dan menurut beliau agar mudah dicari, maka soto ayam “Cak Suep”
membuka warung soto ayam dan tidak berkeliling lagi. Selain itu pemilihan tempat untuk lokasi warung soto ayam “Cak Suep” ini mempertimbangkan letak yang tidak
jauh dengan tempat produksi soto ayam tersebut yang berjarak kurang lebih 1 km. Bapak Suep mendapatkan lokasi untuk membuka usaha soto ayamnya tersebut
dengan cara meminta ijin ke kepala RW setempat. Tiap bulannya bapak Suep harus membayar uang sewa tempat sebesar Rp 35.000 yang di bayarkan melalui bendahara
RW. Sebagai kompensasi dari uang sewa tersebut, selain mendapatkan tempat untuk berjualan, bapak Suep juga dapat memakai listrik yang ada di tempat usahanya
tersebut, dan juga fasilitas air yang dapat di ambil untuk keperluan mencuci mangkuk. Kebutuhan bapak Suep akan listrik di tempat usahanya tersebut tidak seberapa besar,
tetapi untuk kebutuhan air bersih sangat diperlukan karena air tersebut digunakan untuk mencuci gelas dan mangkuk yang sudah terpakai.
A. Strategi Produksi Produksi merupakan suatu proses kegiatan yang menambah nilai guna suatu
barang atau jasa. Suatu perusahaan atau usaha yang berkembang dalam bisnis mempunyai tujuan umum yaitu menciptakan produk dengan biaya efisien sesuai
dengan kebutuhan dan menjual dengan harga yang sesuai dengan daya beli konsumennya.
Proses produksi dalam membuat soto ayam dimulai dari menyiapkan bahan- bahan dan peralatan. Bahan untuk bumbu didapatkan dari membeli di pasar
Keputran, sedangkan untuk membeli ayam di dapatkan di pasar Wonokromo. Bahan baku didapatkan dari pasar Wonokromo dan Keputran dengan petimbangan lebih
murah dan selama ini bahan-bahan tersebut sangat mudah didapat. Bahan-bahan untuk membuat soto ayam antara lain, bawang merah, bawang putih, merica lada,
garam, penyedap masakan, kunyit, bawang pre, daun jeruk, gula, ayam, telur ayam, mie putih, kerupuk udang, gubis, jeruk, lombok, dan kemiri. Untuk membuat kuah
soto, cara mengolahnya yaitu menghaluskan bumbu untuk kuah soto dengan cara di uleg sampai halus di atas cobek. Bahan yang diuleg untuk membuat kuah soto antara
lain bawang merah, bawang putih, merica, penyedap masakan, kunyit, bawang pre, daun jeruk, dan gula secukupnya. Proses penghalusan memakan waktu kurang lebih
15-20 menit. Setelah bumbu tersebut halus, kemudian di tumis di atas wajan yang diberi minyak goreng sedikit. Selesai ditumis, barulah bumbu tersebut dicampurkan
atau dimasukkan ke dalam panci yang sudah terisi air yang mendidih kurang lebih 60 menit, lama waktu tergantung banyak tidaknya air yang ada dalam panci. Setelah
warna air berubah menguning, ayam dimasukkan ke dalam panci tersebut. Proses ini dilakukan selama kurang lebih 30 menit karena fungsi ayam di rebus dalam kuah
soto adalah untuk menguatkan rasa soto ayam tersebut. Setelah kuah soto ayam selesai dan telah menghabiskan waktu 30 menit, barulah ayam dalam rebusan kuah
soto tersebut diangkat untuk di goreng. Untuk menambah rasa kental kuah soto, setelah ayam diambil dari rebusan tersebut, kuah soto di tambahkan daun jeruk,
penyedap rasa, garam, dan sedikit gula. Ayam yang akan digoreng adalah ayam yang masih utuh 1 ekor, dan juga ayam tersebut sudah direndam dalam kuah soto selama
kurang lebih 30 menit. Waktu penggorengan ayam yang utuh 1 ekor tersebut memakan waktu sangat lama, karena menggunakan api yang relatif kecil. Waktu
yang diperlukan untuk menggoreng ayam yang utuh ini kurang lebih 2,5 jam, karena dalam proses penggorengan, ayam tersebut harus benar-benar matang sampai bagian
dalam ayam. Proses ini dilakukan agar ayam yang nantinya akan di sajikan kepada konsumen sudah matang sampai ke bagian dalamnya. Untuk membuat koya soto,
prosesnya sangatlah mudah, yaitu dengan menghancurkan kerupuk udang yang utuh hingga menjadi bubuk dan terasa halus. Menurut bapak Suep proses yang paling
susah adalah saat menggoreng ayam, seperti ungkapannya berikut ini, “Proses yang terasa berat dan susah adalah waktu penggorengan ayamnya itu, karena saya harus
benar-benar teliti dalam menggoreng, jika terlewat sedikit saja maka bagian luar ayam akan kering, dan jika terlalu cepat maka bagian dalam yang belum matang, hal
ini membutuhkan ketelatenan dari saya agar ayam tersebut matang luar dalam”, jelas bapak Suep.
Dalam memeperoleh bahan baku, bapak Suep harus tiap hari membeli bahan baku tersebut, karena tiap hari bahan baku untuk membuat soto ayamnya selalu
habis. Jadi jika di total dalam seminggu, maka bapak Suep harus membeli bahan baku di pasar Wonokromo dan Keputran selama 7 kali. Pembelian bahan baku
dilakukan bapak Suep pada malam hari, sekitar pukul 19.00 WIB. Untuk membeli ayam, bapak Suep membelinya di pasar Wonokromo. Hal ini dilakukan agar ayam
yang di dapat lebih murah, karena ayam yang dibeli bapak Suep di pasar wonokromo adalah ayam yang masih hidup. Menurut bapak Suep, jika memebeli ayam yang
sudah di potong, maka harga ayam tersebut lebih mahal dibanding dengan ayam yang di beli pada saat hidup lalu dipotong.”Saya lebih baik mondar-mandir tiap
malam ke pasar Wonokromo agar mendapat ayam yang masih hidup lalu dipotong agar mendapat ayam yang murah, karena menurut saya ayam yang sudah di potong
mempunyai harga yang lebih mahal daripada membeli ayam hidup lalu dipotong”, jelas bapak Suep. Warung soto ayam “Cak Suep” ini tiap harinya mampu
menghabiskan 6-8 ekor ayam, dan 7 kg beras dalam setiap kali berjualan. Ayam 1 ekor bisa menjadi 25 porsi soto ayam. Beras yang digunakan untuk soto ayam “Cak
Suep” ini adalah beras yang memiliki mutu biasa saja, karena menurut beliau jika memakai beras yang bagus rasa soto ayamnya seperti bubur soto. Menurutnya beras
yang memiliki kualitas bagus hasilnya akan lengket dan lebih padat, dan nasi yang padat tidak cocok untuk dijadikan nasi soto ayam. Jika memakai beras dengan
kualitas biasa hasilnya akan “kepyar”, dan nasi seperti inilah yang cocok digunakan untuk nasi soto ayam. Ayam yang di gunakan dalam pembuatan soto ayam ini adalah
ayam ras atau broiler yang masih segar karena ayam tersebut di olah setelah di potong tanpa tersimpan di dalam lemari es terlebih dahulu.Apabila dalam satu hari
ada ayam yang tersisa beberapa ekor, maka oleh bapak Suep ayam tersebut akan di simpan di dalam panci untuk di kukus. Setelah ayam dikukus maka ayam dibiarkan
di dalam panci tersebut sampai besok, untuk kemudian di jual bersama sotonya lagi. Dalam memasak soto ayam, bapak Suep tidak memiliki tehnik-tehnik tertentu
dalam mengolah bumbu-bumbunya, hanya saja dalam proses memasak ayam yang utuh inilah yang harus memiliki ketelatenan tersendiri. Biasanya dalam memasak
ayam yang masih utuh ini, bapak Suep membutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam. Seperti yang diungkapkan bapak Suep berikut ini,” saya tidak memiliki tehnik-tehnik
tertentu dalam memasak soto ini, dan mungkin rasanya tidak jauh beda dengan soto ayam lainnya, tetapi mungkin menurut saya ayam yang saya peroleh lebih segar dari
yang lain”jelas bapak Suep. B. Strategi Sumber Daya Manusia
Strategi sumber daya manusia berkaitan erat dengan tenaga kerja. Peran tenaga kerja sangat membantu kelangsungan dan kelancaran proses produksi suatu barang
atau jasa. Kegiatan perencanaan sumber daya manusia perlu dilakukan untuk menetapkan jumlah tenaga kerja yang akan dibutuhkan dalam proses produksi.
Bapak Suep selaku pemilik warung soto ayam mencari dan mendapatkan tenaga kerja atau karyawan dari tetangga sekitar dengan alasan, warga disekitarnya masih
banyak yang belum mendapatkan pekerjaan. Selain itu juga lebih mengerti dalam hal sikap dan kepribadiannya sehari-hari sehingga lebih mudah untuk dipantau.
Jumlah tenaga kerja yang ikut membantu berjumlah 2 orang. Ke dua orang tenaga kerja ini bekerja sesuai dengan banyakya pesanan, karena jika mendapatkan pesanan
yang banyak maka waktu kerja karyawan juga semakin lama. Untuk memasak soto ayam bapak Suep masih belum mempercayakan pada karyawannya, karena menurut
beliau karyawannya masih belum mengerti benar cara memasak soto ayam. Untuk memasak soto ayam, bapak Suep dibantu oleh istri.
Biaya yang dikeluarkan untuk memberi upah tenaga kerja dilakukan secara mingguan. Penghasilan rata-rata yang diterima tenaga kerja dalam 1 Minggu berkisar
antara Rp 45.000- Rp 60.000. Besar kecilnya penghasilan yang diterima oleh karyawan ditentukan dari banyaknya pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
kerja.”pembagian gaji didasarkan atas banyaknya tugas yang dilakukan oleh tenaga kerja, untuk bagian mengambil kuah soto rata-rata mendapatkan Rp 8.000 per
harinya untuk 1 kali angkut kuah soto, tetapi jika ada penambahan kuah soto maka sekali angkut akan mendapatkan penambahan Rp 4000 untuk sekali angkutya”, kata
bapak Supardi. Dalam hal pembagian tugas atau spesialisasi pekerjaan untuk tenaga kerja
berdasarkan tugas masing-masing. Apabila tugas sudah dilaksanakan maka tenaga kerja tinggal menunggu perintah dari pemilik soto ayam untuk melakukan tugas
yang lain. Untuk pembagian waktu kerja hanya dibagi 1 shift dengan jam kerja mulai pukul 05.00-11.00 WIB. Untuk mengatasi jika ada pesanan yang banyak, maka
dipersiapkan karyawan yang selalu siap dipanggil untuk membantu kelancaran operasional. Karyawan ini hanya membantu saat tertentu saja, misalnya jika sedang
ada pesanan untuk acara-acara tertentu dari pelanggan. Jika ada karyawan yang tidak jujur, maka masih diberikan kesempatan atau toleransi sebanyak 2 kali, jika melebihi
dari itu karyawan dikeluarkan. Bapak Suep tidak khawatir jika ada karyawan yang keluar karena beranggapan bahwa mudah untuk mendapatkan karyawan baru. Untuk
mendapatkan loyalitas dari karyawan, biasanya bapak Suep membawakan beberapa bungkus soto ayam untuk karyawan jika ada sisa soto tiap harinya.
C. Strategi Keuangan Langkah awal untuk mendirikan sebuah usaha diperlukan modal. Strategi
keuangan bertujuan pemanfaatan sumberdaya keuangan untuk mendukung strategi bisnis, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Salah satu fakor produksi selain
alam, tenaga kerja serta skill yang dibutuhkan untuk mengelola suatu usaha atau bisnis adalah modal. Modal mempunyai peranan yang penting dan selalu diperlukan
sebagai langkah awal untuk mendirikan sebuah usaha Dalam mengelola keuangan tidak menggunakan pembukuan secara modern,
setiap ada pembelian soto ayam masih dicatat secara manual. Jadi prosentase kenaikan dari tahun ke tahun tidak dapat diketahui secara pasti. Tugas bapak Suep
dalam mengelola keuangan dibantu oleh istrinya, “Dalam hal pengelolaan keuangan saya tidak pernah melakukan pembukuan, akan tetapi hanya berdasarkan feeling
saja”, tegas bapak Suep. Dalam hal permodalan mulai dari awal mendirikan usaha hingga saat ini masih menggunakan modal pribadi. “Dulu modal awalnya masih
sekitar Rp 75.000, dan digunakan untuk membeli bahan baku, alat seperti panci, wajan, mangkuk, dll, serta membetulkan gerobak soto ayam”. Jelas bapak Suep.
Gerobak soto ayam didapat dari milik kakaknya yang sudah tidak dipakai. Sebenarnya ada beberapa tawaran dari untuk memberikan tambahan modal dari
koperasi pelanggannya, akan tetapi dari pihak pemilik usaha timbul rasa kekhawatiran jika kredit yang diberikan tidak signifikan dengan perkembangan
usaha. “Kalau pinjaman itu saya takutnya tidak seimbang dengan perkembangan usaha, karena alat-alat yang digunakan juga tradisional”, kata bapak Suep.
Cara untuk memisahkan penghasilan untuk usaha dan pribadi yaitu seluruh penghasilan terlebih dahulu direalisaikan untuk keperluan usaha dan juga untuk
membayar tenaga kerja secara Mingguan, setelah itu sisanya ditabung untuk keperluan pribadi. Jadi tidak ada pembagian khusus untuk keperluan pribadi dan
untuk usaha. Rata-rata setiap hari mendapatkan penghasilan bersih sekitar Rp 150.000 - Rp 300.000. Dari laba yang diperoleh bapak Suep ini, tidak ada yang
dialokasikan untuk usaha lain, karena laba yag diperoleh sebagian besar digunakan untuk keperluan anak-anaknya yang sedang menempuh pendidikan di desanya
Lamongan. D. Strategi Pemasaran
Selain faktor produksi, keuangan, sumber daya manusia, pemasaran juga sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis. Keberhasilan suatu usaha dalam penjualan barang
sehingga dapat diterima dengan baik oleh konsumen di pasaran, didukung oleh strategi pemasaran yang tepat. Dengan diterimanya produk yang dihasilkan seorang
pengusaha, maka akan mudah bagi bisnisnya untuk menguasai pasar dan menjadi pemimpin dari produk lain yang sama jenisnya. Strategi dalam bidang pemasaran
yang dilakukan bapak Suep jika dilihat dari produk, harga, tempat, dan promosi adalah sebagai berikut :
1. Produk Usaha untuk menghadapi persaingan yang ada di pasar yaitu bapak Suep
membuat sedikit perbedaan pada produk soto ayamnya. Perbedaan itu terletak pada jumlah potongan ayam yang diberikan tiap porsi. Di warung soto ayam “Cak Suep”
ini, jumlah potongan ayamnya sangat banyak, selain itu jika ada pelanggan yang meminta tambahan tulang ayam tidak dikenakan tambahan biaya. Apabila pelanggan
meminta tambahan kaki ayam hanya satu buah tidak dikenakan biaya, tetapi jika meminta tambahan kaki ayam lebih dari satu buah, akan dikenakan tambahan biaya Rp
1000 saja. Untuk mengatasi masalah naik turunnya harga bahan baku, bapak Suep selalu
mengikuti perkembangan pasar. Jika menurut perkiraan harga bahan baku akan naik, maka strategi yang dilakukan untuk mengakalinya yaitu dengan memberi nasi dan
potongan ayam yang lebih sedikit dari biasanya. Hal ini dilakukan karena bapak Suep tidak mungkin menaikkan harga soto ayamnya karena menurut beliau harga per porsi
Rp 5000 sudah cukup untuk memutar kembali kegiatan usahanya. Bapak Suep berani mengambil resiko laba sedikit daripada mengorbankan harga soto ayam yang
menurutnya sudah cukup dengan harga Rp 5000. “Jika harga soto saya naikkan, maka pelanggan saya akan pergi karena sebenarnya disinilah letak keunggulan saya”, kata
bapak Suep.
Warung soto ayam “Cak Suep” ini tidak pernah melakukan promosi melalui media masa maupun elektronik. Akan teteapi langsung menawarkan produknya ke
konsumen dengan cara berharap pada pelanggan lama datang dengan membawa pelangan baru. Rata-rata pelanggan lama tersebut adalah pelanggan soto ayam yang
sudah mengenal betul rasa soto ayam “Cak Suep” sejak beliau masih berkeliling. Dari sinilah bapak Suep berharap ada pelanggan baru yang membeli sotonya, karena
terbukti walaupun tanpa promosi warung soto ayam “Cak Suep” selalu ramai dikunjungi pembeli.
Dalam hal pelayanan kepada pelanggan, bapak Suep selalu melayani pelanggannya dengan cepat, hal ini bertujuan agar orang yang membeli soto ayam di
tempatnya tidak kecewa karena terlalu lama menunggu. Bapak Suep sudah menyiapkan beberapa bungkus plastik yang sudah diisi potongan ayam serta
pelengkapnya untuk pelanggan yang membeli sotonya untuk di bawa pulang, sedangkan untuk pelanggan yang makan ditempat bapak Suep tidak menyiapkan
seperti pelanggan yang membeli untuk dibawa pulang karena untuk melayani pelanggan yang makan di tempat tidak membutuhkan waktu yang lama.
2. Harga Strategi penetapan harga oleh bapak Suep adalah dengan menjual soto ayam tiap
porsi seharga Rp 5000. Hal ini tergolong sangat murah untuk ukuran soto ayam, karena rata-rata soto ayam yang ada pada umumnya adalah Rp 7000-8000 tiap porsi.
Sengaja bapak Suep menjual soto ayamnya dengan harga Rp 5000 dimaksudkan agar orang-orang yang membeli soto ayamnya baik itu pelanggan lama atau pelanggan baru
tidak merasa berat membeli soto ayam dengan harga Rp 5000. Dari harga Rp 5000 tersebut bapak Suep sudah dapat menjalankan usaha soto ayamnya setiap hari,
walaupun harga bahan baku yang terkadang naik. Bapak Suep rela mendapat untung sedikit, karena menurut beliau yang terpeting harga jual soto ayamnya tidak naik.
3. Tempat Tempat usaha warung soto ayam “Cak Suep” ini tidak jauh dari tempat
tinggalnya yang sekaligus digunakan untuk tempat produksi. Hal ini dilakukan agar pendistribusian barang tidak jauh dari tempat usaha. Selain itu tempat yang digunakan
untuk berjualan tergolong strategis menurut bapak Suep, karena tempat tersebut tepat berada di jalan akses keluar masuk orang yang akan masuk ke desa Sawotratap dimana
desa tersebut adalah tempat terdekat untuk anak-anak perumahan Delta Sari Indah yang bersekolah tingkat SD. Kebanyakan anak-anak SD tersebut pulang dan pergi
dengan diantar orang tuanya, dan biasanya orang tua murid tersebut menyempatkan membeli soto ayamnya untuk makan sarapan pagi bagi keluarganya.
Dengan letak yang sangat strategis ini, warung soto ayam “Cak Suep” akan dikenal oleh orang yang bukan hanya dari lingkungan perumahan Delta Sari Indah
saja, melainkan orang dari tempat-tempat lain yang kebetulan lewat di jalan letak soto ayam “Cak Suep” ini berada.
4. Promosi Promosi di gunakan sebagai sarana informasi, memberitahukan kepada
masyarakat khususnya konsumen agar mengetahui keberadaan, kegunaan, cara kerja maupun tempat dimana produk tersebut dapat diperoleh dengan mudah. Strategi yang
digunakan oleh bapak Suep untuk memeperkenalkan dan memberitahukan produknya yaitu dengan cara mengandalkan pelanggan lama yang mengajak temannya atau
kerabatnya untuk makan soto ayam miliknya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bapak Suep selaku pemilik warung soto
ayam “Cak Suep” belum menggunakan media promosi untuk memperkenalkan produknya. Alasan tidak digunakannya media promosi tersebut adalah biaya yang
banyak, selain itu produk yang di jual masih sederhana dan tidak membutuhkan banyak biaya untuk pembuatannya.
4.3 Pembahasan 4.3.1 Strategi Produksi