Hasil Penelitian .1 Warung soto ayam “Cak Suep”

4.2.2 Hasil Penelitian 4.2.2.1 Warung soto ayam “Cak Suep” Soto ayam “Cak Suep” adalah pedagang soto ayam Lamongan paling awal dan tertua yang berjualan di perumahan Delta Sari Indah. Pemilik soto ayam ini ialah bapak Suep, seorang pria asal Lamongan Jawa Timur. Bapak Suep berjualan soto ayam di perumahan Delta Sari Indah sejak tahun 1989. Dinamakan soto ayam “Cak Suep” karena nama pemilik soto ini adalah bapak Suep, dan orang-orang yang membeli soto di sini selalu memanggil bapak Suep dengan sebutan “Cak”, akhirnya oleh bapak Suep warung soto ayam ini di beri nama “Cak Suep” karena beliau lebih dikenal dikalangan pelanggannya dengan sebutan “Cak Suep”. Sebelum membuka usaha soto ayam sendiri bapak Suep adalah karyawan warung soto ayam milik kakaknya yang berjualan di daerah terminal Bratang. Belajar dari pengalaman di warung soto ayam milik kakaknya inilah bapak Suep mulai menekuni dan belajar membuat soto ayam khas Lamongan. Di pilihnya membuka warung soto ayam karena awalnya beliau adalah karyawan warung soto ayam dan hanya bisa membuat soto ayam, selain itu peran kakaknya yang sangat mendukung bapak Suep untuk berjualan dan membuka usaha soto ayam sendiri sangat besar. Bapak Suep selalu di ajarkan oleh kakaknya cara membuat soto ayam dengan maksud di kemudian hari bisa membuka usaha soto ayam sendiri. Setelah merasa mampu untuk membuat soto ayam sendiri bapak Suep memberanikan diri untuk mencoba peruntungannya berjualan dan membuka soto ayam sendiri dengan modal ilmu membuat soto ayam dari kakaknya. Langkah awal yang dilakukan bapak Suep adalah mencari lokasi yang tepat untuk berjualan soto ayamnya ini. Bapak Suep mendapat informasi dari kakaknya bahwa di daerah Waru ada sebuah perumahan yang masih belum begitu ramai. Setelah melihat dan mengunjungi perumahan yang dimaksud kakaknya, bapak Suep berencana akan menjual dan memasarkan soto ayam ini ke perumahan tersebut. Perumahan tersebut adalah perumahan Delta Sari Indah. Di pilihnya perumahan Delta Sari Indah oleh bapak Suep karena menurut beliau perumahan ini masih belum begitu ramai pedagang yang berjualan, selain itu penghuni perumahan Delta Sari Indah mulai berkembang. Bapak Suep membaca peluang usahanya di perumahan ini seperti kata beliau berikut ini, “Saya memilih perumahan ini karena berdasarkan hasil penelusuran saya ke dalam perumahan ini belum ada pedagang yang berjualan di sini, maka dari itu saya memiliki keyakinan jika usaha soto ayam saya dipasarkan di sini akan laris karena belum ada pesaing dari pedagang soto ayam lain”, begitulah menurut bapak Suep. Bapak Suep mengawali sebagai pengusaha soto ayamnya ini di Delta Sari Indah, dengan berkeliling blok yang ada di perumahan tersebut. Tahun 1989 bapak Suep pertama kali berjualan soto ayamnya sendiri dengan cara berkeliling blok yang ada di perumahan ini. Modal awal untuk berjualan soto ayam ini pada saat itu adalah Rp 75.000. Uang ini di dapat dari gaji yang di tabung selama bapak Suep menjadi karyawan soto ayam milik kakaknya.Hambatan yang dihadapi bapak Suep selama menjalankan usaha soto ayamnya dengan berkeliling ini sangat banyak, mulai dari tidak adanya peminat yang mau membeli soto ayamnya, kehujanan, dan juga kurangnya warga yang berada di luar rumah pada saat pagi hari.Walaupun dihadapi banyak hambatan, bapak Suep tidak pernah merasa kecil hati karena adanya dukungan dari istri, kakak, dan juga ayahnya. Semua keluarga bapak Suep sangat mendukung usaha yang dijalaninya tersebut. Seiring berjalannya waktu usaha soto ayam “Cak Suep” mulai mengalami banyak perubahan. Pada tahun 1995 bapak Suep sudah tidak lagi mendorong gerobak sotonya melainkan dengan membuka warung soto ayam di salah satu sudut jalan perumahan Delta Sari Indah yang dianggapnya memiliki tempat yang strategis. Hal ini dilakukan karena soto ayam “Cak Suep” mulai banyak diminati pelanggannya, dan menurut beliau agar mudah dicari, maka soto ayam “Cak Suep” membuka warung soto ayam dan tidak berkeliling lagi. Selain itu pemilihan tempat untuk lokasi warung soto ayam “Cak Suep” ini mempertimbangkan letak yang tidak jauh dengan tempat produksi soto ayam tersebut yang berjarak kurang lebih 1 km. Bapak Suep mendapatkan lokasi untuk membuka usaha soto ayamnya tersebut dengan cara meminta ijin ke kepala RW setempat. Tiap bulannya bapak Suep harus membayar uang sewa tempat sebesar Rp 35.000 yang di bayarkan melalui bendahara RW. Sebagai kompensasi dari uang sewa tersebut, selain mendapatkan tempat untuk berjualan, bapak Suep juga dapat memakai listrik yang ada di tempat usahanya tersebut, dan juga fasilitas air yang dapat di ambil untuk keperluan mencuci mangkuk. Kebutuhan bapak Suep akan listrik di tempat usahanya tersebut tidak seberapa besar, tetapi untuk kebutuhan air bersih sangat diperlukan karena air tersebut digunakan untuk mencuci gelas dan mangkuk yang sudah terpakai. A. Strategi Produksi Produksi merupakan suatu proses kegiatan yang menambah nilai guna suatu barang atau jasa. Suatu perusahaan atau usaha yang berkembang dalam bisnis mempunyai tujuan umum yaitu menciptakan produk dengan biaya efisien sesuai dengan kebutuhan dan menjual dengan harga yang sesuai dengan daya beli konsumennya. Proses produksi dalam membuat soto ayam dimulai dari menyiapkan bahan- bahan dan peralatan. Bahan untuk bumbu didapatkan dari membeli di pasar Keputran, sedangkan untuk membeli ayam di dapatkan di pasar Wonokromo. Bahan baku didapatkan dari pasar Wonokromo dan Keputran dengan petimbangan lebih murah dan selama ini bahan-bahan tersebut sangat mudah didapat. Bahan-bahan untuk membuat soto ayam antara lain, bawang merah, bawang putih, merica lada, garam, penyedap masakan, kunyit, bawang pre, daun jeruk, gula, ayam, telur ayam, mie putih, kerupuk udang, gubis, jeruk, lombok, dan kemiri. Untuk membuat kuah soto, cara mengolahnya yaitu menghaluskan bumbu untuk kuah soto dengan cara di uleg sampai halus di atas cobek. Bahan yang diuleg untuk membuat kuah soto antara lain bawang merah, bawang putih, merica, penyedap masakan, kunyit, bawang pre, daun jeruk, dan gula secukupnya. Proses penghalusan memakan waktu kurang lebih 15-20 menit. Setelah bumbu tersebut halus, kemudian di tumis di atas wajan yang diberi minyak goreng sedikit. Selesai ditumis, barulah bumbu tersebut dicampurkan atau dimasukkan ke dalam panci yang sudah terisi air yang mendidih kurang lebih 60 menit, lama waktu tergantung banyak tidaknya air yang ada dalam panci. Setelah warna air berubah menguning, ayam dimasukkan ke dalam panci tersebut. Proses ini dilakukan selama kurang lebih 30 menit karena fungsi ayam di rebus dalam kuah soto adalah untuk menguatkan rasa soto ayam tersebut. Setelah kuah soto ayam selesai dan telah menghabiskan waktu 30 menit, barulah ayam dalam rebusan kuah soto tersebut diangkat untuk di goreng. Untuk menambah rasa kental kuah soto, setelah ayam diambil dari rebusan tersebut, kuah soto di tambahkan daun jeruk, penyedap rasa, garam, dan sedikit gula. Ayam yang akan digoreng adalah ayam yang masih utuh 1 ekor, dan juga ayam tersebut sudah direndam dalam kuah soto selama kurang lebih 30 menit. Waktu penggorengan ayam yang utuh 1 ekor tersebut memakan waktu sangat lama, karena menggunakan api yang relatif kecil. Waktu yang diperlukan untuk menggoreng ayam yang utuh ini kurang lebih 2,5 jam, karena dalam proses penggorengan, ayam tersebut harus benar-benar matang sampai bagian dalam ayam. Proses ini dilakukan agar ayam yang nantinya akan di sajikan kepada konsumen sudah matang sampai ke bagian dalamnya. Untuk membuat koya soto, prosesnya sangatlah mudah, yaitu dengan menghancurkan kerupuk udang yang utuh hingga menjadi bubuk dan terasa halus. Menurut bapak Suep proses yang paling susah adalah saat menggoreng ayam, seperti ungkapannya berikut ini, “Proses yang terasa berat dan susah adalah waktu penggorengan ayamnya itu, karena saya harus benar-benar teliti dalam menggoreng, jika terlewat sedikit saja maka bagian luar ayam akan kering, dan jika terlalu cepat maka bagian dalam yang belum matang, hal ini membutuhkan ketelatenan dari saya agar ayam tersebut matang luar dalam”, jelas bapak Suep. Dalam memeperoleh bahan baku, bapak Suep harus tiap hari membeli bahan baku tersebut, karena tiap hari bahan baku untuk membuat soto ayamnya selalu habis. Jadi jika di total dalam seminggu, maka bapak Suep harus membeli bahan baku di pasar Wonokromo dan Keputran selama 7 kali. Pembelian bahan baku dilakukan bapak Suep pada malam hari, sekitar pukul 19.00 WIB. Untuk membeli ayam, bapak Suep membelinya di pasar Wonokromo. Hal ini dilakukan agar ayam yang di dapat lebih murah, karena ayam yang dibeli bapak Suep di pasar wonokromo adalah ayam yang masih hidup. Menurut bapak Suep, jika memebeli ayam yang sudah di potong, maka harga ayam tersebut lebih mahal dibanding dengan ayam yang di beli pada saat hidup lalu dipotong.”Saya lebih baik mondar-mandir tiap malam ke pasar Wonokromo agar mendapat ayam yang masih hidup lalu dipotong agar mendapat ayam yang murah, karena menurut saya ayam yang sudah di potong mempunyai harga yang lebih mahal daripada membeli ayam hidup lalu dipotong”, jelas bapak Suep. Warung soto ayam “Cak Suep” ini tiap harinya mampu menghabiskan 6-8 ekor ayam, dan 7 kg beras dalam setiap kali berjualan. Ayam 1 ekor bisa menjadi 25 porsi soto ayam. Beras yang digunakan untuk soto ayam “Cak Suep” ini adalah beras yang memiliki mutu biasa saja, karena menurut beliau jika memakai beras yang bagus rasa soto ayamnya seperti bubur soto. Menurutnya beras yang memiliki kualitas bagus hasilnya akan lengket dan lebih padat, dan nasi yang padat tidak cocok untuk dijadikan nasi soto ayam. Jika memakai beras dengan kualitas biasa hasilnya akan “kepyar”, dan nasi seperti inilah yang cocok digunakan untuk nasi soto ayam. Ayam yang di gunakan dalam pembuatan soto ayam ini adalah ayam ras atau broiler yang masih segar karena ayam tersebut di olah setelah di potong tanpa tersimpan di dalam lemari es terlebih dahulu.Apabila dalam satu hari ada ayam yang tersisa beberapa ekor, maka oleh bapak Suep ayam tersebut akan di simpan di dalam panci untuk di kukus. Setelah ayam dikukus maka ayam dibiarkan di dalam panci tersebut sampai besok, untuk kemudian di jual bersama sotonya lagi. Dalam memasak soto ayam, bapak Suep tidak memiliki tehnik-tehnik tertentu dalam mengolah bumbu-bumbunya, hanya saja dalam proses memasak ayam yang utuh inilah yang harus memiliki ketelatenan tersendiri. Biasanya dalam memasak ayam yang masih utuh ini, bapak Suep membutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam. Seperti yang diungkapkan bapak Suep berikut ini,” saya tidak memiliki tehnik-tehnik tertentu dalam memasak soto ini, dan mungkin rasanya tidak jauh beda dengan soto ayam lainnya, tetapi mungkin menurut saya ayam yang saya peroleh lebih segar dari yang lain”jelas bapak Suep. B. Strategi Sumber Daya Manusia Strategi sumber daya manusia berkaitan erat dengan tenaga kerja. Peran tenaga kerja sangat membantu kelangsungan dan kelancaran proses produksi suatu barang atau jasa. Kegiatan perencanaan sumber daya manusia perlu dilakukan untuk menetapkan jumlah tenaga kerja yang akan dibutuhkan dalam proses produksi. Bapak Suep selaku pemilik warung soto ayam mencari dan mendapatkan tenaga kerja atau karyawan dari tetangga sekitar dengan alasan, warga disekitarnya masih banyak yang belum mendapatkan pekerjaan. Selain itu juga lebih mengerti dalam hal sikap dan kepribadiannya sehari-hari sehingga lebih mudah untuk dipantau. Jumlah tenaga kerja yang ikut membantu berjumlah 2 orang. Ke dua orang tenaga kerja ini bekerja sesuai dengan banyakya pesanan, karena jika mendapatkan pesanan yang banyak maka waktu kerja karyawan juga semakin lama. Untuk memasak soto ayam bapak Suep masih belum mempercayakan pada karyawannya, karena menurut beliau karyawannya masih belum mengerti benar cara memasak soto ayam. Untuk memasak soto ayam, bapak Suep dibantu oleh istri. Biaya yang dikeluarkan untuk memberi upah tenaga kerja dilakukan secara mingguan. Penghasilan rata-rata yang diterima tenaga kerja dalam 1 Minggu berkisar antara Rp 45.000- Rp 60.000. Besar kecilnya penghasilan yang diterima oleh karyawan ditentukan dari banyaknya pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja.”pembagian gaji didasarkan atas banyaknya tugas yang dilakukan oleh tenaga kerja, untuk bagian mengambil kuah soto rata-rata mendapatkan Rp 8.000 per harinya untuk 1 kali angkut kuah soto, tetapi jika ada penambahan kuah soto maka sekali angkut akan mendapatkan penambahan Rp 4000 untuk sekali angkutya”, kata bapak Supardi. Dalam hal pembagian tugas atau spesialisasi pekerjaan untuk tenaga kerja berdasarkan tugas masing-masing. Apabila tugas sudah dilaksanakan maka tenaga kerja tinggal menunggu perintah dari pemilik soto ayam untuk melakukan tugas yang lain. Untuk pembagian waktu kerja hanya dibagi 1 shift dengan jam kerja mulai pukul 05.00-11.00 WIB. Untuk mengatasi jika ada pesanan yang banyak, maka dipersiapkan karyawan yang selalu siap dipanggil untuk membantu kelancaran operasional. Karyawan ini hanya membantu saat tertentu saja, misalnya jika sedang ada pesanan untuk acara-acara tertentu dari pelanggan. Jika ada karyawan yang tidak jujur, maka masih diberikan kesempatan atau toleransi sebanyak 2 kali, jika melebihi dari itu karyawan dikeluarkan. Bapak Suep tidak khawatir jika ada karyawan yang keluar karena beranggapan bahwa mudah untuk mendapatkan karyawan baru. Untuk mendapatkan loyalitas dari karyawan, biasanya bapak Suep membawakan beberapa bungkus soto ayam untuk karyawan jika ada sisa soto tiap harinya. C. Strategi Keuangan Langkah awal untuk mendirikan sebuah usaha diperlukan modal. Strategi keuangan bertujuan pemanfaatan sumberdaya keuangan untuk mendukung strategi bisnis, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Salah satu fakor produksi selain alam, tenaga kerja serta skill yang dibutuhkan untuk mengelola suatu usaha atau bisnis adalah modal. Modal mempunyai peranan yang penting dan selalu diperlukan sebagai langkah awal untuk mendirikan sebuah usaha Dalam mengelola keuangan tidak menggunakan pembukuan secara modern, setiap ada pembelian soto ayam masih dicatat secara manual. Jadi prosentase kenaikan dari tahun ke tahun tidak dapat diketahui secara pasti. Tugas bapak Suep dalam mengelola keuangan dibantu oleh istrinya, “Dalam hal pengelolaan keuangan saya tidak pernah melakukan pembukuan, akan tetapi hanya berdasarkan feeling saja”, tegas bapak Suep. Dalam hal permodalan mulai dari awal mendirikan usaha hingga saat ini masih menggunakan modal pribadi. “Dulu modal awalnya masih sekitar Rp 75.000, dan digunakan untuk membeli bahan baku, alat seperti panci, wajan, mangkuk, dll, serta membetulkan gerobak soto ayam”. Jelas bapak Suep. Gerobak soto ayam didapat dari milik kakaknya yang sudah tidak dipakai. Sebenarnya ada beberapa tawaran dari untuk memberikan tambahan modal dari koperasi pelanggannya, akan tetapi dari pihak pemilik usaha timbul rasa kekhawatiran jika kredit yang diberikan tidak signifikan dengan perkembangan usaha. “Kalau pinjaman itu saya takutnya tidak seimbang dengan perkembangan usaha, karena alat-alat yang digunakan juga tradisional”, kata bapak Suep. Cara untuk memisahkan penghasilan untuk usaha dan pribadi yaitu seluruh penghasilan terlebih dahulu direalisaikan untuk keperluan usaha dan juga untuk membayar tenaga kerja secara Mingguan, setelah itu sisanya ditabung untuk keperluan pribadi. Jadi tidak ada pembagian khusus untuk keperluan pribadi dan untuk usaha. Rata-rata setiap hari mendapatkan penghasilan bersih sekitar Rp 150.000 - Rp 300.000. Dari laba yang diperoleh bapak Suep ini, tidak ada yang dialokasikan untuk usaha lain, karena laba yag diperoleh sebagian besar digunakan untuk keperluan anak-anaknya yang sedang menempuh pendidikan di desanya Lamongan. D. Strategi Pemasaran Selain faktor produksi, keuangan, sumber daya manusia, pemasaran juga sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis. Keberhasilan suatu usaha dalam penjualan barang sehingga dapat diterima dengan baik oleh konsumen di pasaran, didukung oleh strategi pemasaran yang tepat. Dengan diterimanya produk yang dihasilkan seorang pengusaha, maka akan mudah bagi bisnisnya untuk menguasai pasar dan menjadi pemimpin dari produk lain yang sama jenisnya. Strategi dalam bidang pemasaran yang dilakukan bapak Suep jika dilihat dari produk, harga, tempat, dan promosi adalah sebagai berikut : 1. Produk Usaha untuk menghadapi persaingan yang ada di pasar yaitu bapak Suep membuat sedikit perbedaan pada produk soto ayamnya. Perbedaan itu terletak pada jumlah potongan ayam yang diberikan tiap porsi. Di warung soto ayam “Cak Suep” ini, jumlah potongan ayamnya sangat banyak, selain itu jika ada pelanggan yang meminta tambahan tulang ayam tidak dikenakan tambahan biaya. Apabila pelanggan meminta tambahan kaki ayam hanya satu buah tidak dikenakan biaya, tetapi jika meminta tambahan kaki ayam lebih dari satu buah, akan dikenakan tambahan biaya Rp 1000 saja. Untuk mengatasi masalah naik turunnya harga bahan baku, bapak Suep selalu mengikuti perkembangan pasar. Jika menurut perkiraan harga bahan baku akan naik, maka strategi yang dilakukan untuk mengakalinya yaitu dengan memberi nasi dan potongan ayam yang lebih sedikit dari biasanya. Hal ini dilakukan karena bapak Suep tidak mungkin menaikkan harga soto ayamnya karena menurut beliau harga per porsi Rp 5000 sudah cukup untuk memutar kembali kegiatan usahanya. Bapak Suep berani mengambil resiko laba sedikit daripada mengorbankan harga soto ayam yang menurutnya sudah cukup dengan harga Rp 5000. “Jika harga soto saya naikkan, maka pelanggan saya akan pergi karena sebenarnya disinilah letak keunggulan saya”, kata bapak Suep. Warung soto ayam “Cak Suep” ini tidak pernah melakukan promosi melalui media masa maupun elektronik. Akan teteapi langsung menawarkan produknya ke konsumen dengan cara berharap pada pelanggan lama datang dengan membawa pelangan baru. Rata-rata pelanggan lama tersebut adalah pelanggan soto ayam yang sudah mengenal betul rasa soto ayam “Cak Suep” sejak beliau masih berkeliling. Dari sinilah bapak Suep berharap ada pelanggan baru yang membeli sotonya, karena terbukti walaupun tanpa promosi warung soto ayam “Cak Suep” selalu ramai dikunjungi pembeli. Dalam hal pelayanan kepada pelanggan, bapak Suep selalu melayani pelanggannya dengan cepat, hal ini bertujuan agar orang yang membeli soto ayam di tempatnya tidak kecewa karena terlalu lama menunggu. Bapak Suep sudah menyiapkan beberapa bungkus plastik yang sudah diisi potongan ayam serta pelengkapnya untuk pelanggan yang membeli sotonya untuk di bawa pulang, sedangkan untuk pelanggan yang makan ditempat bapak Suep tidak menyiapkan seperti pelanggan yang membeli untuk dibawa pulang karena untuk melayani pelanggan yang makan di tempat tidak membutuhkan waktu yang lama. 2. Harga Strategi penetapan harga oleh bapak Suep adalah dengan menjual soto ayam tiap porsi seharga Rp 5000. Hal ini tergolong sangat murah untuk ukuran soto ayam, karena rata-rata soto ayam yang ada pada umumnya adalah Rp 7000-8000 tiap porsi. Sengaja bapak Suep menjual soto ayamnya dengan harga Rp 5000 dimaksudkan agar orang-orang yang membeli soto ayamnya baik itu pelanggan lama atau pelanggan baru tidak merasa berat membeli soto ayam dengan harga Rp 5000. Dari harga Rp 5000 tersebut bapak Suep sudah dapat menjalankan usaha soto ayamnya setiap hari, walaupun harga bahan baku yang terkadang naik. Bapak Suep rela mendapat untung sedikit, karena menurut beliau yang terpeting harga jual soto ayamnya tidak naik. 3. Tempat Tempat usaha warung soto ayam “Cak Suep” ini tidak jauh dari tempat tinggalnya yang sekaligus digunakan untuk tempat produksi. Hal ini dilakukan agar pendistribusian barang tidak jauh dari tempat usaha. Selain itu tempat yang digunakan untuk berjualan tergolong strategis menurut bapak Suep, karena tempat tersebut tepat berada di jalan akses keluar masuk orang yang akan masuk ke desa Sawotratap dimana desa tersebut adalah tempat terdekat untuk anak-anak perumahan Delta Sari Indah yang bersekolah tingkat SD. Kebanyakan anak-anak SD tersebut pulang dan pergi dengan diantar orang tuanya, dan biasanya orang tua murid tersebut menyempatkan membeli soto ayamnya untuk makan sarapan pagi bagi keluarganya. Dengan letak yang sangat strategis ini, warung soto ayam “Cak Suep” akan dikenal oleh orang yang bukan hanya dari lingkungan perumahan Delta Sari Indah saja, melainkan orang dari tempat-tempat lain yang kebetulan lewat di jalan letak soto ayam “Cak Suep” ini berada. 4. Promosi Promosi di gunakan sebagai sarana informasi, memberitahukan kepada masyarakat khususnya konsumen agar mengetahui keberadaan, kegunaan, cara kerja maupun tempat dimana produk tersebut dapat diperoleh dengan mudah. Strategi yang digunakan oleh bapak Suep untuk memeperkenalkan dan memberitahukan produknya yaitu dengan cara mengandalkan pelanggan lama yang mengajak temannya atau kerabatnya untuk makan soto ayam miliknya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bapak Suep selaku pemilik warung soto ayam “Cak Suep” belum menggunakan media promosi untuk memperkenalkan produknya. Alasan tidak digunakannya media promosi tersebut adalah biaya yang banyak, selain itu produk yang di jual masih sederhana dan tidak membutuhkan banyak biaya untuk pembuatannya. 4.3 Pembahasan 4.3.1 Strategi Produksi